free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Serba Serbi

BMKG: Megathrust Bukan Nama atau Jenis Gempa, Melainkan Sumber Gempa

Penulis : Binti Nikmatur - Editor : Yunan Helmy

31 - Aug - 2024, 19:43

Placeholder
Sejarah gempa-gempa besar di Busur Sunda (Sumatra, Jawa, Bali, NTB) yang sebagian besar memicu tsunami. (Foto: X @DaryonoBMKG)

JATIMTIMES - Potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut menjadi perbincangan hangat belakangan ini. Perhatian publik terhadap isu megathrust muncul setelah BMKG melakukan analisis terhadap gempa besar yang terjadi di Megathrust Nankai, Jepang, yang berkekuatan magnitudo 7,1. Analisis tersebut turut menyinggung potensi pecahnya megathrust di beberapa wilayah Indonesia.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan lebih lanjut mengenai istilah megathrust melalui akun X pribadinya pada Sabtu (31/8). Ia menegaskan bahwa megathrust bukanlah nama gempa atau jenis gempa, melainkan istilah untuk menggambarkan sumber gempa atau tempat di mana gempa terjadi.

Baca Juga : Keseruan Turnamen Renang Antar Sekolah Piala Bupati Malang di Pemandian Metro

“Jadi, megathrust itu adalah sumber gempa di zona tumbukan lempeng, yaitu bidang kontak antara dua lempeng. Contohnya, di Indonesia, bidang kontak terjadi antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia,” ujar Daryono, dikutip Sabtu (31/8). 

Ia juga menjelaskan bahwa di zona megathrust, sebagian besar gempa yang terjadi justru memiliki kekuatan magnitudo kecil, di bawah M6. “Banyak gempa dengan kekuatan M3,0, M4,0, dan M5,0 yang sering terjadi di zona megathrust ini,” tambahnya.

Meski gempa dengan magnitudo kecil lebih sering terjadi di zona megathrust, Daryono mengingatkan bahwa zona ini memiliki potensi untuk mengakumulasi energi hingga menghasilkan gempa besar. “Contohnya, gempa dengan kekuatan M7,8 yang memicu tsunami Banyuwangi pada tahun 1994, M7,7 tsunami Pangandaran pada tahun 2006, hingga gempa besar seperti M8,4 di Bengkulu tahun 2007 dan M9,2 di Aceh tahun 2004,” paparnya.

Sebelum istilah megathrust populer, BMKG sudah lama menggunakan istilah "subduksi lempeng" untuk menyebut sumber gempa ini. “Beberapa ahli sebenarnya lebih nyaman menggunakan istilah subduksi lempeng,” kata Daryono.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Daryono mengungkapkan bahwa ada dua segmen megathrust di Indonesia yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu Megathrust Selat Sunda dengan potensi gempa M8,7 dan Megathrust Mentawai-Siberut dengan potensi gempa M8,9.

“Gempa di kedua segmen ini kemungkinan hanya tinggal menunggu waktu, karena sudah ratusan tahun tidak terjadi gempa besar di wilayah tersebut,” ungkap Daryono dikutip laman resmi BMKG. 

Sebagai langkah mitigasi, BMKG telah menyiapkan sistem monitoring, pemrosesan data, serta penyebaran informasi gempa dan peringatan dini tsunami yang semakin cepat dan akurat. Namun, masyarakat diimbau tetap waspada dan mengetahui tentang segmen-segmen megathrust yang tersebar di Indonesia.

Berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, terdapat 13 segmen megathrust yang berpotensi memicu gempa besar, di antaranya:

- Megathrust Mentawai-Pagai (M8,9)

- Megathrust Enggano (M8,4)

- Megathrust Selat Sunda (M8,7)

- Megathrust Jawa Barat-Jawa Tengah (M8,7)

- Megathrust Jawa Timur (M8,7)

- Megathrust Sumba (M8,5)

- Megathrust Aceh-Andaman (M9,2)

- Megathrust Nias-Simeulue (M8,7)

- Megathrust Batu (M7,8)

- Megathrust Mentawai-Siberut (M8,9)

- Megathrust Sulawesi Utara (M8,5)

- Megathrust Filipina (M8,2)

- Megathrust Papua (M8,7)

Baru-baru ini, pada Senin (26/8), gempa bumi mengguncang wilayah Gunungkidul. BMKG menjelaskan bahwa gempa tersebut terkait dengan fenomena megathrust yang ramai dibicarakan.

“Berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa ini tergolong gempa dangkal akibat deformasi batuan di bidang kontak antar lempeng,” jelas Daryono dilansir dari akun X pribadinya. 

Baca Juga : Daftar Pemenang Turnamen Renang Antar Sekolah Piala Bupati Malang Kategori SD/MI

Hasil analisis menunjukkan bahwa gempa tersebut memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust).

"Deformasi ini mengacu pada perubahan bentuk batuan akibat tekanan yang terjadi di dalam bumi. Mengutip situs opengeology, ketika batuan menerima tekanan, responsnya bisa bersifat elastis, daktail, atau getas," tambahnya. 

Daryono juga mengonfirmasi bahwa gempa Gunungkidul termasuk gempa megathrust. “Lempeng bumi di zona megathrust Samudera Hindia Selatan Pulau Jawa bergerak dan memicu gempa ini, meskipun kekuatannya kecil,” tutup Daryono. 


Topik

Serba Serbi Megathrust gempa BMKG



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Binti Nikmatur

Editor

Yunan Helmy