free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Hiburan, Seni dan Budaya

Galuh Purba: Kerajaan Purba dari Lereng Gunung Slamet yang Menjadi Induk Raja-Raja di Tanah Jawa

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

18 - Aug - 2024, 09:15

Placeholder
Ilustrasi kehidupan masyarakat Kerajaan Galuh Purba di lereng Gunung Slamet. (Foto: Ilustrasi AI/ JatimTIMES)

JATIMTIMES - Di balik kemegahan sejarah kerajaan-kerajaan besar di Nusantara, terdapat sebuah kerajaan purba yang sering terlupakan namun memiliki peran signifikan dalam pembentukan peradaban di Pulau Jawa. Kerajaan ini adalah Galuh Purba, yang diperkirakan berdiri pada abad ke-1 Masehi di lereng Gunung Slamet.

Berdasarkan catatan sejarawan Belanda, W.J. van der Meulen, dalam bukunya “Indonesia di Ambang Sejarah” (1988), kerajaan ini dianggap sebagai induk dari banyak kerajaan di Tanah Jawa.

Asal Usul Kerajaan Galuh Purba

Baca Juga : Serangan Sultan Agung ke Batavia: Ambisi Mengusir VOC dari Pulau Jawa

Galuh Purba didirikan oleh sekelompok pendatang dari Kutai, Kalimantan Timur, pada zaman pra-Hindu, sebelum terbentuknya Kerajaan Kutai Kertanegara. Para pendatang ini tiba di Pulau Jawa melalui Cirebon, lalu berpencar ke berbagai wilayah pedalaman seperti Gunung Cermai, Gunung Slamet, dan Lembah Sungai Serayu. Di sekitar Gunung Slamet, mereka berinteraksi dengan penduduk lokal dan mendirikan Kerajaan Galuh Purba.

Kerajaan Galuh Purba berkembang menjadi kerajaan besar yang disegani di Pulau Jawa. Menurut Van der Meulen, hingga abad ke-6 Masehi, wilayah kekuasaannya meliputi daerah yang luas, seperti Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Bumiayu, Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Kedu, Kulonprogo, dan Purwodadi. Wilayah yang sangat luas ini menjadi saksi kejayaan Kerajaan Galuh Purba sebelum akhirnya mengalami kemunduran.

Kemunduran Kerajaan Galuh Purba

Pamor Kerajaan Galuh Purba mulai meredup seiring dengan kebangkitan Dinasti Syailendra di Pulau Jawa. Prasasti Bogor mencatat bahwa pada masa itu, eksistensi Kerajaan Galuh Purba mulai tergeser oleh munculnya kerajaan-kerajaan baru di berbagai pelosok Jawa. Meskipun mengalami kemunduran, banyak kerajaan dan kadipaten di Jawa yang masih mengidentifikasi diri dengan nama "Galuh", menunjukkan pengaruh mendalam dari kerajaan ini.

Beberapa kerajaan yang menggunakan nama Galuh antara lain Kerajaan Galuh Rahyang di Brebes, Galuh Kalangon di Brebes, Galuh Lalean di Cilacap, Galuh Tanduran di Pananjung, dan Galuh Kumara di Tegal. Kerajaan-kerajaan ini memiliki wilayah kekuasaan dan ibu kota yang berbeda, namun semuanya mengacu pada akar sejarah yang sama, yakni Kerajaan Galuh Purba. Ada pula Galuh Pataka di Nanggalacah, Galuh Nagara Tengah di Cineam, Galuh Imbanagara di Barunay, dan Galuh Kalingga di Bojong.

Transformasi Menjadi Galuh Kawali

Pada abad ke-6, Kerajaan Galuh Purba memindahkan pusat pemerintahannya ke Kawali, dekat Garut, dan mengganti namanya menjadi Galuh Kawali. Pada masa yang sama, muncul kerajaan-kerajaan besar lainnya di Jawa, seperti Kerajaan Kalingga di timur dan Kerajaan Tarumanegara di barat. Persaingan antara kerajaan-kerajaan ini semakin memperlemah posisi Galuh Purba.

Namun, saat Purnawarman, Raja Tarumanegara, turun tahta dan digantikan oleh Raja Candrawarman, Kerajaan Galuh Kawali mengalami kebangkitan kembali. Pada masa pemerintahan Raja Tarusbawa Wretikandayun, Raja Galuh Kawali menyatakan kemerdekaannya dari Tarumanegara, dan dengan dukungan dari Kerajaan Kalingga, kerajaan ini kembali mengubah namanya menjadi Kerajaan Galuh dengan pusat pemerintahan di Banjar Pataruman. Kerajaan Galuh inilah yang kemudian berkembang menjadi Kerajaan Pajajaran, yang terkenal dalam sejarah Sunda.

Dinasti Sanjaya dan Pengaruh Kerajaan Galuh Purba

Salah satu dampak penting dari Kerajaan Galuh Purba adalah munculnya Dinasti Sanjaya, hasil dari perkawinan antara bangsawan dari Kerajaan Galuh, Kalingga, dan Tarumanegara. Dinasti ini kelak melahirkan raja-raja besar di Tanah Jawa, memperkuat argumen bahwa Galuh Purba adalah induk dari banyak kerajaan di Nusantara.

E.M. Uhlenbeck dalam bukunya “A Critical Survey of Studies on the Languages of Java and Madura” (1964) juga menguatkan teori ini dengan kajian linguistiknya. Uhlenbeck menyebutkan bahwa bahasa Banyumasan, yang dituturkan di wilayah sekitar Gunung Slamet, memiliki usia lebih tua dibandingkan sub-bahasa Jawa lainnya. Bahasa ini diyakini sebagai bahasa yang digunakan oleh masyarakat Kerajaan Galuh Purba, menandakan bahwa peradaban Galuh Purba sudah mapan sebelum kerajaan-kerajaan besar lainnya muncul di Jawa.

Galuh Purba dalam Sejarah dan Legenda

Baca Juga : Penerapan Pembayaran QRIS Kota Batu Diklaim Tumbuh hingga 263 Persen

Jejak kejayaan Kerajaan Galuh Purba masih dapat ditemukan di berbagai wilayah di sekitar Gunung Slamet, terutama melalui toponimi dan situs-situs sejarah yang berkaitan dengan kerajaan tersebut. Misalnya, Sungai Ideng yang berarti “hitam” dalam Bahasa Sunda, Sungai Kahuripan yang berarti “hidup”, serta legenda-legenda tentang tokoh-tokoh dari Kerajaan Pajajaran yang menyepi ke wilayah Panginyongan di sekitar Gunung Slamet.

Salah satu tokoh terkenal adalah Syekh Jambu Karang, pendiri Perdikan Cahyana dan leluhur Wong Purbalingga, yang dikenal sebagai Pangeran Raden Mundingwangi dari Kerajaan Pajajaran. Petilasannya di Gunung Ardi Lawet, Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, hingga kini masih dianggap sebagai tempat keramat.

Selain itu, kompleks Goa Lawa di Purbalingga (Golaga), Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja, juga dianggap memiliki hubungan dengan Kerajaan Pajajaran. Di sini terdapat tumpukan batu yang dipercaya sebagai tempat pertapaan Prabu Siliwangi dan Gua Ratu Ayu, yang dihuni oleh dua putri Prabu Siliwangi, Endang Murdiningsih dan Endang Murdaningrum, yang ditemani oleh tiga ekor harimau berwarna hitam, putih, dan kuning.

 Warisan Abadi Kerajaan Galuh Purba

Peninggalan sejarah dan legenda yang mengaitkan wilayah Gunung Slamet dengan tokoh-tokoh Pajajaran menunjukkan adanya hubungan erat antara wilayah ini dengan kerajaan-kerajaan besar di Jawa. Mereka datang ke wilayah Bumi Panginyongan bukan tanpa alasan, melainkan sebagai bentuk “pulang kampung” ke tanah leluhur mereka. Analisis Van der Meulen mungkin benar bahwa Kerajaan Galuh Purba di Lereng Gunung Slamet adalah induk dari kerajaan-kerajaan besar yang ada di Tanah Jawa.

Dengan demikian, Kerajaan Galuh Purba bukan hanya sebuah kerajaan tua yang terlupakan, tetapi juga memiliki peran penting dalam membentuk sejarah dan peradaban di Nusantara. Warisannya masih terasa hingga kini, terutama melalui bahasa, legenda, dan toponimi yang menunjukkan akar sejarah yang mendalam di tanah Jawa. Gunung Slamet dan sekitarnya bukan sekadar lanskap alam, tetapi juga simbol dari peradaban purba yang menjadi fondasi bagi kemunculan kerajaan-kerajaan besar di Nusantara.


Topik

Hiburan, Seni dan Budaya Galuh Purba kerajaan galuh purba Sejarah Indonesia



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Sri Kurnia Mahiruni