free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Ekskavasi Lanjutan Situs Gedog Kota Blitar Batal, Terkendala Sewa Lahan

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Yunan Helmy

15 - Aug - 2024, 16:14

Placeholder
Candi Gedog, jejak sejarah dan legenda di tengah Kota Blitar. (Foto: Instagram @jelajahblitar)

JATIMTIMES - Ekskavasi lanjutan di Situs Gedog, Kota Blitar, yang rencananya akan dilakukan pada tahun 2024 dipastikan batal. Hal ini disebabkan belum adanya kesepakatan mengenai sewa lahan antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Blitar dengan warga pemilik lahan yang terdampak ekskavasi. Kondisi ini memaksa Disbudpar untuk menunda rencana ekskavasi hingga waktu yang belum ditentukan.

Kepala Disbudpar Kota Blitar Edy Wasono membenarkan bahwa proses negosiasi dengan warga pemilik tanah belum mencapai kesepakatan. "Kami dari Disbudpar sudah mengadakan pertemuan dengan warga pemilik lahan untuk membahas sewa lahan. Tetapi sampai saat ini belum tercapai kesepakatan," ujarnya pada Kamis (15/8/2024).

Baca Juga : Profil Kepala BPIP Yudian Wahyudi, Mantan Rektor UIN yang Bikin Aturan Paskibraka Lepas Hijab 

Menurut Edy, warga setempat yang lahannya terdampak sebenarnya lebih memilih opsi penjualan atau tukar gulir lahan. Namun, Disbudpar belum bisa memenuhi permintaan tersebut tanpa terlebih dahulu mengajukan usulan kepada pimpinan. 

Edy menegaskan bahwa fokus utama Disbudpar saat ini adalah melanjutkan negosiasi mengenai sewa lahan agar ekskavasi bisa segera dimulai kembali. "Kami perlu melaporkan terlebih dahulu kepada pimpinan terkait opsi yang diajukan oleh pemilik lahan,” kata Edy.

Situs Gedog merupakan salah satu situs bersejarah penting di Kota Blitar yang telah menarik perhatian Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jawa Timur. Hingga kini, sudah lima kali ekskavasi dilakukan di situs tersebut, dengan tahap terakhir berlangsung pada Juni 2023. Ekskavasi ini diharapkan dapat mengungkap lebih banyak informasi tentang sejarah dan budaya yang terkandung di situs tersebut.

Meski demikian, rencana ekskavasi lanjutan yang sedianya akan dilaksanakan tahun ini harus tertunda karena belum adanya kesepakatan mengenai lahan. Edy berharap agar komunikasi dengan warga bisa segera menemukan solusi, sehingga ekskavasi bisa dilanjutkan tanpa menunggu terlalu lama.

“Kami berharap melalui komunikasi yang intensif, solusi mengenai sewa lahan dapat segera dicapai, sehingga proses ekskavasi dapat dilanjutkan tanpa harus mengalami penundaan lebih lama,” tutup Edy.

Tertundanya ekskavasi ini menambah panjang daftar tantangan yang harus dihadapi dalam pelestarian situs-situs bersejarah di Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman, masalah lahan dan kepemilikan sering menjadi kendala utama dalam upaya pelestarian situs-situs bersejarah. Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah, pemilik lahan, dan masyarakat menjadi kunci utama dalam upaya melestarikan warisan budaya yang berharga ini.

Dalam waktu dekat, Disbudpar Kota Blitar diharapkan bisa menyelesaikan permasalahan ini dengan baik, sehingga proses ekskavasi lanjutan di Situs Gedog bisa segera dimulai. Hal ini penting untuk memastikan bahwa situs bersejarah ini dapat terus terjaga dan memberikan manfaat bagi generasi mendatang.

Legenda Candi Gedog: Jejak Joko Pangon di Balik Hutan dan Kerbau

Ya, di balik rimbunnya kisah-kisah klasik, Candi Gedog menjelma sebagai magnet tak terbantahkan bagi warga Kota Blitar, Jawa Timur. Bukan hanya bangunan kuno yang menjadi daya tariknya, tetapi juga legenda yang menyelimuti situs ini. 

Cerita tentang Candi Gedog tidak sekadar dongeng, melainkan telah meresap dalam benak masyarakat dan menjadi bagian dari identitas lokal, seperti salah satu halaman dalam buku History of Java yang ditulis oleh Sir Thomas Stamford Raffles.

Baca Juga : Fakta Menarik di Balik Tutup Botol Air Mineral

Di tengah area Candi Gedog, berdiri kokoh sebuah pohon beringin raksasa, saksi bisu atas perjalanan hidup seorang figur legendaris bernama Joko Pangon. Sosok yang namanya kini lekat dengan Candi Gedog ini membawa cerita penuh misteri dan keajaiban. Meski masyarakat sekitar sering menyebut candi ini sebagai Candi Joko Pangon,  nama Candi Gedog tetap lebih dikenal luas.

Legenda yang hidup dari generasi ke generasi menyebutkan bahwa Joko Pangon bukanlah orang sembarangan. Ia diyakini berasal dari wilayah barat, kemungkinan besar keturunan bangsawan Mataram Islam atau bahkan seorang prajurit dari kerajaan tersebut. Joko Pangon dikenal sebagai "sing babat alas" atau sosok yang membuka hutan, sekaligus menjadi tokoh yang memberi nama pada kawasan Gedog. Selain menguasai ilmu kanuragan, Joko Pangon juga ahli dalam ilmu peternakan, khususnya dalam mengembangbiakkan kerbau.

Kisah perjalanan Joko Pangon bermula dari arah barat, hingga akhirnya ia tiba di sebuah pemukiman. Di sana, ia bertemu dengan seorang janda tua yang baik hati dan memberinya perlindungan serta tempat tinggal. Sebagai tanda terima kasih, Joko Pangon dengan tulus menggantikan aktivitas janda tersebut, yakni mengumpulkan kayu bakar di hutan sekitar.

Namun, takdir membawa Joko Pangon pada petualangan yang lebih besar. Suatu hari, saat sedang di hutan, telinganya menangkap suara aneh yang berasal dari dalam hutan lebat. Ia pun memutuskan untuk mengejar sumber suara tersebut. Setelah mencari, ia bertemu dengan seorang lelaki tua yang menyambutnya dengan ramah. Lelaki tua itu kemudian mengajarkan Joko Pangon berbagai ilmu, termasuk ilmu kanuragan dan peternakan.

Suatu hari, ketika Joko Pangon kembali ke tempat guru misteriusnya, ia hanya menemukan sebongkah batu besar. Sebagai tanda penghormatan, Joko Pangon memutuskan untuk mendirikan sebuah candi di tempat tersebut. Seiring waktu, setelah hutan berhasil dibabat dan pemukiman mulai terbentuk, kawasan itu dikenal dengan nama Gedog, yang berasal dari kata gedokan atau kandang kuda dan kerbau di sekitar candi. Seorang juragan kaya bernama Swansang dikenal sebagai pemilik hewan-hewan tersebut.

Joko Pangon diberi tugas untuk memelihara kerbau milik Swansang. Dan sebagai imbalannya, ia mendapatkan anak kerbau jantan, sementara kerbau betina menjadi milik juragan. Namun, nasib baik selalu berpihak pada Joko Pangon, kerbau-kerbau juragan Swansang lebih sering melahirkan anak jantan. Hal ini membuat Swansang marah dan ia memutuskan untuk mengubah kesepakatan.

Perubahan kesepakatan ini memicu konflik yang semakin memanas antara Joko Pangon dan Swansang. Hingga akhirnya, Swansang memerintahkan agar Joko Pangon dibunuh. Ia diikat dan dimasukkan ke dalam sumur tua di kompleks Candi Gedog. Anjing peliharaan Joko Pangon, yang setia kepadanya, ikut masuk ke dalam sumur, namun tak pernah kembali. Hingga kini, tak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Joko Pangon dan anjing setianya, meninggalkan misteri yang terus hidup bersama legenda Candi Gedog.


Topik

Peristiwa Situs Gedog Kota Blitar ekskavasi situs Blitar



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Yunan Helmy