JATIMTIMES - Mental dan kejiwaan adalah hal yang sangat penting untuk dirawat. Sebab, jika keduanya bermasalah, tidak menutup kemungkinan bisa berujung menjadi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
Berdasarkan data penelitian Kementerian Kesehatan RI tahun 2019, diperkirakan ada 450.000 orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat di Indonesia, termasuk skizofrenia.
Baca Juga : Ramai, Teh Spearmint Bisa Atasi Jerawat Hormonal? Dokter Gio Beberkan Faktanya
Skizofrenia termasuk penyakit yang perlu diwaspadai. Sebab, perlu diketahui bahwa penderita skizofrenia berisiko 2–3 kali lebih tinggi mengalami kematian pada usia muda. Hal ini karena skizofrenia umumnya disertai penyakit lain, seperti penyakit jantung, diabetes, atau infeksi. Selain itu, penderita skizofrenia rentan melakukan percobaan bunuh diri.
Lantas apa sebenarnya skizofrenia itu? Melansir Alodokter Sabtu (10/8/2024), skizofrenia adalah gangguan mental berat yang dapat memengaruhi tingkah laku, emosi, dan komunikasi. Penderita skizofrenia bisa mengalami halusinasi, delusi, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku.
Penyebab Skizofrenia
Dilansir dari laman Halodoc, hingga saat ini ahli belum dapat memastikan apa yang menjadi penyebab pasti dari skizofrenia.
Meski begitu, ada beberapa kondisi yang memiliki kaitan dengan masalah kesehatan mental ini, yaitu:
1. Genetik
Keturunan dari seseorang dengan kondisi skizofrenia memiliki risiko 10 persen lebih tinggi untuk mengalami kondisi serupa.
Risiko tersebut meningkat hingga 40 persen ketika kedua orang tua sama-sama mengalami kelainan mental ini.
Sementara itu, anak kembar yang salah satunya mengidap skizofrenia akan memiliki risiko hingga 50 persen lebih besar.
2. Komplikasi Kehamilan dan Persalinan
Skizofrenia dapat muncul karena beberapa kondisi yang mungkin terjadi ketika hamil dan dampaknya akan terlihat saat anak lahir. Misalnya, paparan racun dan virus, ibu yang mengidap penyakit diabetes gestasional, perdarahan dalam masa kehamilan, dan kekurangan nutrisi.
Selain kehamilan, komplikasi yang terjadi ketika persalinan juga dapat menyebabkan seorang anak mengidap kelainan mental ini. Contohnya, berat badan rendah saat lahir, kelahiran prematur, dan asfiksia atau kekurangan oksigen saat lahir.
3. Faktor Kimia pada Otak
Baca Juga : Mudah dan Akurat, Begini Cara Menentukan Arah Kiblat dengan Google Maps
Ketidakseimbangan kadar serotonin dan dopamin pada otak dapat menjadi salah satu kondisi yang menyebabkan sekaligus meningkatkan risiko skizofrenia.
Keduanya adalah zat kimia yang berfungsi untuk mengirimkan sinyal antara sel otak sebagai bagian dari neurotransmitter.
Gejala Skizofrenia
Masih dari sumber yang sama, berikut beberapa gejala awal dari Skizofrenia:
- Perasaan yang mudah tersinggung atau tegang.
- Kesulitan berkonsentrasi.
- Kesulitan tidur.
Pengobatan dan Pencegahan Skizofrenia
Dilansir dari Alodokter, sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan skizofrenia. Namun, ada pengobatan yang dapat mengendalikan dan mengurangi gejala sehingga pasien dapat hidup layaknya orang normal. Pengobatan tersebut harus dilakukan seumur hidup dan diikuti dengan kontrol rutin.
Penanganan skizofrenia dapat berupa obat-obatan, psikoterapi, dan terapi seperti elektrokonvulsi atau pemberian gelombang elektromagnetik ke otak.
Skizofrenia tidak dapat dicegah sepenuhnya karena bisa dipicu oleh faktor genetik dan ketidakseimbangan zat di dalam otak. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mendeteksi dan mengobatinya sejak dini sehingga perburukan dan kekambuhan penyakit ini dapat dicegah.