JATIMTIMES - Perkara makan daging kucing yang dilakukan NY, 63, seorang pemilik rumah kos di Semarang, masih ramai diperbincangkan.
Terlebih lagi, alasannya adalah untuk obat. NY mengaku mengonsumsi daging kucing untuk obat diabetes. Lantas benarkah jika memakan daging kucing bisa mengatasi diabetes?
Baca Juga : Satpol PP dan Bea Cukai Sosialisasikan Pencegahan Rokok Ilegal, Sasar 8 Kios di Pakis
Hingga saat ini, tidak ada penelitian ilmiah yang mendukung klaim bahwa makan daging, terlebih lagi konsumsi daging kucing dapat menurunkan gula darah dikarenakan penyakit diabetes.
Alih-alih menyehatkan, mengonsumsi daging kucing justru menimbulkan beberapa efek samping bagi kesehatan tubuh. Dilansir dari berbagai sumber, berikut 4 efek samping mengonsumsi daging kucing;
1. Infeksi toksoplasmosis
Sebuah penelitian yang dipublikasi dalam Anthrozoƶs membeberkan konsumsi kucing domestik di Madagaskar dan kaitannya dengan implikasi kesehatan. Dalam penelitian tersebut, dikatakan bahwa salah satu risiko utamanya adalah infeksi toksoplasmosis.
FYI, toksoplasmosis adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Meski hewan lain juga memiliki risiko paparan parasit ini, kucing diketahui menjadi inang utama T. gondii dengan berkembang biak di saluran ususnya.
Pada kebanyakan orang, infeksi ini tidak menunjukkan gejala. Akan tetapi, risiko efek samping meningkat pada individu yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah. Parasit ini dapat memicu kista dalam tubuh dan membuat sakit di kemudian hari.
Selain itu, infeksi toksoplasmasis juga berbahaya bagi ibu hamil atau yang sedang merencanakan kehamilan. Parasit ini dapat menular melalui plasenta ke janin dan meningkatkan risiko keguguran, lahir mati, bahkan masalah kesehatan serius pada anak.
2. Infeksi bakteri Clostridium botulinum
Masih dari sumber penelitian yang sama, bahaya makan daging kucing juga meliputi risiko infeksi bakteri Clostridium botulinum. Bakteri tersebut dikatakan dapat menghasilkan racun berbahaya (toksin botulinum) dan memicu kondisi botulisme. Meski relatif jarang terjadi, infeksi yang dapat menular melalui makanan ini terhitung serius.
Bakteri Clostridium botulinum menyebabkan toksin botulinum yang terbentuk dalam makanan terkontaminasi. Parahnya lagi, spora yang dihasilkan oleh bakteri tersebut tahan panas dan tersebar luas di lingkungan. Termasuk anaerobik, bakteri ini berkecambah, tumbuh, dan mengeluarkan racun saat tidak ada oksigen.
Efek dari botulisme dapat memunculkan gejala sembelit, kehilangan nafsu makan, lemas, hingga kehilangan kendali kepala secara tiba-tiba. Seseorang mungkin terlihat seperti mabuk. Jika tidak diobati, infeksi ini dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan meninggal dunia.
Baca Juga : Pemeriksaan Kesehatan Gratis Bagi Masyarakat, Cara Rutan Situbondo Peringati Hari Pengayoman ke-79
3. Penyakit Lyme
Studi terkait menyebutkan bahwa bahaya makan daging kucing yang patut diperhatikan adalah penyakit Lyme. Risiko ini patut diperhatikan, terutama bagi ibu hamil dan bayi karena dikatakan dapat memengaruhi persendian, jantung, dan sistem saraf.
Penyakit Lyme sendiri merupakan infeksi akibat bakteri Borrelia burgdorferi atau Borrelia mayonii. Kedua bakteri tersebut disebarkan melalui gigitan kutu. Kucing sendiri tidak menularkan Lyme pada manusia. Akan tetapi, kutu yang berpindah dari kucing ke manusia berisiko menyebabkan masalah kesehatan ini.
Gejalanya meliputi demam, sakit kepala, kelelahan, hingga ruam kulit khas yang disebut eritema migrans. Masalah kesehatan ini bisa diobati, tetapi mungkin menyebabkan efek sampai jangka panjang.
4. Infeksi Meat Borne Disease
Seperti dijelaskan di awal, kucing bukanlah hewan ternak ataupun hewan konsumsi, sehingga tidak memiliki standarisasi jaminan keamanan pangan. Memaksakan makan daging kucing sebagai pengobatan diabetes jelas keliru. Alih-alih diabetes sembuh, daging hewan nonternak mungkin menyebarkan meat borne disease alias penyakit yang ditimbulkan oleh kontaminasi bakteri pada daging yang dikonsumsi.
Infeksi yang dimunculkan dari masalah ini pun beragam, lho. Mulai dari tuberculosis, brucellosis, salmonellosis, staphylococcal meat intoxication, taeniasis, trichinosis, sampai clostridiosis, seluruhnya berdampak buruk bagi kesehatanmu.
Sebagai contoh, salmonellosis atau infeksi salmonella dapat memunculkan gejala diare, demam, hingga rasa sakit pada perut. Begitu juga brucellosis yang menyebabkan demam, berkeringat, sakit punggung, dan fisik yang melemah.
Bahaya makan daging kucing di atas lebih nyata daripada manfaatnya, lho. Pasalnya, belum ada publikasi yang menyatakan bahwa daging kucing bisa obati diabetes. Konsumsi daging hewan peliharaan ini pun tidak etis dan merupakan bentuk pelanggaran kesejahteraan hewan.