JATIMTIMES - Terjadi penggerebekan terduga teroris di kompleks Villa Syariah Bunga Tanjung, Jalan Hasanudin, Kelurahan Jeding, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Rabu malam (31/7/2024). Penggerebekan itu membuat suasana di kawasan tersebut mencekam.
Hingga Kamis (1/8/2024) pagi, lokasi penggerebekan masih dijaga ketat oleh polisi dan tim Gegana Polda Jatim.
Baca Juga : Bangun Pelabuhan Kargo di Jember, Dishub Jatim Rencana Kembangkan Wilayah Laut Selatan
Peristiwa ini mengingatkan kembali pada penangkapan gembong teroris Dr Azahari bin Husin pada tahun 2005 yang juga terjadi di Kota Batu. Azahari, otak di balik Bom Bali 2002 dan 2005, ditangkap di rumah Jalan Flamboyan A1 Nomor 7, Kelurahan Songgokerto, Batu, Jawa Timur.
Saat itu, tim Densus 88 Antiteror Polri melakukan pengamatan dan penyergapan di Kota Batu. Beberapa anggota tim Densus bahkan menyamar sebagai gelandangan dan pedagang keliling untuk memantau vila Flamboyan yang menjadi tempat persembunyian Azahari. Semua gerak-gerik penghuni rumah kontrakan diawasi ketat.
Operasi penyamaran tersebut didukung dengan penyewaan tiga vila dekat lokasi persembunyian Azahari. Sementara para petinggi Densus 88 Antiteror dan Bareskrim Polri berkumpul di Vila Mawar. Untuk transportasi, mereka menyewa empat mobil dan 15 motor.
Kepala Densus 88 saat itu Irjen Bekto Suprapto merasakan momentum yang tepat untuk menangkap Azahari yang berkebangsaan Malaysia. Dia kemudian memanggil Crisis Response Team (CRT) Walet Hitam dari Mako Teratai sebagai pasukan pemukul untuk menyelesaikan misi rahasia itu.
Dengan koordinasi bersama Komandan Satuan Pasukan Terlatih Polri Kombes Arif Sulistyo, 12 personel CRT diterbangkan menggunakan pesawat VVIP Polri dari Lapangan Udara Pondok Cabe, Tangerang Selatan, menuju Bandara Abdulrachman Saleh, Malang, pada Sabtu 6 November 2005. Setibanya di bandara, pesawat segera ditarik ke hanggar dan pintunya ditutup rapat.
Pasukan CRT Walet Hitam yang terdiri dari Briptu Yudi, Iptu Bram, Brigadir Diaz, Brigadir Dedi, Brigadir Andi, Brigadir Fran, Brigadir Seto, Brigadir Feri, Brigadir Heru, Brigadir Heri, Brigadir Doni, dan Brigadir Jaka kemudian menuju Hotel Kusuma Agro Kota Batu yang dijadikan posko taktis.
Baca Juga : Densus 88 Tangkap 3 Orang atas Dugaan Terorisme di Kota Batu
Setelah tiba, petinggi Densus 88 Antiteror Polri Komjen Gories Mere meminta semua anggota CRT mengumpulkan ponsel mereka untuk menjaga kerahasiaan misi.
Pada puncak operasi, Iptu Bram meminta Azahari keluar dan menyerah karena rumah tersebut telah dikepung. Namun, saat keluar, Azahari mengenakan rompi dengan dada menggelembung, diduga berisi bom.
Menolak menyerah, Azahari menodongkan senjata ke arah Brigadir Fran. Iptu Bram kemudian memerintahkan Brigadir Fran menembak Azahari, yang kembali masuk ke rumah sambil mengarahkan senjata ke petugas.
Azahari roboh, dan Arman, murid Azahari, yang panik melihat kondisi gurunya, meledakkan bom rompi yang dikenakannya. Azahari bin Husin tewas tepat pukul 15.45 WIB, Rabu 9 November 2005. Kondisi rumah kontrakan itu juga berantakan karena ledakan bom rompi oleh Arman.