free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Serba Serbi

Kisah Jayakatwang: Bendera Merah Putih di Medan Tempur Kediri

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : A Yahya

24 - Jul - 2024, 10:22

Placeholder
Ilustrasi pasukan Jayakatwang dengan bendera merah putih.(Foto: Istimewa)

JATIMTIMES - Istilah bendera memang berasal dari bahasa asing, kata ini baru dikenal oleh bangsa-bangsa Nusantara selepas kedatangan penjajah Portugis dan Spanyol pada abad ke-16 Masehi. Kata bendera sendiri berasal dari bahasa Portugis “bandeira,” sementara orang Spanyol menyebutnya “bandera.” Kedua kata ini dipercaya berasal dari urat kata bahasa Jerman-Italia “bandaira” (Yamin, 102).

Kata bendera kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia, mengalahkan kosakata serupa yang berasal dari bahasa orang-orang asli Nusantara. Orang Jawa mengenal bendera dengan istilah “panji-panji,” sementara orang Cirebon dan Indramayu menyebutnya “klebet.”

 Bendera Merah Putih dalam Sejarah Nusantara

Baca Juga : Melihat Aturan ASN Pria Diperbolehkan Poligami, Jangan Asal Menikah! 

Berkenaan dengan bendera merah putih, ternyata jauh sebelum Indonesia menetapkannya sebagai bendera kebangsaan, bendera tersebut telah digunakan sejak lama. Banyak yang beranggapan bahwa merah putih adalah bendera Majapahit, dan pendapat ini memang memiliki dasar dan bukti. Namun, masih banyak yang belum tahu bahwa yang mempopulerkan bendera merah putih pada abad ke-13 adalah musuh Majapahit, yaitu Jayakatwang.

Jayakatwang, seorang raja Kediri, mengibarkan bendera merah putih ketika menaklukkan Singasari. Ia tetap konsisten mengibarkan bendera merah putih ketika melawan pasukan Raden Wijaya, pendiri Majapahit, yang hendak meruntuhkan kerajaannya.

 Bukti Sejarah: Prasasti Butak

Bukti valid bahwa Jayakatwang menggunakan bendera merah putih sebagai bendera kerajaannya terekam dalam sebuah prasasti yang awalnya dikenal dengan nama Prasasti/Piagam Butak karena ditemukan di Gunung Butak. Belakangan, istilah Prasasti/Piagam Butak diubah setelah diketahui isinya yang mengabarkan tentang berkibarnya bendera merah putih di barisan tentara Kediri di bawah pemerintahan Jayakatwang.

Bendera merah putih dikibarkan pada tahun 1292 M oleh tentara Jayakatwang ketika berperang melawan kekuasaan Prabu Kertanegara dari Kerajaan Singasari (1222-1292 M). Jayakatwang melancarkan pemberontakan dengan mengirim tentaranya mengibarkan panji-panji berwarna merah putih dan gamelan ke arah selatan Gunung Kawi, padahal pasukan terbaik Singasari dipusatkan untuk menghadang musuh di sekitar Gunung Penanggungan. Perlawanan ini mendapat perlawanan dari tentara Singosari yang dipimpin oleh Raden Wijaya dan Ardaraja, anak Jayakatwang sekaligus menantu Prabu Kertanegara.

Keberhasilan dan Kehancuran Jayakatwang

Dalam sejarah, tentara merah putih yang ditugaskan Jayakatwang untuk memberontak kepada Singasari berhasil menumbangkan kerajaan tersebut. Jayakatwang kemudian menjadikan Kediri sebagai kerajaan berdaulat kembali. Perlu dipahami bahwa dahulu Singasari/Tumapel adalah bawahan Kediri, namun di masa Ken Arok memerintah Tumapel, Kediri dapat ditaklukkan oleh Singasari/Tumapel. Dalam hal ini, Jayakatwang menuntut balas atas kekalahan nenek moyangnya.

Namun, nasib baik tidak berpihak lama pada Jayakatwang. Beberapa tahun setelah menaklukkan Singasari, ia diberontak oleh Raden Wijaya yang bersekutu dengan Kerajaan Mongol, kerajaan terkuat di muka bumi pada masa itu.

Jayakatwang tidak gentar sedikitpun menghadapi Raden Wijaya dan sekutu Mongolnya. Ia tetap mengibarkan bendera merah putih tinggi-tinggi untuk melawan Mongol dan Raden Wijaya, meskipun akhirnya Jayakatwang dan kerajaannya yang baru bangkit dari keterpurukan ambruk dikalahkan musuh-musuhnya.

Prasasti/Piagam Merah Putih

Kegagahan bendera merah putih yang dikibarkan Jayakatwang untuk mengiringi pasukan tempurnya terekam jelas dalam Prasasti/Piagam Merah Putih, khususnya pada bagian piagam 4a dan 4b. Berikut adalah alih aksaranya:

“an mangkana lumaku ta muwah sanjata cri maharaja dateng i rabut carat, tan asowe i ikang kala, mao tekang catru sakakulwan, irika ta cri maharajanaprang sahawadwanira kabeh, alaralayu mewah catru cri maharaja, akweh lwangnya teher atingal, yayanpangdawuta kabeh semui lawan cri maharaja, ring samangkana, hana ta tunggulning catru layulayu katon wetani haniru, bang lawan putih warnnanya, sakatonikang tunggul ika, irika ta yanpangdawut senjata sang Arddharaja, lumakwakenan sayaprawrti, alayu niskarananujwi kapululungan purwwakani sanjata Cri Maharaja rusak cri maharaja pwatyantadrdabhakti i Cri Krtanegara.”

Terjemah: "Demikianlah keadaannya ketika tentara Sri Maharaja (Raden Wijaya) bergerak terus sampai ke Rabut Carat. Tak lama setelah itu, datanglah musuh dari arah barat. Ketika itu juga Sri Maharaja bertempur dengan segala balatentaranya dan musuh pun lari tunggang-langgang setelah mengalami kekalahan besar. Tetapi dalam keadaan demikian, di sebelah timur Hanyiru tampak panji-panji musuh berkibar, warnanya merah-putih. Melihat itu, Ardaraja, putra Jayakatwang, meninggalkan pertempuran, berlaku hina dan lari menuju Kapundungan dengan tidak karuan." (Yamin, 157)

Pengaruh Bendera Merah Putih

Meskipun tentara Jayakatwang dengan bendera merah putihnya dikalahkan oleh pasukan persekutuan Raden Wijaya dan Mongol, bendera merah putih menjadi simbol kegagahan yang menginspirasi. Raden Wijaya kagum terhadap daya juang orang-orang Kediri dalam mempertahankan martabatnya. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika setelah Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit, bendera merah putih dijadikan sebagai salah satu panji-panji Majapahit.

 Profil Sejarah Jayakatwang

Jayakatwang adalah bupati Gelanggelang (kini termasuk wilayah Madiun) yang pada tahun 1292 memberontak dan meruntuhkan Kerajaan Singhasari, untuk membangkitkan kembali kerajaan leluhurnya, yaitu Kadiri. Ia hanya bertahan selama setahun sebelum dihancurkan oleh pasukan gabungan kekaisaran Mongol dan Majapahit. Nama Jayakatwang dikenal dalam berbagai sumber, termasuk Nagarakretagama, Pararaton, dan Kidung Harsawijaya.

Nagarakretagama dan Kidung Harsawijaya menyebutkan Jayakatwang adalah keturunan Kertajaya, raja terakhir Kadiri. Dikisahkan pada tahun 1222 Ken Arok mengalahkan Kertajaya. Sejak itu, Kadiri menjadi bawahan Singhasari dengan Jayasabha, putra Kertajaya, sebagai bupatinya. Tahun 1258, Jayasabha digantikan oleh putranya, Sastrajaya. Pada tahun 1271, Sastrajaya digantikan oleh putranya, yaitu Jayakatwang.

Baca Juga : Pangdivif 2 Kostrad Tanam Alpukat di Markas Baru Yonif Raider 515

Ayah Jayakatwang, Sastrajaya, menikah dengan saudari perempuan Raja Wisnuwardhana. Prasasti Mula Malurung menyebut Jayakatwang sebagai "keponakan Seminingrat" (nama lain Wisnuwardhana). Istri Jayakatwang adalah Turukbali, putri Seminingrat. Dari prasasti Kudadu diketahui Jayakatwang memiliki putra bernama Ardharaja, yang menjadi menantu Kertanegara. Jadi, hubungan antara Jayakatwang dan Kertanegara adalah sepupu, ipar, sekaligus besan.

 Keberhasilan Jayakatwang dalam Menumbangkan Singhasari

Jayakatwang menyimpan dendam karena leluhurnya, Kertajaya, dikalahkan Ken Arok, pendiri Singhasari. Suatu hari, ia menerima surat dari Aria Wiraraja yang menyarankan Jayakatwang untuk menyerang Singhasari, yang saat itu sedang dalam keadaan kosong, ditinggal sebagian besar pasukannya ke luar Jawa untuk Ekspedisi Pamalayu.

Jayakatwang melaksanakan saran Aria Wiraraja. Ia mengirim pasukan kecil yang dipimpin Jaran Guyang menyerbu Singhasari dari utara. Kertanegara segera mengirim pasukan untuk menghadapi yang dipimpin oleh menantunya, Raden Wijaya. Pasukan Jaran Guyang berhasil dikalahkan. Namun, pasukan kecil ini hanya bersifat pancingan supaya pertahanan kota Singhasari kosong.

Pasukan kedua Jayakatwang menyerang Singhasari dari arah selatan dipimpin oleh Patih Mahisa Mundarang (Kebo Mundarang). Dalam serangan tak terduga ini, Kertanegara tewas di dalam istananya.

Akhir Hayat Jayakatwang

Setelah menumbangkan Singhasari, Jayakatwang menjadi raja dengan Kadiri sebagai pusat pemerintahannya. Namun, kekuasaannya tidak bertahan lama. Raden Wijaya, menantu Kertanegara yang berhasil melarikan diri saat serangan Jayakatwang, segera merencanakan pembalasan. Raden Wijaya bekerja sama dengan pasukan Mongol yang dipimpin oleh utusan Kaisar Kubilai Khan. 

Pasukan Mongol datang ke Jawa pada tahun 1293 dengan tujuan menghukum Kertanegara yang telah menghina utusan mereka. Raden Wijaya melihat kesempatan ini dan menawarkan aliansi dengan Mongol untuk menumbangkan Jayakatwang. Dalam aliansi ini, Raden Wijaya berjanji untuk menyerahkan Jawa kepada Mongol setelah Jayakatwang dikalahkan.

Dengan bantuan pasukan Mongol, Raden Wijaya menyerang Kediri. Jayakatwang tidak gentar, meskipun menghadapi musuh yang kuat dan bersekutu. Ia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mempertahankan kerajaan. Pertempuran besar terjadi, dan pada akhirnya pasukan Jayakatwang terdesak. 

Jayakatwang dan keluarganya mencoba bertahan di istana mereka, tetapi istana tersebut berhasil direbut oleh pasukan Mongol dan Majapahit. Jayakatwang ditangkap dan dibawa sebagai tawanan. Menurut beberapa sumber, Jayakatwang kemudian dieksekusi oleh pasukan Mongol sebagai hukuman atas pemberontakannya.

 Warisan Jayakatwang

Meskipun kekuasaannya berakhir dengan tragis, Jayakatwang dikenang sebagai penguasa yang gigih mempertahankan kedaulatan kerajaannya. Bendera merah putih yang ia kibarkan dalam pertempuran melawan Singhasari dan kemudian Majapahit, tetap menjadi simbol keberanian dan perlawanan. 

Setelah kematian Jayakatwang, Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit dengan pusat pemerintahan di Trowulan. Bendera merah putih yang sebelumnya digunakan oleh Jayakatwang diadopsi sebagai salah satu panji-panji Majapahit, melambangkan kekuatan dan keagungan kerajaan baru ini.

Kisah Jayakatwang, dengan segala liku-liku perjuangannya, merupakan bagian penting dari sejarah Nusantara. Ia adalah simbol keberanian dan kegigihan dalam menghadapi tantangan, serta menjadi pengingat akan kompleksitas hubungan kekuasaan di masa lalu. Bendera merah putih yang dikibarkan oleh Jayakatwang dalam pertempuran, kini berkibar sebagai bendera kebangsaan Indonesia, mengingatkan kita akan sejarah panjang perjuangan bangsa ini.


Topik

Serba Serbi Jayakatwang sejarah Bendera bendera



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

A Yahya