JATIMTIMES - Pemerintah Kota (Pemkot) Malang masih terus menggodok rencana transformasi angkutan publik menggunakan skema buy the service (BTS). Terbaru, Pemkot Malang saat ini tengah gencar melakukan sosialisasi kepada pengemudi angkutan kota (angkot).
Rencana itu pun mengundang respons yang beragam dari para pengemudi angkot. Salah satunya disampaikan oleh pengemudi angkot dengan trayek Arjosari Gadang (AG) Ferdi. Dalam hal ini, dirinya berharap kebijakan apa pun yang nantinya diberlakukan bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi sopir angkot.
Baca Juga : Bertemu Emil Dardak, Kades Serang Dwi Handoko Matangkan Langkah di Pilkada Blitar
"Nggak harus mobil baru. Yang penting masalahnya diselesaikan," seru Ferdi.
Di sisi lain, dirinya juga mengeluhkan persaingan yang dihadapi para pengemudi angkot dengan ojek maupun taksi berbasis daring atau online yang telah mengantongi izin resmi.
Hal tersebut juga ditambah dengan hadirnya sebuah perusahaan otobus (PO) dengan trayek Blitar-Arjosari. Menurut dia, hal itu berdampak pada turunnya jumlah penumpang angkot.
Dirinya lantas memberikan contoh terkait kebijakan yang dilakukan di Yogyakarta. Di Yogya terdapat pembatasan operasional untuk taksi dan onek daring pada jam-jam tertentu.
Untuk itu dirinya berharap, dengan adanya BTS nanti, Pemkot Malang juga dapat mempertimbangkan pendekatan serupa untuk mengatasi tantangan yang mereka hadapi saat ini.
Sementara itu, salah satu pengemudi angkot dengan trayek Arjosari-Borobudur-Bunulrejo (ABB) Wahono mengatakan, yang dibutuhkan para sopir adalah kebijakan yang dapat benar-benar meningkatkan pendapatan mereka. Saat ini pendapatan sopir angkot masih jauh di bawah UMK.
"Dari dulu kami hanya mendengar wacana-wacana saja. Harapannya kali ini benar-benar ada realisasi sehingga ada solusi. Entah itu armada mobil baru atau bekas, sehingga gak hanya wacana saja," ujar Wahono.
Sementara itu, Pj Wali Kota Malang Wahyu Hidayat mengatkan bahwa konsep BTS dirancang sebagai upaya untuk mengatasi tantangan ekonomi yang dihadapi oleh para sopir angkot.
Baca Juga : Aliansi Sopir Angkot Titip Pesan ke Wahyu Hidayat untuk Maju Pilkada Kota Malang
Hal itu dipandang terjadi akibat persaingan dengan layanan ojek online dan taksi daring yang semakin marak. Wahyu menjelaskan, dengan konsep BTS, pemerintah akan menyediakan kendaraan memadai untuk digunakan oleh para sopir angkot.
Hal ini diharapkan dapat mengurangi beban finansial mereka karena tidak lagi perlu memikirkan untuk membeli kendaraan baru atau mencicilnya.
"Kami sangat mendengarkan keluhan para sopir angkot. Misalnya terkait rendahnya minat masyarakat ke angkutan kota saat ini. Nah dengan BTS, malah nanti kan rencananya sopir juga kami gaji sesuai UMK," ujar Wahyu.
Wahyu menegaskan, pengembangan konsep BTS akan melibatkan partisipasi aktif dari para sopir angkot. Ia menyatakan, pemkot berkomitmen untuk mencari solusi terbaik yang dapat menguntungkan seluruh pihak terkait.
"Saat ini, Pemkot Malang masih dalam tahap penyusunan kajian dari konsep BTS. Nanti kendaraan yang sudah ada saat ini masih dapat digunakan di luar rute BTS dengan aturan yang akan ditetapkan lebih lanjut," pungkas Wahyu.