JATIMTIMES - Judi online saat ini kian menjadi candu bagi masyarakat. Beragam bentuk judi online semakin marak, terlebih dalam penyebarannya banyak melibatkan para influencer. Dari kalangan atas hingga kalangan bawah dengan ekonomi yang sangat minim, bahkan banyak yang terkena jerat judi online. Dampak negatif pun banyak dirasakan para pelaku. Banyak mereka yang terkena masalah finansial, hubungan sosial terganggu hingga masalah kesehatan mental.
Melihat kian maraknya judi online, Dosen Sosiologi FISIP UB Didid Haryadi mengatakan, bahwa hal ini disebabkan atau konsekuensi dari perkembangan teknologi yang kian maju, dimana hal tersebut juga membentuk satu kontruksi sosial baru dengan dampak munculnya disrupsi sosial.
Baca Juga : Seleksi Wawancara 9 Orang Calon Direksi Perumda Tugu Tirta, Pj Wali Kota Malang: yang Out of The Box
Artinya, bahwa tak semua kelompok masyarakat atau individu mampu menyikapi perkembangan yang ada dengan baik dan bijak. Banyak masyarakat masih belum terliterasi dengan baik tentang adanya perkembangan yang ada.
"Ada sebagian masyarakat yang memang kurang mampu menyerap, menerima, dan merespon dengan selaras perkembangan teknologi dan informasi kurang baik," paparnya.
Lebih lanjut, bahwa praktek judi memang bukan menjadi satu hal baru. Perpindahan dari konvensional kini berpindah media dalam digital. Nah, dalam hal literasi yang kurang inilah kemudian membuat beberapa kalangan tak mampu mengontrol secara maksimal. Kontri diri dari seorang individu menjadi hal yang utama.
"Kontrol utama dari konsumsi teknologi dan informasi ini memang terletak pada diri sendiri. Disinilah sangat diperlukan adanya pendidikan literasi yang baik," katanya.
Baca Juga : Nikita Mirzani Bongkar Alasan Ayu Ting Ting Batal Menikah dengan Fardhana
Penyebab maraknya judi online dikalangan masyarakat bukan hanya disebabkan karena minimnya literasi semata. Terdapat juga faktor lain, seperti kondisi ekonomi. Meski begitu kondisi ekonomi juga bukan menjadi faktor yang utama. Namun, pihaknya masih belum dapat menyimpulkan faktor yang dimaksud tersebut. Menurutnya, masih diperlukan kajian mendalam di lapangan.
"Siapapun dengan strata sosial apapun berpotensi dapat terjerat. Tapi yang paling utama adalah bagaimana seseorang mendapatkan literasi yang baik, sehingga individu ini dapat merespon perkembangan teknologi informasi dengan bijak," pungkasnya.
