JATIMTIMES – Makam Tiga Putri Mataram di kompleks makam Tiloro, Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, belakangan menjadi pusat perhatian para sejarawan dan masyarakat setempat. Hal itu terjadi setelah adanya klaim bahwa makan Tiga Putri Mataram itu adalah makam habib keturunan Yaman.
Situs tersebut dianggap sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi tiga putri bangsawan dari Kerajaan Mataram, yaitu Rayung Sari, Rayung Wulan, dan Rayung Gati. Namun, penelitian terbaru yang dilakukan oleh antropolog terkemuka Gus Dian mengungkapkan fakta yang lebih mendalam mengenai situs ini, termasuk adanya bukti struktur candi kuno di bawah permukaan tanahnya.
Baca Juga : 35 SMP Swasta di Kabupaten Blitar Terindikasi Tak Mendapatkan Siswa Baru di Tahun Ajaran 2024/2025
Dalam kunjungan dan penelitian terbarunya, Gus Dian menemukan bahwa makam Tiloro tidak hanya berfungsi sebagai tempat peristirahatan para putri, tetapi juga merupakan lokasi dari sebuah candi kuno. “Kami menemukan batu-batu besar yang tampaknya merupakan bagian dari struktur candi,” ungkap Gus Dian, Sabtu (29/6/2024).
Menurut Gus Dian, jenis batuan seperti bata tumang dan andesit yang ditemukan jelas menunjukkan bahwa situs ini pernah menjadi bangunan kuno yang signifikan.
Penemuan ini memperkuat dugaan bahwa sebelum menjadi makam, lokasi tersebut adalah sebuah candi. Gus Dian menjelaskan bahwa masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan jenis dan fungsi asli dari candi ini. “Belum jelas apakah candi ini berhubungan dengan Syiwa, Buddha, atau Brahma. Kami perlu kajian mendalam untuk memahami atribut-atribut yang mungkin terkait dengan candi ini,” tambahnya.
Selain penemuan arkeologis, Gus Dian juga mengupas sejarah panjang yang mengitari makam Tiga Putri Mataram. Menurut berbagai catatan sejarah, situs ini terkait erat dengan masa pemerintahan Panembahan Hanyakrawati, raja kedua Mataram Islam yang juga dikenal sebagai Panembahan Sedo Krapyak. Hanyakrawati memerintah dalam periode yang singkat karena sakit dan kemudian wafat, meninggalkan putra-putri dari beberapa istri.
“Putra dari permaisuri Hanyakrawati memiliki kelainan, sehingga tidak dapat diangkat menjadi raja,” kata Gus Dian.
Karena itu, Raden Mas Rangsang, yang kemudian dikenal sebagai Sultan Agung, diangkat menjadi pengganti Hanyakrawati.
Penelusuran sejarah ini juga mencatat peran penting Panembahan Kajoran, kakak tertua Raden Mas Rangsang, yang memiliki beberapa putri. Di antaranya yang diduga sebagai tiga putri yang dimakamkan di Tiloro, Blitar.
Menurut Gus Dian, ada versi cerita yang mengatakan bahwa ketiga putri ini dihadiahkan kepada Adipati Nilosuwarno, penguasa pertama Blitar. “Ini masih menjadi bagian penting dari penelitian kami untuk memastikan apakah tiga putri ini benar-benar dihadiahkan kepada Nilosuwarno atau hanya diakui sebagai saudara,” jelasnya.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengklarifikasi hubungan antara tiga putri Kajoran dengan Blitar.
Baca Juga : Doa Akhir dan Awal Tahun Islam, Arab Latin Beserta Artinya
Gus Dian menekankan bahwa pembongkaran sejarah .akam Tiloro harus dilakukan dengan hati-hati. “Kita tidak boleh sembrono dalam menguak sejarah ini. Setiap fakta dan cerita harus diverifikasi dan dianalisis dengan logika yang tepat untuk menjadi catatan resmi sejarah Blitar,” ujar Gus Dian.
Dalam penelitiannya, Gus Dian juga menemukan beberapa versi mengenai jumlah putri Panembahan Kajoran. “Ada catatan yang menyebutkan beliau memiliki tiga putri kembar. Sementara sumber lain mengatakan empat putri,” katanya.
Nama-nama yang muncul dalam catatan tersebut adalah Rayung Sari, Rayung Wulan, dan Rayung Gati, yang konon adalah putri yang dimakamkan di Tiloro. Namun, Gus Dian memperingatkan bahwa ini masih dalam tahap penelitian dan belum bisa dijadikan kepastian.
Gus Dian juga menemukan pohon beringin besar di situs tersebut, yang menurutnya mungkin menandai struktur bangunan kuno di sekitarnya. “Kami menduga di bawah pohon ini mungkin ada batu bata besar yang merupakan bagian dari struktur candi yang lebih luas,” ucapnya.
Penelitian ini menunjukkan betapa kompleks dan kaya sejarah di balik makam Tiga Putri Mataram. Dengan adanya bukti struktur candi, situs ini tidak hanya menjadi tempat penting bagi pengingat sejarah Mataram Islam, tetapi juga sebagai peninggalan arkeologis yang bernilai tinggi. Gus Dian berharap bahwa upaya lebih lanjut dalam penelitian dan pelestarian situs ini akan membantu mengungkap lebih banyak fakta dan menjaga warisan budaya Blitar untuk generasi mendatang.
"Penemuan ini memperkaya pemahaman kita tentang sejarah Blitar dan menegaskan pentingnya pelestarian situs-situs bersejarah. Kami mengajak semua pihak untuk terlibat dalam menjaga dan merawat warisan ini,” pungkas Gus Dian.