JATIMTIMES - Seorang netizen asal Indonesia kembali membahas persoalan pabrik Christian Dior di China yang sempat digerebek beberapa waktu lalu.
Dalam video yang dibagikan di akun Tiktok dengan nama Dino Augusto, ia menjelaskan hasil putusan pengadilan Italia terhadap penggerebekan yang terjadi pada pabrik Dior di China.
Baca Juga : Bisa Dicontoh! Ibu-ibu ini Secara Tidak Langsung Bagikan Tips Terhindar dari Komplotan Begal
Menurut Dino, putusan itu mengungkap fakta eksploitasi imigran gelap China. Salah satunya dalam produksi tas merek kenamaan dengan harga murah yang kemudian diberi label 'Made in Italy'. Bukan palsu, tas-tas tersebut memang dijual di bawah brand yang bersangkutan.
"Wajar ya kalau di industri retail atau industri itu jadi misalkan lu punya brand-nya tapi yang memproduksi itu perusahaan lain. Contohnya kacamata, parfum dan juga hand bag. Nah kebetulan Dior ini tulisannya harus Made in Itali. Nah made ini Itali tetapi dimiliki oleh perusahaan China," ujarnya, dikutip Kamis (27/6/2024).
Namun dalam proses kerja sama itu, Dior diduga mengizinkan dan mendorong eksploitasi tenaga kerja yang dilakukan oleh subkontraktor Tiongkok.
" Jadi, tidak memenuhi standar buruh. Yang pertama, mereka itu hidup asal-asalan. Enggak heran juga kalau perusahaan China, mereka terbiasa dengan hidup seadanya gitu ya. Yang Kedua, mereka tidak berhenti bekerja jadi kasusnya setelah ditarik meteran listriknya eh kapan tuh mereka istirahat ada weekend ada weekend ternyata tidak pernah istirahat ditulisnya simless production," jelasnya.
Akibatnya, pengadilan Milan di Italia kemudian memerintahkan 'tindakan pencegahan administrasi peradilan' terhadap Dior SRL, cabang manufaktur Dior Italia. Mereka lalu menunjuk 'administrator peradilan' untuk mengawasi perusahaan tersebut selama setahun.
Dalam dokumen putusan pengadilan terungkap kondisi kerja empat subkontraktor yang memproduksi tas Dior. Pabrik-pabrik tersebut mempekerjakan banyak imigran gelap dari China dan Filipina. Mereka disebut tidur di bengkel karena pabrik beroperasi 24 jam sehari tanpa hari libur. Perangkat keselamatan bahkan dilepas dari mesin untuk mempercepat produksi.
Karena itu, biaya produksinya jadi lebih murah dan perusahaan mendapat lebih banyak keuntungan. Subkontraktor disebut menghemat menjual setiap tas ke Dior seharga 53 euro (Rp930 ribu). Tas-tas tersebut kemudian dijual di toko seharga 2.600 euro (Rp 45 jutaan).
Oleh karena itu, dengan adanya kasus ini, menurut Dino, bisa menjawab mengenai harga asli barang mewah seperti Dior.
Baca Juga : Viral Pria Madura Meninggal Dunia Usai Sawer Biduan, Diduga Serangan Jantung
"Kasus ini bisa menjawab bahwa sebenarnya barang mewah lo itu harganya cuma model 900.000, loh beli 40 juta. Nangis enggak loh," katanya.
Pernyataan mengenai tas Dior inipun saat ini viral dan menuai beragam komentar warganet.
"Padahal tiap kali liat lady dior nyesek sendiri karna gabisa beli, setelah tau ini keknya mendingan beli tas lokal yg normal2 aja," ujar @numb****.
"Saya sudah paham pa.. karena yg membuat mahal itu brand, itulah dunia bisnis," sahut @ib***".
"Berarti barang kw 1:1 itu ada kemungkinan sama pembuatnya ya," kata @hend****.