JATIMTIMES - Saat puncak haji tiba, dimana melakukan wukuf di padang Arafah, membuat iblis sangat jengkel akan hal tersebut. Iblis bersumpah sampai kiamat akan menyesatkan manusia. Iblis tak ingin manusia berada di jalan Allah.
Dalam Al-Qur'an Surat Al Araf ayat 16, Allah SWT berfirman, Ia (Iblis) menjawab, "Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus".
Baca Juga : Kenapa Dilarang Potong Rambut dan Kuku Bagi yang Berkurban?
Wukuf sendiri, dijelaskan dalam buku Fikih Madrasah Tsanawiyah oleh Zainal Muttaqin dan Amir Abyan merupakan inti dan kunci ibadah haji. Wukuf ini dilaksanakan pada puncak ibadah haji yakni pada 9 Zulhijah setelah tergelincir matahari (waktu Zuhur) sampai terbit fajar tanggal 10 Zulhijah (Idul Adha).
Terkait hal puncak haji itu, Imam Ghazali, dalam Kitab Ihya Ulumuddin versi terjemahan menjelaskan, bahwa Iblis akan menghalang-halangi para jamaah yang akan menuju Makkah untuk melaksanakan haji. Mereka akan menduduki jalan-jalan di Makkah.
Imam Malik dalam Kitab Al Muwaththa' bahwa dalam sabda Rasulullah, menjelaskan iblis begitu kesal akan puncak haji. "Aku belum pernah menyaksikan iblis terlihat begitu kecil, rendah, hina dan begitu jengkel melebihi keadaannya pada hari Arafah."
Alasan kemarahan iblis, karena saat di Arafah itu, Allah SWT menurunkan rahmatnya dan menurunkan ampunan kepada umatnya. Melihat orang-orang mendapat ampunan Allah SWT itulah, membuat iblis merasa jengkel.
Iblis merupakan mahkluk Allah yang dikenal ketaatanya kepada Allah. Ia juga makhluk yang diberikan "keistimewaan" panjang umur oleh Allah. Hal ini menjadikan iblis sombong dan menolak perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam. Allah SWT pun kemudian melaknat iblis dan mengeluarkannya dari surga.
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah pernah menjelaskan bahwa, "Sebagian dari dosa itu tidak akan terampuni kecuali dengan wukuf di Padang Arafah."
Baca Juga : Tidur Nyaman di Pesawat: Ikuti 10 Cara ini, Cocok untuk Penerbangan Jauh
Sebuah hadist dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Siapa saja yang berhaji ke Baitullah, lalu ia tidak berbuat yang diharamkan dan tidak bertengkar dengan orang lain, niscaya ia akan keluar dari dosa-dosanya seperti pada hari ketika ia dilahirkan ke dunia oleh ibunya."
Mereka yang berhaji mendapatkan keutamaan. Dalam sebuah riwayat Imam Al-Baihaqi, Rasulullah juga pernah menjelaskan tentang orang yang melaksanakan haji dan umrah, lalu kemudian meninggal. Mereka kemudian akan mendapatkan keuntungan, dimana surga tanoa adanya hisab.
Rasulullah SAW bersabda, "Siapa saja yang meninggalkan rumahnya untuk berhaji atau menjalankan ibadah umrah, namun ia ditakdirkan meninggal dunia di tengah perjalanan, niscaya dituliskan baginya pahala sebagaimana orang yang berhaji atau berumrah sampai hari kebangkitan kelak. Siapa saja yang meninggal dunia pada salah satu tanah haram (tanah suci Makkah maupun Madinah), niscaya ia tidak akan dihisab dan tidak akan diperhitungkan perbuatannya, lalu dikatakan kepadanya, 'Masuklah ke surga'."