JATIMTIMES - KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab dengan sapaan Gus Baha membahas perihal kiblat yang beberapa waktu yang lalu mendapat perhatian dari Kementerian Agama (Kemenag).
Diketahui jika beberapa waktu lalu fenomena alam terjadi di Mekkah. Fenomena tersebut adalah rashdul kiblat. Rashdul kiblat sendiri berarti momen di mana posisi matahari persis di atas Ka’bah, yang mana posisi matahari senilai dengan lintang Ka’bah, yaitu 21 derajat 25’.
Baca Juga : Faktor Ini Buat Gen Z Sulit Beli Rumah, Ini Kata Pakar Manajemen
Melansir kanal YouTube @Takmir Al Mu’min pada Minggu, (2/6/2024) Gus Baha menanggapi langkah Kementerian Agama yang mengukur arah kiblat menggunakan GPS.
"Kemarin kan ramai di Kemenag. Kiblat semuanya diukur dengan GPS, terus beberapa masjid dikomentari salah, karena diukur pakai GPS,” ungkap Gus Baha.
“Kalau dalam bahasa Falaq itu Yauma Rashdul Qiblat, memang bisa dilacak secara ilmu pengetahuan,” sambungnya.
Menanggapi hal itu, Gus Baha menyitir firman Allah SWT, yakni surah Al-Baqarah ayat 144 yang berbunyi:
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ
Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.”
“Kamu yang penting sholat menghadap masjid haram. Masjid itu ya bangunan,” terang Gus Baha.
“Sehingga kata Ibnu Abbas yang diriwayatkan banyak ulama mengatakan, “Al-Ka’bah li qiblatu liahlil masjid, wal masjidu liqiblati ahlil haram, wal haram qiblatun li ahlil masyriq wal maghrib,” lanjutnya.
Gus Baha lalu memaparkan pandangan Ibnu Abbas yang banyak dirujuk oleh para ulama.
“Jadi kalau orang di dalam masjid (Masjidil Haram), kiblatnya harus Ka’bah, di luar masjid kiblatnya asal bangunan Masjidil Haram,” paparnya.
“Tapi di luar sini, seperti di Indonesia, boleh semua Tanah Haram,” sambungnya.
Baca Juga : Cara Mudah Pilih Nomor Kursi Kereta Api agar Tak Hadap Mundur Selama Perjalanan
Lebih jauh Gus Baha menjelaskan secara ilmiah dan terang benderang tatkala menjelaskan perkataan Sahabat Ibnu Abbas RA. Menurutnya kiblat yang benar tidak harus tepat atau persis menghadap kiblat.
“Kenapa begitu? Kata Ibnu Abbas karena Al-Qur’an turun billisaanin arabiyyiin. Jadi kalau orang Yogya akan ke Jakarta arahnya ke mana? Barat. Itu sebetulnya ketika anda ke barat itu persis Jakarta atau bisa saja pasnya Pangandaran?” jelasnya.
“Tapi orang itu akan bilang kalau ke Barat ya ke Jakarta, meskipun presisi anda tepatnya di Pangandaran,” sambungnya.
Dengan begitu kata Gus Baha, setiap orang yang sudah menghadap ke arah Barat maka itu juga bisa disebut dengan menghadap kiblat.
“Nah Kiblat seperti itu, asal orang menghadap ke Barat, itu orang sudah bilang menghadap ke Ka’bah. Tidak usah sedetail misalnya harus pas atau tepat ka’bah,” tutupnya.
Anjuran yang disampaikan oleh Gus Baha ini sangat berbeda dengan imbauan yang dikeluarkan oleh Kemenag.
Dimana Kemenag pada saat terjadi rashdul kiblat mengimbau agar umat Muslim di Indonesia untuk meluruskan arah kiblat dengan presisi.
Bahkan Kemenag sampai meminta masyarakat menggunakan alat seperti GPS sebagai petunjuk arah kiblat yang benar.