JATIMTIMES - RK (13) siswa salah satu SMP Negeri di Kota Batu harus tewas pasca dikeroyok teman sekolahnya sendiri. Penganiayaan terungkap setelah RK meninggal dunia dalam perawatan di rumah sakit dua hari setelah kejadian.
Aksi kekerasan itu disinyalir salah satunya karena pengaruh keluarga, lantaran terduga anak berhadapan dengan hukum (ABH) sering saksikan kekerasan.
Baca Juga : Puguh Wiji Pamungkas Gelar Seminar Harlah Pancasila, Cegah Narkoba dan Kenakalan Remaja
Sebagaimana diberitakan, RK, remaja asal Kecamatan Batu, Kota Batu kehilangan nyawa diduga beberapa waktu setelah dikeroyok temannya. RK meninggal dunia di RS Hasta Brata Kota Batu, Jumat (31/5/2024). Menurut keterangan keluarga, korban sempat mengeluh pusing. Lima ABH terduga pelaku telah dimintai keterangan oleh Polres Batu.
Mereka yang terlibat di antaranya AS (13) asal Kecamatan Batu, MI (15) asal Pujon Kabupaten Malang, KA (13) asal Bumiaji, MA (13) dan KB (13) asal Kecamatan Batu. Hanya MI yang tidak satu sekolah dengan korban namun merupakan teman bermain korban, sedangkan keempat anak lainnya adalah teman sekelas RK.
Ditemui Sabtu (1/6/2024), Ina Misaroh selaku kepala SMP Negeri dimana korban dan pelaku sekolah, menyampaikan sebelumnya tak ada kecurigaan. Terlebih saat hari kejadian, kegiatan belajar mengajar tengah dalam masa ulangan sekolah, sehingga siswa pulang lebih awal. Dimana pelaku sempat beralasan kerja kelompok.
"Anak-anak saat itu dalam masa ulangan sekolah. Jadi tidak mungkin kami bebankan tugas, apalagi tugas kelompok," ungkap Ina.
Pihaknya baru mengetahui pada saat korban dikabarkan meninggal dunia. Saudara kembar RK yakni RA juga tidak bercerita ke sekolah maupun orang tua. Korban RK sempat diketahui tetap melaksanakan ulangan sekolah pada hari Kamis.
Pihak sekolah sempat mencari informasi dari orang tua terduga pelaku anak. Hingga ke warga terdekat tetangga pelaku. Hingga diketahui adanya perilaku kekerasan yang sering disaksikan MA, yakni ABH pelaku pengeroyokan.
"Kembali ke keluarga, ya, bahwa anak mengalami hal semacam ini karena di rumah bapaknya sering memukul ibunya di depan anak. Sebab sering melihat orang tuanya, akhirnya stres di sekolah," tutur Ina.
Baca Juga : Dokter Inda Meilina Sofiani: Jadi Tenaga Kesehatan Haji Kloter Banyuwangi di Usia Muda
Pihak orang tua, yakni ibu pelaku telah dipanggil ke sekolah bersama sang anak. Tujuannya untuk mencari informasi dan kejadian lebih jelas.
"Kami tanyai anaknya di depan orang tuanya, ternyata orang tuanya kaget. Ternyata anaknya melakukan seperti itu, jadi sangat disayangkan," katanya.
Ina bilang, beberapa ABH lain yang ikut terlibat juga diketahui kerap bermasalah dan dipanggil guru bimbingan konseling (BK). Mulai dari sering tidak masuk kelas, hingga mengganggu teman sebayanya.
Untuk sikap sekolah selanjutnya, Ina menyebut bakal mengikuti dan menunggu proses hukum yang berjalan. Namun, pihak sekolah berupaya memastikan hak sebagai pelajar tetap dipenuhi.
"Kami tunggu proses hukum dan selama kegiatan ini kami mohon saran dari semuanya. Baik dinas terkait di Pemkot Batu dan penegak hukum. Karena kami mau memutuskan langsung juga salah, kalau pendidikan di tempat (lembaga pemasyarakatan anak) ada, kami juga berterima kasih," jelasnya.