free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Serba Serbi

Anak Keras Kepala? 5 Kesalahan Parenting Ini Kata Pakar Bisa Jadi Penyebabnya

Penulis : Mutmainah J - Editor : Nurlayla Ratri

04 - May - 2024, 16:09

Placeholder
Ilustrasi anak keras kepala. (Foto dari internet)

JATIMTIMES - Setiap anak mempunyai sifat dan karakter yang berbeda, salah satunya adalah sifat keras kepala. Biasanya, anak-anak dengan karakter ini memiliki kemauan yang keras dan tekad yang kuat untuk melakukan sesuatu yang mereka inginkan serta cenderung sulit untuk menerima nasihat orang tua.

Terbentuknya karakter ini bisa jadi karena kita sebagai orang tua salah dalam mendidiknya. 

Baca Juga : Gerindra dan PDIP Bangun Koalisi Politik, Siap Menangkan Bunda Indah

Selain itu, saat Si Kecil mengalami tumbuh kembang dari balita menuju usia sekolah biasanya mereka cenderung meniru perilaku orang tua. Jika orang tua memiliki perilaku keras kepala, hal ini bisa menjadi faktor yang memperkuat sifat keras kepala pada anak.

Jadi, ketika orang tua menunjukkan sikap keras kepala atau menunjukkan ketidaksetujuan yang tidak sehat, anak akan belajar untuk menirunya. Menyadari kesalahan-kesalahan umum ini dapat membantu orang tua menumbuhkan sikap yang lebih kooperatif dan mudah beradaptasi pada anak-anak mereka.

Melalui pendekatan yang penuh pengertian, komunikatif, dan konsisten, orang tua dapat membantu anak mengembangkan keterampilan untuk mengatasi tantangan dan merespons dengan lebih fleksibel dalam berbagai situasi.

Kesalahan parenting penyebab anak keras kepala

Melansir laman Times Now, berikut kesalahan parenting yang dapat memicu anak menjadi pribadi yang keras kepala:

1. Pola asuh yang terlalu permisif

Menuruti setiap permintaan tanpa memberikan batasan, anak menjadi terlalu terbiasa memperoleh apa yang mereka inginkan tanpa menghargai perspektif atau kebutuhan orang tua, sehingga menguatkan sikap egois dan keras kepala. Ketika orang tua terlalu sering memberikan perhatian pada kemauan anak tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, anak menjadi tidak belajar untuk mengendalikan impuls mereka atau memahami pentingnya menghormati batasan.

Selain itu, memenuhi setiap keinginan anak tanpa mengajarkannya untuk menghargai kebutuhan dan keinginan dapat mengembangkan perilaku keras kepala. Alhasil anak tidak belajar untuk mempertimbangkan keinginan dengan kebutuhan jika mereka terbiasa mendapatkan apa yang diinginkan tanpa memperhatikan kondisi orang tua.

2. Kurangnya komunikasi yang jelas

Ketika anak tidak memahami mengapa aturan ditetapkan atau mengapa suatu perilaku diharapkan dari orang tua, mereka akan merasa tidak terdorong untuk mematuhinya. Hal ini menyebabkan frustrasi dan konflik antara orang tua dan anak, sehingga menimbulkan perilaku keras kepala saat anak mencoba untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka.

Anak perlu diberikan penjelasan yang masuk akal tentang mengapa aturan atau batasan diperlukan. Hal tersebut dapat membantu mencegah kesalahpahaman dan meminimalkan konflik yang akan timbul.

Sementara itu, komunikasi yang baik juga membantu anak memahami pentingnya menghormati otoritas dan mematuhi aturan, sehingga mengembangkan sikap yang kooperatif dan mudah beradaptasi pada Si Kecil.

3. Mengabaikan kebutuhan emosional

Melalaikan emosi anak dapat membuat mereka merasa tidak didengarkan atau tidak diterima, sehingga mendorong mereka untuk bersikap keras kepala sebagai cara untuk mengekspresikan diri. Saat anak merasa bahwa perasaan mereka diabaikan atau dianggap remeh, mereka akan merasa frustrasi dan kekecewaan yang dalam.

Tanpa saluran yang sehat untuk mengekspresikan emosi mereka, anak-anak cenderung mencari cara lain untuk menarik perhatian atau mengekspresikan ketidakpuasan mereka.

Hal ini dapat mengganggu perkembangan hubungan yang sehat antara orang tua dan anak, serta menghambat kemampuan anak untuk mengatur emosi mereka dengan baik. Saat anak merasa tidak didengarkan atau tidak diterima, mereka akan mulai menggunakan perilaku keras kepala sebagai bentuk perlawanan terhadap otoritas orang tua atau sebagai cara untuk menunjukkan ketidakpuasan mereka terhadap situasi dan peraturan tertentu.

4. Mengabaikan perilaku positif

Jika Bunda berfokus hanya pada perilaku negatif dan mengabaikan tindakan positif dapat membuat anak enggan mencari persetujuan melalui kerja sama. Hal inilah yang juga dapat meningkatkan sifat keras kepala pada Si Kecil.

Ketika Bunda dan Ayah hanya memberikan perhatian pada perilaku negatif atau kesalahan yang dilakukan oleh anak, mereka secara tidak langsung menangkap pesan bahwa perilaku negatif yang layak mendapatkan perhatian atau reaksi. Hal ini membuat anak merasa bahwa mereka hanya diakui ketika melakukan hal-hal yang salah atau menarik perhatian dengan perilaku yang tidak diinginkan.

5. Kurangnya rutinitas yang konsisten

Rutinitas yang tidak konsisten dalam jadwal sehari-hari dapat memicu rasa ketidakpastian dan kecemasan pada anak. Hal ini menimbulkan penolakan dan perilaku keras kepala anak.

Si Kecil membutuhkan struktur dan konsistensi dalam rutinitas harian mereka untuk merasa aman dan stabil. Jika rutinitas yang biasanya mereka andalkan terganggu atau tidak konsisten, mereka mungkin merasa bingung, tidak terduga, atau tidak terkontrol.

Dalam situasi seperti ini, anak akan mencoba untuk mengambil kendali atau mengekspresikan ketidaknyamanan mereka melalui perilaku keras kepala. Mereka akan merasa frustrasi atau tidak terlindungi oleh ketidakpastian yang dihadapi dan mencari cara untuk mendapatkan kembali kendali dalam kehidupannya. 

Cara untuk mengasuh anak yang keras kepala

Berikut ini beberapa cara yang dapat orang tua lakukan untuk mengasuh anak keras kepala menurut Parenting Firstcry:

1. Jangan Berdebat

Baca Juga : Benarkah Kopi Campur Mentega Bisa Menurunkan Berat Badan? Ini Kata Pakar

Anak-anak yang keras kepala selalu siap menghadapi pertengkaran secara langsung. Jadi, jangan beri mereka kesempatan itu ya, Ma. Bersabarlah untuk mendengarkan apa yang ingin mereka katakan, bangunlah percakapan yang tenang daripada sebuah pertengkaran.

Saat orang tua menunjukkan siap untuk mendengarkan cerita dari sisi mereka, itu kemungkinan besar dapat membuat mereka ikut mendengarkan apa yang ingin kita katakan.

2. Membangun Koneksi

Jangan memaksa anak untuk melakukan sesuatu yang enggak mereka inginkan ya, Ma. Hal itu hanya akan membuat mereka lebih memberontak dan cenderung melakukan hal yang enggak seharusnya dilakukan.

Contohnya, kalau kita ingin anak berhenti menonton televisi dan beralih mengerjakan pekerjaan rumah, cobalah terlebih dahulu untuk menonton televisi bersama sejenak.

Cara itu akan membangun suasana yang lebih bersahabat dan selanjutnya Mama-Mama bisa bertanya apakah mereka mau mengerjakan PR sambil kita temani.

3. Tawarkan Beberapa Pilihan

Memberi tahu anak yang keras kepala tentang apa yang harus mereka lakukan merupakan cara yang pasti dapat memicu sikap memberontak dalam diri mereka.

Orang tua bisa menggantinya dengan menawarkan beberapa pilihan sehingga tetap memberi kesan bahwa mereka memiliki kendali atas hidup mereka dan dapat secara mandiri memutuskan apa yang ingin mereka lakukan.

4. Menjaga Kedamaian di Rumah

Pastikan orang tua menjadikan rumah sebagai tempat untuk merasa bahagia, nyaman, dan aman setiap saat. Bersikap sopan kepada semua orang di rumah, terutama pasangan menjadi cara yang ampuh untuk membuat anak mengurangi sifat keras kepalanya.

Karena secara enggak langsung, mereka akan memahami bahwa kedamaian dan segala sesuatu yang dilakukan dengan tenang serta lembut itu merupakan hal yang terbaik untuk dilakukan.

6. Tingkatkan Keterampilan Negosiasi

Anak-anak yang keras kepala merasa sulit untuk menerima penolakan langsung ketika mereka meminta sesuatu. Jadi, orang tua bisa mencoba untuk bernegosiasi dengan mereka.

Misalnya, saat anak bersikeras untuk mendengarkan dua cerita pengantar tidur, bicarakan kepada mereka bahwa ia dapat memilih sebuah cerita untuk malam ini dan satu lagi untuk besok.

7. Mendorong Perilaku Baik

Memberikan contoh yang baik adalah awal dari segala pendidikan karakter yang baik pula bagi anak. Itulah mengapa penting banget Ma untuk menjaga perilaku kita di hadapan anak.

Jika Mama cenderung suka menggunakan kata “enggak”, “enggak bisa”, atau “enggak akan”, kemungkinan besar, anak juga akan terbiasa melakukan hal yang sama.

Ketika Mama menunjukkan contoh-contoh perkataan yang terlalu tegas menolak tanpa memberikan ruang bernegosiasi, di saat itulah anak berpikiran untuk melakukan hal yang sama.

8. Tetapkan Aturan dan Konsekuensi

Anak-anak yang keras kepala membutuhkan aturan dan konsekuensi demi kebaikan mereka. Jadi, tetapkan batasan yang jelas di dalam keluarga ya, Ma.

Mintalah masukan dari anak tentang apa konsekuensi dari berperilaku keras kepala dan bagaimana pandangan mereka terhadap masing-masing konsekuensi tersebut.


Topik

Serba Serbi anak keras kepala pola parenting



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Mutmainah J

Editor

Nurlayla Ratri