JATIMTIMES - Di tengah gebyar perayaan Hari Raya Idul Fitri, tradisi salaman menjadi momen yang sangat istimewa bagi masyarakat Indonesia. Lebih dari sekadar rangkaian ritual, salaman menjadi simbol kesederhanaan, kehangatan, dan kebersamaan dalam merayakan kemenangan setelah menjalani bulan Ramadan penuh ibadah.
Tradisi salaman merupakan manifestasi dari nilai-nilai Islam yang mendorong umatnya untuk saling memaafkan dan membina hubungan yang harmonis. Di momen Lebaran ini, orang-orang saling berpelukan, bersalaman, dan memohon maaf satu sama lain sebagai bentuk perayaan dan penutupan bulan Ramadan yang penuh berkah.
Baca Juga : Daftar Tarif Tol Trans Jawa Selama Mudik Lebaran 2024
Menurut Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta Mokhamad Zainal Anwar menjelaskan, tradisi salaman saat Lebaran tidak hanya sekadar datang, makan, dan pulang. Banyak keutamaan yang bisa didapatkan dengan melakukan tradisi tersebut.
”Dalam tradisi santri ada keyakinan akan adanya barokah (bertambahnya kebaikan dan kebahagiaan). Dengan silaturahim, maka kita akan bisa saling berbagi cerita, saling menyemangati, dan saling mendoakan kebaikan,” jelasnya, dilansir YouTube Febi TV, Rabu (10/4).
Salaman bukan hanya sekadar ritual formal, tetapi juga menyiratkan makna yang dalam. Ini adalah momen untuk merangkul, memaafkan, dan memulai lembaran baru dalam hubungan sosial. Ketika seseorang menyampaikan maaf kepada orang lain, itu adalah tanda bahwa ia membuka pintu hatinya untuk menerima kembali orang tersebut dalam lingkaran kasih sayang dan kedamaian.
Pria yang juga Member Imam Besar Masjid Raya Sheikh Zayed Solo tersebut mengatakan setelah bersalaman akan dilanjutkan dengan pertanyaam soal kabar. Dalam momen ini sesama manusia juga akan saling bertukar cerita pengalaman hidup. Yang mana bisa memunculkan bantuan atau solusi jika ada kendala.
”Contohnya jika ada kesulitan ekonomi, bisa jadi akan mendapat tawaran pekerjaan dan sebagainya. Jadi tradisi salaman tidak sekedar datang, makan dan pulang,” tambahnya.
Tidak hanya dalam lingkup keluarga, tradisi salaman juga meluas ke lingkungan sosial yang lebih luas. Di masjid-masjid, pasar-pasar tradisional, atau tempat-tempat umum lainnya, orang-orang saling berjabat tangan dengan penuh keikhlasan dan kegembiraan. Ini adalah momen yang mengingatkan kita akan pentingnya mempererat tali persaudaraan dan membangun kedamaian di tengah keragaman.
Baca Juga : Siapa Pengisi Kursi Pimpinan DPRD Kabupaten Malang? PKB: Tunggu Instruksi DPP
Saat salaman, umat Islam juga bisa berupaya meminta maaf dengan semua. Inilah salah satu keutamaan Idul Fitri. ”Terutama orang tua, keluarga hingga tetangga dekat maupun jauh,” tambahnya.
Dalam esensi sejatinya, tradisi salaman pada Hari Raya Idul Fitri adalah simbol kebersamaan, kedamaian, dan kebahagiaan dalam merayakan kemenangan spiritual setelah menjalani bulan Ramadan. Dengan saling memaafkan dan merangkul satu sama lain, kita menguatkan ikatan persaudaraan yang kuat dan memperkuat fondasi nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari. Selamat Hari Raya Idul Fitri, mari kita sambut kedatangannya dengan hati yang bersih dan penuh kasih sayang.
Selain itu, Idul Fitri memiliki banyak keutamaan lainnya. Zainal menjelaskan keutamaan yang pokok adalah rasa syukur sudah mampu menjalankan ibadah puasa Ramadan sebulan penuh. Kemudian mampu mengalahkan hawa nafsu sehingga berupaya menggapai kembali ke jiwa yang suci atau fithrah.
”Nah, fithrah manusia ini lahir tanpa dosa. Untuk menyempurnakan perlu melakukan zakat (baik harta maupun zakat fitrah),” pungkas Zainal.