JATIMTIMES - Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) merupakan salah satu dari sekian banyak organisasi mahasiswa yang sampai saat ini masih eksis dan mencetak kader-kader luar biasa.
GMNI dibentuk dari hasil peleburan tiga organisasi mahasiswa yakni Gerakan Mahasiswa Merdeka berpusat di Surabaya, Gerakan Mahasiswa Marhaenis berpusat di Yogyakarta dan Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) berpusat di Jakarta.
Baca Juga : Viral, Muncul Dugaan Semburan Air Panas Usai Gempa Bawean
Dilansir dari laman DPP GMNI, awal mula pembentukan organisasi mahasiswa GMNI, bermula ketika pada September 1953 lalu, Ketua GMDI S.M. Hadiprabowo yang berinisiatif meleburkan organisasi-organisasi mahasiswa di Indonesia yang mengusung asas Marhaenisme.
Hadiprabowo pun menggelar pertemuan dengan Slamet Djajawidjaja, Slamet Rahardjo dan Haruman yang merupakan anggota dari Gerakan Mahasiswa Merdeka. Selanjutnya, Hadiprabowo juga menggelar pertemuan dengan Wahyu Widodo, Subagio Masrukin dan Sri Sumantri yang merupakan anggota dari Gerakan Mahasiswa Marhaenis.
Setelah melakukan rapat dan diskusi secara intens, Hadiprabowo bersama jajaran pimpinan dari Gerakan Mahasiswa Merdeka dan Gerakan Mahasiswa Marhaenis bersepakat untuk melakukan pertemuan. Pertemuan perdana ketiga pimpinan organisasi mahasiswa tersebut bertempat di Rumah Dinas Wali Kota Jakarta Raya atau saat ini setara dengan Gubernur DKI Jakarta yakni Soediro di Jalan Taman Suropati.
Dalam pertemuan tersebut menghasilkan empat keputusan penting yang menjadi dasar awal pembentukan GMNI. Yakni ketiga organisasi setuju untuk melakukan fusi atau peleburan; wadah bersama hasil peleburan tiga organisasi ini bernama Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesa (GMNI); Asas dari GMNI adalah Marhaenisme ajaran Bung Karno; sepakat untuk mengadakan Kongres pertama GMNI di Kota Surabaya.
Selain itu, dalam pertemuan perdana tersebut juga disepakati bahwa Kota Surabaya dipilih menjadi tempat Kongres ke-I GMNI. Para pimpinan ketiga organisasi pun melakukan pertemuan dengan Presiden RI ke-I Ir. Soekarno untuk meminta restu pembentukan organisasi mahasiswa bernama GMNI.
Bung Karno pun memberikan restu terkait dengan pembentukan organisasi mahasiswa GMNI. Dalam pertemuan dengan Bung Karno juga ditetapkan, tanggal 23 Maret 1954 sebagai waktu digelarnya Kongres ke-I GMNI di Surabaya.
Dalam Kongres ke-I itu juga ditetapkan asas GMNI yakni Marhaenisme. Asas Marhaenisme yakni sosio nasionalisme, sosio demokrasi dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Lalu tujuan GMNI yakni mendidik kader bangsa dalam mewujudkan Sosialisme Indonesia berdasarkan Pancasila 1 Juni 1945 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Baca Juga : Bukan Tuban, BMKG Tegaskan Gempa M 6,5 di Jatim Lebih Dekat ke Bawean
Sebagai organisasi pengkaderan, GMNI juga memiliki motto perjuangan organisasi. Yakni "Pejuang Pemikir-Pemikir Pejuang". Motto tersebut bermakna pejuang rakyat yang selalu memikirkan perjuangan dan kelanjutan perjuangannya. Kemudian pemikir (intelektual) yang selalu mengabdikan ilmunya untuk perjuangan rakyat sepenuhnya.
Gelaran Kongres ke-I GMNI di Surabaya ditetapkan sebagai hari lahir atau dies natalis GMNI. Pada hari Sabtu, 23 Maret 2024, GMNI telah menginjak usia ke-70 tahun. Selama 70 tahun berjuang untuk rakyat, GMNI telah banyak mencetak kader-kader berkualitas yang luar biasa. Mulai dari kalangan politisi, birokrat, akademisi hingga praktisi hukum, dan lain-lain.
Sederet kader GMNI yang telah berkontribusi dalam perkembangan Bangsa Indonesia, di antaranya jajaran pendiri yakni S.M. Hadiprabowo, Slamet Djajawidjaja, Slamet Rahardjo, Haruman, Wahyu Widodo, Subagio Masrukin dan Sri Sumantri.
Kemudian para alumni GMNI yang telah banyak berkontribusi bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yakni Mantan Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri; pengusaha sekaligus mantan politisi Partai Golkar dan Partai NasDem yakni Siswono Yudo Husodo; mantan Ketua MPR RI Taufiq Kiemas; mantan Ketua Mahkamah Konstitusi RI dua periode Arief Hidayat; budayawan sekaligus jurnalis Eros Djarot; Wakil Ketua MPR RI dari PDI Perjuangan Ahmad Basarah; mantan Ketua KPK RI Antasari Azhar; mantan Gubernur Jawa Timur Soekarwo; anggota DPR RI dari PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat; hingga mantan Gubernur Jawa Tengah dua periode Ganjar Pranowo.