JATIMTIMES - Bulan Ramadan, sebagai bulan yang penuh berkah dan ampunan, selalu menjadi momen istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Umat Islam di Kabupaten Blitar pun tak ketinggalan dalam merayakan kehadiran bulan suci ini dengan penuh semangat dan antusiasme. Namun, ada satu tradisi unik yang menjadi ciri khas dari Pondok Pesantren Mambaul Hikam di Desa Mantenan, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar, yang membedakannya dari tempat lain: Salat Tarawih Kilat.
Tradisi salat tarawih yang berlangsung hanya dalam waktu 10 menit di pondok pesantren tersebut telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sejak lebih dari satu abad yang lalu. Meskipun tergolong sebagai salat tarawih tercepat di dunia, tidak ada protes yang muncul dari ulama dan warga setempat. Justru, salat tarawih kilat ini menjadi daya tarik sendiri bagi masyarakat, dan jumlah jamaah yang memadati masjid di Pondok Pesantren Mambaul Hikam selalu lebih ramai dibandingkan dengan tempat lain.
Baca Juga : Pengumuman Resmi: Ini Hasil Final Perolehan Kursi DPRD Jatim dari Dapil VII dan VIII
Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Hikam, Dliya'udin Azzamzammi, atau yang akrab disapa Gus Diya, mengungkapkan bahwa tradisi salat tarawih kilat ini telah berlangsung sejak pendirian pondok pesantren tersebut oleh kakeknya, KH Abdul Ghofur, sekitar 160 tahun yang lalu. Gus Diya menjelaskan bahwa tradisi ini diawali atas inisiatif kakeknya untuk mempermudah masyarakat dalam menjalankan ibadah salat tarawih.
“Salat tarawih cepat ini sejak zaman kakek saya, sudah lebih dari 160 tahun, kami hanya melanjutkan tradisi saja, dan sesuai syariat ini tidak melanggar karena gerakan dan bacaannya sama,” jelas Gus Diya.
Alasan di balik kecepatan pelaksanaan salat tarawih ini adalah untuk mengakomodasi kondisi masyarakat di Desa Mantenan pada zaman dahulu, yang mayoritas bekerja dari pagi hingga sore. Kakek Gus Diya sadar bahwa jika salat tarawih terlalu lama, banyak yang tidak akan mampu menjalankannya karena kelelahan akibat bekerja. Oleh karena itu, inisiatif untuk mempercepat salat tarawih di Pondok Pesantren Mambaul Hikam menjadi sebuah solusi yang tepat agar masyarakat tetap dapat
melaksanakan ibadah tersebut.
Pondok Pesantren Mambaul Hikam didirikan pada tahun 1907 oleh KH Abdul Ghofur, seorang tokoh agama yang memiliki latar belakang keluarga dari Desa Blangkah, Kecamatan Pakis, Kabupaten Trenggalek. Beliau adalah putra dari Kiai Asnawi dan Nyai Sholihah. KH Abdul Ghofur dikenal sebagai sosok yang sangat alim dan memiliki pengetahuan luas dalam berbagai bidang keilmuan. Riwayat mencatat bahwa sebelum mendirikan Pondok Pesantren Mambaul Hikam, beliau sempat menimba ilmu di beberapa pondok pesantren terkemuka, antara lain Ponpes Mangunsari di Nganjuk dan Ponpes Mablong di Kediri.
Menariknya, sejarah mencatat bahwa KH Abdul Ghofur adalah seorang putra mantu dari seorang tokoh kaya dan dermawan bernama H. Munajat. H. Munajat melihat kesalehan dan kealiman yang dimiliki oleh Abdul Ghofur, sehingga memilih untuk mengambilnya sebagai putra mantu. Hal ini mencerminkan penghargaan atas kealiman dan ketulusan Abdul Ghofur dalam meniti jalan kehidupan serta pengetahuannya dalam bidang agama.
"Alasannya supaya masyarakat mau menjalankan sholat tarawih. Zaman dulu kan masyarakat di Desa Mantenan bekerja mulai pagi hingga sore. Kalau terawih terlalu lama akhirnya banyak yang tidak tarawih karena capek. Akhirnya kakek saya KH Abdul Ghofur berinisiatif agar salat tarawih dicepatkan agar masyarakat tetap mau beribadah menjalankan salat tarawih di bulan ramadan," imbuhnya.
Baca Juga : DPRD Kota Blitar Soroti Hasil Razia Miras Satpol PP: Perlu Tindakan Tegas
Salat tarawih kilat di Pondok Pesantren Mambaul Hikam hanya diterapkan untuk salat tarawih dan witir saja, sementara untuk salat lima waktu lainnya tetap dilakukan seperti biasa. Hal ini menjadikan salat tarawih kilat sebagai sebuah tradisi unik yang tetap terpelihara dengan baik di pondok pesantren tersebut.
Tidak hanya menjadi daya tarik bagi masyarakat sekitar, tetapi Pondok Pesantren Mambaul Hikam juga menjadi tujuan ibadah bagi jamaah dari desa-desa di sekitarnya bahkan dari daerah lain seperti Kediri dan Tulungagung. Keefisienan waktu dalam pelaksanaan salat tarawih kilat menjadi nilai tambah yang menarik bagi para jamaah yang memilih untuk melaksanakan ibadah di masjid pondok pesantren ini.
Dengan demikian, tradisi salat tarawih kilat di Pondok Pesantren Mambaul Hikam bukan hanya sekadar sebuah kebiasaan yang terjaga dari generasi ke generasi, tetapi juga menjadi bukti akan adaptasi dan kebijaksanaan dalam menjalankan ibadah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat pada zamannya.