JATIMTIMES - Sebuah potret di media sosial ramai menjadi sorotan yang memperlihatkan awan Lenticular berada di samping Gunung Semeru.pada Senin (11/3/2024). Hal ini seperti terlihat dari rekaman CCTV PVMBG pada pukul 06.02 WIB.
Dalam potret yang dibagikan akun X @info_semeru, tampak awan Lenticular berada di samping Gunung Semeru. "Pagi ini awan di samping Gunung Api semeru, ada yang menyebut awan toping, ada pula yang sebut awan lenticular," tulis akun tersebut.
Baca Juga : Deklarasikan Diri Jadi Calon Bupati Muda, Rio Janji Undang KPK ke Situbondo
Lantas apa itu awan lenticular? Melansir dari Outforia, awan Lenticular atau Altocumulus Lenticularis merupakan awan gelombang orografik yang berbentuk seperti cawan. Orang-orang banyak menyebutnya sebagai awan mirip UFO, clouds of heaven, bahkan lennies.
Bukan tanpa alasan. Sebutan tersebut disematkan karena bentuk awan ini mirip seperti benda luar angkasa yang muncul di film alias UFO.
Menurut Outforia, awan Lenticular sebagai salah satu jenis awan langka karena kemunculannya terbilang jarang. Awan Lenticular sendiri umumnya terbentuk di lapisan troposfer pada ketinggian 6.500-16.500 meter. Selain itu, lebih sering pula dijumpai pada perbukitan atau pegunungan yang berlawanan dengan arah angin.
Melansir Met Office, ada tiga jenis utama awan Lenticular. Di antaranya adalah Altocumulus Standing Lenticular (ACSL), Stratocumulus Standing Lenticular (SCSL), dan Cirrocumulus Standing Lenticular (CCSL). Masing-masing awan tersebut memiliki ketinggian yang berbeda-beda.
Awan Lenticular bisa berlangsung hingga beberapa jam sebelum akhirnya menghilang secara bertahap. Jenis awan ini tidak bergerak dan tidak terdorong angin di sekitarnya. Itulah alasan mengapa awan Lenticular bisa muncul cukup lama.
Sebagai penikmat fenomena alam, formasi awan Lenticular jelas sangat indah dan tampak tidak biasa. Bentuk seperti piring bertumpuk yang berbeda dari awan biasanya.
Baca Juga : Pesantren Tegalsari: Menelusuri Sejarah dan Warisan Spiritual Kiai Ageng Muhammad Besari
Namun, fenomena ini berbanding terbalik bagi pilot atau mereka yang bergelut di bidang penerbangan. Awan Lenticular termasuk jenis awan yang dihindari. Meski terlihat diam, awan ini dapat menimbulkan angin kencang di dalam pusaran maupun di sekitarnya.
Jika mendekatinya, awan ini dapat menyebabkan turbulensi parah, sebagaimana disampaikan dalam National Weather Service. Efek serupa juga bisa terjadi bahkan saat awan belum sepenuhnya terbentuk alias masih berupa gerakan angin.
Awan Lenticular tidak menghasilkan jenis presipitasi apa pun seperti awan Kumulus. Artinya, awan ini mungkin tidak menghasilkan hujan. Meski demikian, awan Lenticular dapat menjadi peramal cuaca alami.
Munculnya awanLenticular dipicu oleh adanya peningkatan jumlah uap air pada ketinggian tertentu. Hal tersebut dapat menjadi pertanda bahwa hujan atau badai salju segera turun, tergantung pada waktu dan lokasinya.