free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Serba Serbi

Seperti Apa Ketentuan Hilal Awal Puasa Terbaru? Berikut Penjelasannya

Penulis : Mutmainah J - Editor : Nurlayla Ratri

11 - Mar - 2024, 12:27

Placeholder
Ilustrasi Hilal. (Foto dari internet)

JATIMTIMES - Setiap Ramadan tiba, kita akan mendengar istilah hilal. Hilal kerap muncul menjadi pembahasan saat bulan Puasa.

Setiap menjelang awal Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah, umat Islam selalu melontarkan pertanyaan mendasar berkaitan dengan penentuan awal bulan.

Baca Juga : Festival Ramadan Kareem Aku Anak Saleh Sukses Digelar, Berikut Juaranya

Biasanya berupa pertanyaan apakah hilal sudah tampak, apakah hilal sudah bisa dilihat, dan lain sebagainya.

Lantas apa sebenarnya Hilal itu?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hilal berarti bulan sabit atau bulan yang terbit pada tanggal satu bulan Kamariah. Secara etimologi, hilal berasal dari bahasa Arab dari kata hilāl yang memiliki arti bulan sabit dan dari kata halla yang berarti menderas (tentang hujan) atau tampak.

Sementara menurut Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Ditjen Bimas) Islam Kementrian Agama (Kemenag) RI, hilal adalah bulan sabit muda pertama yang bisa dilihat setelah terjadinya konjungsi (ijtimak, bulan baru) pada arah dekat matahari terbenam yang menjadi acuan permulaan bulan baru dalam Kalender Islam.

Dalam kitab Ibnu Manzur "Lisan Arab", arti hilal adalah permulaan bulan yang terlihat oleh manusia di awal bulan tersebut. Hilal muncul dalam dua malam di setiap bulan.

Ditambahkan dalam jurnal IAIN Kediri berjudul Memahami Makna Hilal menurut Tafsir Al Quran dan Sains dapat disimpulkan bahwa hilal adalah penampakan bulan sabit setelah terjadi ijtima yang terlihat pada awal bulan pada malam kesatu.

Hilal merupakan bulan baru atau sabit pertama setelah ijtima. Ijtima merupakan konjungsi geosentris di mana posisi Bumi dan Bulan berada di bujur yang sama jika diamati dari Bumi sesaat setelah matahari terbenam.

Para ulama berpendapat bahwa penentuan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah harus didasarkan pada rukyat atau melihat hilal yang dilakukan pada tanggal 29.

Jika rukyat tidak terlihat disebabkan hilal belum bisa dilihat atau adanya gangguan cuaca, maka penentuan awal bulan harus disempurnakan 30 hari (istikmal).

Bagaimana ketentuan hilal?

Terdapat empat ketentuan yang Nahdlatul Ulama (NU) terapkan dalam menggunakan metode rukyatul hilal. Berikut penjelasan tentang ketentuan hilal yang dikutip dari laman NU Online.

1. Jika hilal di bawah ufuk

Jika hilal masih di bawah ufuk atau minus di bawah 0 derajat, maka rukyat tidak lagi berlaku fardu kifayah. Sebab, hilal tidak mungkin dapat dilihat karena posisinya berada di bawah ufuk.

Ini berarti otomatis berlaku istikmal, yakni bulan sebelumnya digenapkan menjadi 30 hari.

2. Jika hilal teramati

Jika hilal dapat teramati dengan posisinya yang sudah mencapai kriteria imkan rukyah (kemungkinan hilal dapat teramati) yang menjadi pedoman NU, maka kesaksian perukyat tersebut dapat diterima.

3. Jika hilal melebihi kriteria imkan rukyah

Baca Juga : Hilal Belum Terlihat, Kemenag Putuskan Awal Puasa Selasa 12 Maret 2024

Kemudian apabila hilal telah melebihi kriteria imkan rukyah yang dipedomani NU, tapi hilal tidak teramati di seluruh titik di Indonesia, maka berlaku istikmal.

4. Jika hilal sudah tinggi

Jika hilal sudah sangat tinggi tetapi tidak teramati, secara hukum mestinya istikmal. Namun jika berlaku istikmal akan berpotensi mengakibatkan usia bulan berikutnya hanya 28 hari.

Apabila terjadi kondisi demikian, maka berlaku peniadaan istimal, meski hilal tidak terlihat.

Tata Cara Menentukan Hilal

Tata cara menentukan hilal berbeda-beda berdasarkan metode dan lokasi pengamatan. Di Indonesia, pengamatan hilal umumnya dilakukan dengan dua metode yang disebut rukyatul hilal dan hisab.

1. Rukyatul Hilal

Rukyatul hilal merupakan metode penetapan awal bulan dalam kalender Islam berdasarkan pengamatan bulan. Hilal akan diamati ketika matahari tenggelam dengan mata telanjang atau pun menggunakan alat bantuan optik seperti teleskop. Pengamat harus menemukan bagian bulan yang tampak seperti bulan sabit muda terlihat sekitar 12 jam setelah fase bulan baru (ijtima').

Berdasarkan tinjauan bahasa, Al-Quran, As-Sunnah serta sains dapat disimpulkan bahwa cahaya hilal pasti akan terlihat dari bumi di awal bulan. Bukan hanya sekedar pemikiran ataupun dugaan adanya hilal. Oleh karena itu, jika tidak tampak maka tidak dapat disebut hilal.

2. Hisab

Melansir Mahkamah Syar'iyah Aceh, hisab merupakan perhitungan secara matematis dan astronomis dalam menentukan posisi bulan dalam menentukan awal bulan pada Kalender Islam Hijriah.

Secara harfiah, hisab berarti perhitungan. Dalam Islam istilah hisab biasa digunakan dalam ilmu falak (astronomi) untuk menentukan posisi matahari dan bulan terhadap bumi.

Posisi matahari penting karena menjadi patokan umat muslim dalam menentukan waktu salat. Sedangkan posisi bulan diperkirakan untuk mengetahui terjadinya hilal untuk menentukan bulan baru dalam Kalender Islam Hijriah.


Topik

Serba Serbi hilal awal puasa nu muhammadiyah



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Mutmainah J

Editor

Nurlayla Ratri