JATIMTIMES - Kata kunci ‘Muhammadiyah’ trending di media sosial X pada Sabtu, (9/3/2024). Hal itu terjadi lantaran terpecahnya sikap netizen menghadapi awal bulan puasa yang berbeda antara PP Muhammadiyah dan NU. Padahal, pemerintah sendiri belum menetapkannya.
Diketahui jika pada puasa tahun 2024, Pimpinan Pusat Muhammadiyah umumkan 1 Ramadan 1445 H jatuh pada hari Senin (11/3/2024). Sedangkan Nahdlatul Ulama (NU) memprediksi awal Ramadan 1445 H jatuh pada hari Selasa (12/3/2024).
Baca Juga : Zaidul Akbar Bagikan Resep Herbal Kuat Jalankan Ibadah Salat Malam saat Ramadan
PP Muhammadiyah, setiap tahun, sudah jauh-jauh hari menetapkan 1 Ramadan atau awal Ramadan. Metode penetapan Ramadan ala Muhammadiyah memang berbeda dengan Nahdlatul Ulama (NU).
Kondisi tersebut bukan hal baru. Muhammadiyah dan NU pernah beberapa kali berbeda dalam menentukan awal puasa, seperti pada 1985, 1992, 1998, 2002, 2006, 2011, dan 2022.
Jika sejak awal Ramadan sudah berbeda, kemungkinan besar akan beda pula Hari Raya Idul Fitri alias 1 Syawal. Muhammadiyah akan memulai puasa 1 hari lebih dulu dari NU, yang membuat lebaran juga demikian.
Sementara menyikapi perbedaan itu, banyak netizen yang justru tidak mau mengikuti keputusan yang telah disampaikan Muhammadiyah itu.
Dalam cuitan yang membanjiri tagar Muhammadiyah, banyak netizen yang tidak ingin mengikuti awal puasa Muhammadiyah.
Mereka menyebut ingin mengikuti awal puasa bersama NU namun saat lebaran nanti mereka ingin ikut keputusan Muhammadiyah.
“puasa ikut nu, lebaran ikut muhammadiyah,” cuit @oren***.
“Pas awal puasa ikut NU terus pas lebaran ikut Muhammadiyah boleh gak sih,” tulis @convo***.
Lalu apakah boleh jika puasa ikut NU namun saat lebaran ikut Muhammadiyah?
Dilansir dari YouTube TonightShownet pada Minggu, Habib Jafar memberikan penjelasan terkait kasus tersebut.
Habib Jafar menjelaskan bahwa kita jangan mencampur adukkan perbedaan pendapat dalam satu perkara.
Dalam kata lain, jangan mencampur adukkan keputusan NU dan Muhammadiyah dalam menentukan awal puasa dan juga hari raya Idul Fitri.
Baca Juga : Tips Menikmati Liburan Ramadan yang Aman dan Nyaman
“Tidak boleh puasa ikut lebih akhir, lebaran ikut yang lebih awal, atau mengikuti kedua pendapat ini,” kata Habib Jafar.
Habib Jafar menyarankan untuk memilih keyakinan berdasarkan preferensi pribadi, yang sesuai dengan hati dan kondisi masing-masing.
Seperti dalam menentukan awal bulan Ramadan dengan mengamati hilal atau mengandalkan perhitungan hari.
Ali Saleh Mohammed Ali Jaber atau yang lebih dikenal dengan Syekh Ali Jaber juga pernah membahas perkara tersebut.
Di mana Syekh Ali Jaber dalam unggahan Instagram menjelaskan bahwa bagi yang sejak awal mengikuti keputusan NU, maka wajib mengikuti hari raya Idul Fitri berdasarkan keputusan NU juga.
"Hati-hati tidak boleh ada yang bilang (Saya mau ikut Muhammadiyah besok lebaran, tapi mau lebaran sama pemerintah)," tulis Syekh Ali Jaber dalam postingannya.
Menurut beliau tidak boleh mencampurkan kedua keputusan tersebut. Kita wajib mengikuti keyakinan kita masing-masing sejak awal.
Berdasarkan pandangan Habib Jafar dan Syekh Ali Jaber, disarankan untuk konsisten sejak awal.
Dengan demikian, sebaiknya kita tidak menggabungkan puasa berdasarkan NU dengan merayakan Idul Fitri mengikuti Muhammadiyah.