JATIMTIMES - Kiamat merupakan suatu kepastian yang akan terjadi. Saat hari itu tiba, semua manusia akan menghadapi kehancuran alam semesta yang paling mengerikan.
وَّاَنَّ السَّاعَةَ اٰتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيْهَاۙ وَاَنَّ اللّٰهَ يَبْعَثُ مَنْ فِى الْقُبُوْرِ
Baca Juga : Jangan Sepelekan, Ini Dalil Wajibnya Qadha Puasa Sebelum Ramadan Tiba
"Dan sungguh, (hari) Kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya; dan sungguh, Allah akan membangkitkan siapa pun yang di dalam kubur". (QS. Al-Hajj: 7)
Jika perhatikan, saat ini telah banyak tanda-tanda yang menunjukkan kiamat semakin dekat. Beberapa diantaranya disebutkan didalam Al-Quran dan hadis.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut 10 tanda akhir zaman yang mirip dengan kondisi saat ini.
Terangkatnya IImu
Maksud dengan terangkatnya ilmu di sini adalah banyaknya ulama yang diwafatkan. Kematian ulama disebut sebagai tanda akhir zaman. Ketika mereka banyak yang meninggal, maka itu artinya sebagian ilmu dicabut Allah dari bumi. Akibat sosialnya, masyarakat kehilangan suluh untuk menerangkan setiap persoalan agama yang ingin mereka tanyakan.
Ada beberapa hadis terkait tanda ini, di antaranya:
إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ: أَنْ يُرْفَعَ العِلْمُ وَيَثْبُتَ الجَهْلُ، وَيُشْرَبَ الخَمْرُ، وَيَظْهَرَ الزِّنَا
“Sesungguhnya diantara tanda-tanda kiamat adalah diangkatnya ilmu dan merebaknya kebodohan dan diminumnya khamer serta praktek perzinahan secara terang-terangan.” (HR. Bukhari)
Dalam hadis lain, yang dimaksud diangkatnya ilmu bukanlah sekaligus, tapi dengan diwafatkannya ulama. Sabda Nabi:
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
“Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari).
Tanda Kedua hingga Kelima
(2) banyak terjadi gempa, (3) waktu terasa berjalan cepat, (4) timbul berbagai fitnah, (5) banyak terjadi pembunuhan. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah ﷺ.
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقْبَضَ العِلْمُ، وَتَكْثُرَ الزَّلاَزِلُ، وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ، وَتَظْهَرَ الفِتَنُ، وَيَكْثُرَ الهَرْجُ – وَهُوَ القَتْلُ القَتْلُ – حَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمُ المَالُ فَيَفِيضَ
Baca Juga : Tanda Tangan Elektronik Wajib Bagi OPD, Diskominfo Kabupaten Malang: Berdampak pada Capaian SPBE
“Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali setelah hilangnya ilmu, banyak terjadi gempa, waktu seakan berjalan dengan cepat, timbul berbagai macam fitnah, Al Haraj -yaitu pembunuhan- dan harta melimpah ruah kepada kalian.” (HR. Bukhari).
Fenomena gempa yang ada bisa dijadikan pemantik untuk mengingat dahsyatnya hari kiamat sehingga semakin gencar beramal shalih.
Tak hanya itu saja, sebelum era digital datang banyak yang merasa jika waktu terasa cepat berlalu. Di era digital seperti itu, waktu terasa semakin singkat dan cepat. Apa-apa sangat dimudahkan dimanjakan oleh kecanggihan teknologi. Seoalah-olah waktu sudah seperti dilipat; terasa tidak ada jarak meski secara teritorial berjauhan.
Lalu, dalam dunia kedewasaan fitnah bertebaran dimana-mana. Di dalam negeri betapa sesama umat Islam saja kadang tak jarang yang saling tuduh. Beda orientasi politik saja sudah bermusuhan seolah-olah bukan saudara sesama Muslim. Pemebelahan internal umat terlihat dengan kasat mata. Umat Islam seolah dipaksa untuk berkubu-kubu: kalau tidak di kubu A, bararti divonis kubu B dan seterusnya.
Peristiwa pembunuhan sudah sangat banyak diberitakan oleh berita-berita kriminal. Terlebih setelah pandemi, betapa banyak terjadi pembunuhan. Seorang ibu membunuh tiga anaknya lalu bunuh diri akibat kesusahan ekonomi dan masih banyak yang lainnya.
Tanda Keenam sampai Sepuluh
(6) pemimpin bodoh (7) banyak aparat yang tak adil (8) hukum diperjual belikan (9) darah ditumpahkan dengan mudah (10) Saling memotong silaturahmi.
بَادِرُوا بِالْمَوْتِ سِتًّا: إِمْرَةَ السُّفَهَاءِ، وَكَثْرَةَ الشُّرَطِ، وَبَيْعَ الْحُكْمِ، وَاسْتِخْفَافًا بِالدَّمِ، وَقَطِيعَةَ الرَّحِمِ، وَنَشْوًا يَتَّخِذُونَ الْقُرْآنَ مَزَامِيرَ يُقَدِّمُونَهُ يُغَنِّيهِمْ، وَإِنْ كَانَ أَقَلَّ مِنْهُمْ فِقْهًا
“Bersegeralah melakukan enam hal sebelum datang kematian: dari pemimpin bodoh, banyaknya ajudan (aparat yang tak menjalankan hokum dengan adil), hukum diperjualbelikan, darah tertumpah dengan mudah, saling memotong tali silaturrahmi, dan keturunan yang menjadikan Al Qur’an bagaikan seruling, mereka dahulukan siapa saja yang bisa menyanyikannya walaupun dia adalah orang yang tidak mengerti persoalan agama.” (HR. Ahmad).
Di sini kita tidak hendak menuduh siapa-siapa, fenomena seperti jauh sebelum pandemi juga sudah banyak: bagaimana seorang pemimpin dipilih bukan berdasarkan keahlian dan kapasitasnya, tapi lebih dipilih karena citra dan elektabilitasnya, sehingga yang menang tidak otomatis yang layak dan patut mengemban kekuasaan.
Demikian juga ketidak adilan juga banyak dijumpai. Hukum tegak ke bawah dan tumpul ke atas. Hanya ditegakkan kepada orang yang berseberangan, tapi kepada kawan dan sejawat sendiri, tiba-tiba menjadi lunak. Demikian pula kasus penumpahan darah dengan sangat mudah.
Fenomena memutus silaturahim juga sangat gencar di era digital. Memang kemajuan teknologi membuat silaturahim semestinya lebih gampang dan mudah. Namun, juga sangat gampang terputus.