free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Kesehatan

Rentan Diidap Penduduk Indonesia, Waspadai Skizofrenia

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Dede Nana

27 - Feb - 2024, 02:53

Placeholder
Ilustrasi (pixabay)

JATIMTIMES - Gangguan kesehatan mental, menjadi sebuah permasalahan kesehatan yang rentan dialami masyarakat Indonesia. Salah satu gangguan kesehatan mental tersebut adalah Skizofrenia. 

Hal ini semakin dikuatkan dengan data dari Kementerian Kesehatan RI 2023, dimana mencatat ada 6,1 persen penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas menderita penyakit ini. Sehingga, Skizofrenia menjadi gangguan mental yang harus diwaspadai masyarakat. Psikolog dan dosen dari salah satu kampus swasta di Malang, Uun Zulfiana menjelaskan, tentang apa itu gangguan Skizofrenia dan juga penyebab pemicunya.

Baca Juga : Menko PMK Serahkan Santunan BPJS Ketenagakerjaan kepada Ahli Waris di Daerah Balawan

Skizofrenia sendiri dijelaskan merupakan  gangguan psikotik berupa disorientasi realita. Lebih mudah dipahami, ini merupakan gangguan yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir, merasakan, dan berperilaku dengan baik.

“Kontak terhadap kenyataan berkurang atau bahkan tidak berfungsi jika gangguan tersebut terlampau parah," ungkapnya.

Lebih lanjut, bahwa Skizofrenia juga berdampak parah pada berdampak pada pemikiran, emosional, dan perilaku manusia. Perihal penyebab atau pemicu penyakit ini, disebabkan oleh beberapa faktor. 

Pertama hal ini disebabkan faktor biologis. Artinya jika seseorang mempunyai riwayat keturunan atau silsilah keluarga yang terdiagnosa skizofrenia, maka ada potensi jika keturunannya lebih besar mengidap gejala tersebut. Hal ini tentunya akan diperparah bilamana lingkungan sekitarnya tidak mendukung.

Faktor yang kedua adalah faktor kepribadian diri. Artinya, bagaimana dia melakukan problem solving, melihat dirinya (self-esteemnya) apakah ia termasuk introvert atau extrovert. Ketiga adalah faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan. Hal ini meliputi ekonomi, sosial masyarakat dan lainnya.

"Faktor yang keempat adalah imbas dari penggunaan obat terlarang yang cukup lama, hal itu yang menyebabkan kerusakan otak dan bisa mempengaruhi skizofrenia," jelasnya.

Mereka yang menderita hal ini dapat diketahui dari beberapa ciri-ciri. Ciri pertama adalah orang tersebut selalu menyendiri atau mengisolasi diri karena merasa mencapai agresif yang berlebihan.

Ciri kedua adalah seseorang tersebut memiliki emosional yang kurang terkendali. Contohnya seperti bisa sangat pasif dengan bermalas-malasan atau bahkah sebaliknya terlalu aktif. 

Ciri yang ketiga adalah bila dilihat secara kognitif dengan munculnya disorientasi ketidaknyambungan mengenai waktu dan suasana. Selain itu, gejala yang paling mendominasi adalah seseorang tersebut mengalami halusinasi. Ia merasa selalu terdapat bisikan atau ajakan melakukan hal yang sebenarnya tidak dilakukan oleh orang normal. 

Baca Juga : Guoliang, Desa Paling Berbahaya di Dunia, Berada di Ujung Tebing 

"Meski seseorang mengalami ciri tersebut, namun tidak bisa langsung didiagnosa. Namun jika dal waktu enam bulan secara persisten dan konsisten, maka patut dicurigai," ujarnya. 

Sementara itu, terkait penyembuhan gangguan mental ini, bergantung pada level gangguan. Ketika seseorang sudah cukup lama mengidap gangguan tersebut dan semakin mudah seseorang itu mengalami gangguan, maka tingkat kesembuhan sulit untuk mencapai 100 persen. 

Tetapi, jika gangguan tersebut muncul di usia tua dan dalam pendeteksian cepat, maka potensi untuk kesembuhan cukup cepat dan kesembuhannya akan positif atau bisa saja 100 persen.

Proses penyembuhan pasien dengan gangguan ini melalui berbagai sisi. Pertama dapat melalui sisi medis, fisiologis, dan psikoterapi ataupun dengan berbagai pendekatan. Pihaknya menyarankan, bilamana seseorang telah lepas dari gangguan ini dan agar penerusnya tidak mengalami gangguan serupa, perlu adanya menajemen stres. 

Penderita harus peka akan keadaan dirinya ketika merasakan gejala tersebut. Dalam proses relaksasi pikiran harus dilakukan dengan refreshing dan juga harus menghindari faktor pemicu. 

 “Langkah terbaik adalah menyelesaikan faktor pemicunya, namun jika tidak bisa lebih baik untuk menghindar. Selain itu jangan malu untuk bercerita dengan orang lain ataupun orang terdekat," pungkasnya.


Topik

Kesehatan skizofrenia gangguan mental penyebab skizofrenia



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

Dede Nana