JATIMTIMES - Berkat kegigihannya, kini siapa yang tak mengenal produk aksesoris etnik buatan brand Silhouette Crochet asal Kota Batu. Mahakarya yang dibuat dari tangan terampil buatan Desy Pratiwi Putri warga Jalan Melati, Kelurahan Songgokerto, Kecamatan Batu kini sudah melalang buana hingga negeri Paman Sam.
Untuk bisa mencapai di titik kesuksesannya saat ini, Desy yang saat itu hanyalah seorang ibu rumah tangga memutar otak untuk mendapatkan uang tambahan. Mulai dari menjadi reseller baju, hingga menjajal bisnis kuliner.
Baca Juga : Ramaikan Pasar Induk Among Tani, Ribuan Guru di Kota Batu Diajak Senam
Hingga akhirnya di tahun 2016, Desy saat mengantarkan anaknya sekolah melihat seorang wali murid sembari menunggu asyik merajut. Dari situ, Desy mulai tertarik dengan dunia rajut.
“Kok kayak enak ya lagi nunggu ngerajut, dari situ otodidak buat tas, topi, gantungan kunci dari rajutan,” ucap Desy saat ditemui di rumahnya.
Kemudian ibu dua anak ini mulai mengikuti pameran Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mendapati banyak produk khususnya rajutan tas. Mengambil pengalaman pada pameran pertamanya itu, Desy ingin mencari produk yang jarang dibuat dan ditemui.
Iseng-iseng, Desy membuat kalung dari bahan seadanya yang ada di rumahnya. Bahan seadanya seperti bening rajut, kayu, dan koin. Berbekal bahan tersebut dengan ide cemerlangnya berhasil membuat 10 karya.
Akhirnya, 10 kalung buatnya sendiri itu dibawanya sebagai aksesori pelengkap produk fashion pada sebuah pameran di Kota Malang. Siapa yang menyangka kalung etnik yang dibuatnya dari modal nol rupiah, bisa membawa pulang Rp 1,5 juta.
“Bawa 10 kalung, habis terjual. Saat itu karena masih belajar tak jual Rp 125 ribu per kalungnya, ternyata laku,” ucap Desy sambil tersenyum mengingat kenangan itu, Jumat (23/2/2024).
Sejak saat itu, perempuan 37 tahun ini terus termotivasi mengikuti pameran hingga bertemu dengan mantan Wali Kota Batu periode 2017-2022 Dewanti Rumpoko di Balai Kota Among Tani. Di sana Dewanti pertama kali melihat aksesoris etnik langsung terpukau dengan karya Desy.
“Bu Dewanti bilang keren, bagus, diberi masukan kalau bisa jangan pakai plastik. Sampai setiap pertemuan didorong untuk berkembang. Sampai akhirnya terus semangat bisa pameran keluar kota,” terang Desy.
Suatu ketika Desy mendapatkan kesempatan untuk mengikuti INACRAFT (The Jakarta International Handicraft Trade Fair), merupakan acara tahunan di kalangan pengrajin handicraft dan pemerhati bidang kerajinan yang diselenggarakan oleh Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI).
Padahal untuk bisa mengikuti pameran tersebut bukan pekara mudah, apalagi banyak yang menginginkan ikut pameran tersebut. Berbekal optimis dengan ratusan karya yang dibawa, ternyata karyanya ludes terjual. Padahal satu karya yang dijualnya dalam pameran itu tidak murah, hingga akhirnya Desy bisa meraup puluhan juta dalam 5 hari pameran INACRAFT.
Dalam prosesnya mengikuti berbagai pameran, karya Desy pun tidak lepas dari sebuah cibiran orang yang mendatangi standnya. Banyak yang mengatakan aksesoris etniknya seperti dukun, jimat dan sebagainya.
Baca Juga : Pemberantasan Sarang Nyamuk Serentak Segera Dilakukan di Kota Batu
Meski sempat pesimis, tapi Desy terus termotivasi atas ucapan Dewanti saat itu. Hingga suatu ketika, karyanya mulai ada yang menjiplak saat Desy mengikuti sebuah pameran.
“Waktu pameran ada yang jiplak, dari situ saya mulai ngurus perijinan, merk, dan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI) HAKI beberapa desain kalung,” ujar istri Adin Kurniawan ini.
Ciri khas produk Desy ini ramah lingkungan, terbuat dari rajut, kulit, rami, kayu, batok kelapa, batu alami. Dari bahan-bahan itu dikombinasikan Desy menjadi karya yang menarik untuk dilihat dan digunakan menjadi kalung, gelang, hingga anting.
Harganya mulai dari termurah Rp 100 ribu sampai termahal Rp 1,5 juta. Untuk harga Rp 1,5 juta ini dibuatnya dengan desain limited edition.
“Tentunya yang gak ada kembarannya, karena hitungannya konsumen beli desain saya,” ucap Desy.
Para pejabat pun tak ketinggalan untuk memiliki produk Desy. Mulai dari pejabat-pejabat dari berbagai daerah, mantan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Arumi Bachin, Krisdayanti dan masih banyak lainnya.
Kini Desy dalam satu bulannya bisa menjual seribu kalung, anting dan gelang. Pembelinya pun tidak hanya berasal dari Malang Raya, tapi sudah dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan Jepang, hingga Amerika Serikat.
Karena permintaan pasar yang tinggi, sejak pandemi Covid-19 Desy sudah mulai memberdayakan masyarakat sekitar. Kini Desy sudah memiliki 5 pegawai yang bekerja dari rumah. Para pegawainya itu tidak hanya mendapatkan bonus, tapi juga THR setiap tahunnya.
Tak hanya berhasil mengembangkan bisnisnya, ide-ide cemerlangnyaitu juga membuahkan prestasi. Silhouette Crochet berhasil meraih Juara I kategori kriya lomba UKM berprestasi provinsi Jatim dan Penghargaan Kategori Sub Sektor Ekraf Fesyen Terinspiratif Pemkot Batu.