JATIMTIMES - Pada 17 Agustus 1945, Indonesia akhirnya bisa meraih kemerdekaan setelah dijajah berabad-abad oleh Belanda. Atas kemerdekaan itu, semua orang terutama bangsa Indonesia sangat gembira.
Namun, di atas kegembiraan bangsa Indonesia, terdapat satu orang yang menderita lantaran tak rela jika Indonesia meraih kemerdekaan.
Baca Juga : Profil Wilhelmina, Ratu Belanda yang Terkenal Tegas dan Menolak Kemerdekaan RI
Orang tersebut adalah seorang ratu yang berasal dari Belanda. Ia adalah ratu Wilhelmina.
Ia merupakan satu-satunya ratu di dunia yang tidak rela dengan kemerdekaan Indonesia. Menurutnya, Indonesia terlalu membawa banyak keuntungan untuk bangsanya, terutama dari segi perekonomian sehingga ia enggan melepaskan tanah jajahannya.
Butuh waktu lama sebelum Belanda bisa melepaskan Indonesia yang mereka anggap sebagai wilayahnya.
Dilansir Latitudes, Belanda pada akhirnya terpaksa mengakui Indonesia telah merdeka empat tahun setelah Proklamasi, tepatnya pada 29 Desember 1949.
Tak rela melepaskan Indonesia begitu saja, Ratu Wilhelmina dikenal memiliki kepribadian yang formal dan sangat tegas, menurut keterangan Rijks Museum. Di negaranya, Ratu Wilhelmina dianggap sebagai simbol pertahanan Belanda terhadap okupasi Jerman pada masa Perang Dunia II.
Pada tahun 1940, Wilhelmina sempat melarikan diri bersama pemerintah ke London, Inggris. Di sana, ia berbicara kepada orang-orang Belanda melalui Radio Orange.
Melansir dari Britannica, Ratu Wilhelmina berbicara kepada masyarakatnya dengan suara lantang. Ia membangkitkan semangat Belanda yang tengah diduduki oleh Jerman.
Saat kembali ke Belanda, Ratu Wilhelmina disambut dengan antusias ketika kekuasaan Jerman berakhir pada 1945.
Ratu Wilhelmina sempat mengalami nasib buruk hingga disebut sangat merana. Hal itu lantaran ia pernah mengalami keguguran usai menikah dengan Duke Henry. Setelah itu, ia kembali mengandung namun jatuh sakit karena demam tifoid.
Melansir dari Hystory of Royal Women, Ratu Wilhelmina mengalami demam tinggi selama berhari-hari. Kondisinya sempat pulih, namun seorang ginekolog mengatakan bahwa tidak ada harapan untuknya.
Ratu Wilhelmina sangat kesakitan hingga Duke Henry meninggalkan ruangan karena tak tahan melihat penderitaan sang istri.
Baca Juga : Mengenal Kalkulator Ovulasi, Alat Untuk Mengetahui Hari Paling Subur
Demam tersebut menyebabkan anak laki-laki Ratu Wilhelmina mengalami stillbirth atau bayi lahir mati. Namun dokter mengatakan bahwa sang Ratu masih bisa mengandung anak sehat di kemudian hari.
Pada 30 April 1909, Ratu Wilhelmina akhirnya dikaruniai seorang putri bernama Juliana.
Turun takhta dan akhir masa penjajahan
Tak lama setelah Indonesia merdeka, kondisi kesehatan Ratu Wilhelmina mulai menurun. Ia akhirnya memutuskan untuk turun takhta.
Pada 4 September 1948, Ratu Wilhelmina menyerahkan takhtanya kepada sang anak, Putri Juliana yang berkuasa hingga 1980.
Hubungan bilateral antara Indonesia dan Belanda masih memburuk meski mereka telah mengakui kemerdekaan Indonesia.
Mengutip Dutch Culture, upaya Belanda untuk memperkuat pertahanan wilayah terakhirnya di Indonesia mendapatkan penolakan kuat dari masyarakat. Demonstrasi mahasiswa pecah di depan Kantor Komisaris Tinggi Belanda pada 6 Mei 1960.
Kala itu, ada sekitar 800 orang yang mengakibatkan hancurnya perabotan kantor hingga potret kenegaraan pemimpin Belanda. Potret Ratu Wilhelmina karya Sierk Schröder dan potret Ratu Juliana karya Henricus Pol dirobek dan dilepas dari tembok hingga rusak berat.