JATIMTIMES - PT Freeport Indonesia (PTFI) memastikan setiap proyek pembangunan yang dilakukan menerapkan aspek Safety dan Environment, salah satunya dengan menerapkan Zero Waste dalam operasi fasilitas pemurnian di Smelter PTFI, Gresik, Jawa Timur.
Hal itu disampaikan VP Goverment Relation & Smelter Technical Support Harry Pancasakti saat menjadi narasumber workshop bertajuk "Industri Hijau, dari Gresik untuk Indonesia yang diselenggarakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Gresik di Jakarta.
Baca Juga : Harga dan Spesifikasi Motor Viar N1: Modern dan Ramah Lingkungan
Harry sapaan akrabnya menjelaskan, Zero Waste yang dimaksud adalah sisa produk atau limbah yang dihasilkan Smelter akan diolah kembali sehingga dapat menghasilkan produk samping yang bernilai.
Sekadar diketahui, Smelter PTFI Manyar Gresik merupakan pabrik pemurnian konstrat tembaga menjadi katoda tembaga. Katoda tembaga merupakan produk utama menjadi bahan baku untuk berbagai industri hilir seperti kabel, elektronik, dan listrik.
Smelter PTFI juga menghasilkan produk lain seperti emas, perak murni, Platinum Group Metals (PGM) yaitu platinum dan paladium), selenium, bismut, dan timbal serta produk samping hasil pengolahan limbah berupa asam sulfat, terak tembaga, dan gipsum.
"Limbah ini kami mitigasi supaya bukan hanya tidak mencemari lingkungan, tapi juga bisa bernilai ekonomi,” kata Harry.
Melalui penerapan Zero Waste maka tidak ada lagi limbah karena seluruh produk utama dan produk sampingnya akan terserap dan dimanfaatkan.
"Seperti Copper Slag atau Terak Tembaga dan gipsum akan diserap oleh pabrik semen, asam sulfat akan diserap pabrik pupuk dan timbal akan diserap oleh pabrik baterai," imbuhnya.
Selain itu Smelter PTFI juga berkomitmen menjaga kelestarian lingkungan dan memberdayakan usaha lokal di Gresik melalui berbagai program. Salah satunya membangun fasilitas pengolahan sampah daur ulang sementara bernama Pusat Transformasi Bersama (PTB).
Ini merupakan kerja sama PTFI dengan Yayasan Takmir Masjid Jami Manyar (YATAMAM) dan PT Raya Manyar Persada (RMP).
"Limbah kayu dan besi dari proses pembangunan smelter PTFI, diolah PTB menjadi barang jadi seperti meja dan kursi yang didistribusikan dan dialokasikan untuk anak-anak yatim dan program pengembangan masyarakat sekitar perusahaan," pungkasnya.
Baca Juga : Kali Buntung Meluap Sebabkan Banjir di Sidoarjo, Ini Langkah BPBD Jatim
Ditempat yang sama, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Gresik Ahmad Nurhamim yang juga narasumber dalam kegiatan ini berharap, keberadaan smelter PTFI betul-betul memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar misalnya dalam pengelolaan limbah, hingga mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran.
"Kami berharap keberadaan smelter PTFI di Gresik dapat membantu berbagai problem yang dihadapi daerah (Gresik)," harapnya.
Sementara itu, Saifuddin Anam, salah satu peserta workshop yang juga wartawan anggota PWI Gresik mengapresiasi Smelter PTFI atas penyerapan tenaga kerja lokal di lingkungan tempat tinggalnya.
"Saya tinggal di salah satu desa yang dekat dengan Smelter PTFI. Saya mengapresiasi smelter PTFI untuk penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Gresik. Sekarang saya tidak punya teman ngopi sore karena semuanya sudah bekerja di PTFI Smelter," kata wartawan Jatimtimes.com tersebut.
Adapun pembangunan Smelter PTFI merupakan mandat Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) PTFI. Smelter berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik. Ini merupakan smelter kedua PTFI. Smelter pertama dibangun pada 1996 dan dikelola oleh PT Smelting.
PTFI telah menanamkan investasi hingga 3,1 miliar dolar Amerika Serikat atau setara Rp 48 triliun per akhir Desember 2023. Smelter tembaga dengan Design Single Line terbesar di dunia ini nantinya mampu memurnikan konsentrat tembaga dengan kapasitas produksi 1,7 juta ton dan menghasilkan katoda tembaga hingga 600.000 ton per tahun.