JATIMTIMES - Tempat Pemungutan Suara (TPS) 5 Desa Kademangan, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang didekorasi selayaknya hajatan nikah. Hal itu dilakukan guna meningkatkan tingkat partisipasi pemilih saat pemungutan suara dalam Pemilu yang berlangsung pada Rabu (14/2/2024).
"Konsep TPS 5 ini kita mengambil tema itu wedding party, untuk menampilkan biar masyarakat itu datang. Kalau kita melihat yang dulu-dulu kan biasa-biasa saja. Kita itu sekarang cari yang beda," ungkap Pujiono selaku Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) TPS 5 Desa Kademangan, saat ditemui Rabu (14/2/2024).
Baca Juga : Pj Wali Kota Kediri Nyoblos di TPS 01 Kelurahan Pocanan
Gagasan tersebut menurut Pujiono terbukti efektif. Hal itu setidaknya dapat dibuktikan dengan tingkat para pemilih untuk mendatangi TPS 5 Desa Kademangan tersebut.
"(Partisipasi pemilih) luar biasa, kelihatan dari yang hadir. Bahkan sampai kursi yang kita sediakan sekitar 25, itu bisa lebih (penuh)," tuturnya.
Pujiono menambahkan, jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) di TPS 5 Desa Kademangan tersebut berjumlah 274. Yakni mencakup RT 8, 9, dan RT 10 yang ada di Dusun Krajan, Desa Kademangan, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang.
"Berdasarkan kesepakatan tim, kita mencari tema yang seperti apa. Terus Tim mengambil kesepakatan wedding party," imbuhnya.
Pujiono menyebut, persiapan mendekorasi TPS selayaknya hajatan nikah tersebut telah berlangsung sejak adanya pendaftaran KPPS. Namun, pada saat itu masih bersifat konsep dan desain.
Baca Juga : Penjabat Wali Kota Batu Yakin Angka Partisipasi Pemilih di Kota Batu Tinggi
Gagasan tersebut kemudian mulai direalisasikan setelah adanya pelantikan KPPS di Kabupaten Malang. "Anggaranya itu kita dari operasional, cuma sebagian kita alihkan. Tapi yang penting tidak menyalahi aturan, dan tetap kita konsultasikan," tuturnya.
Selain berasal dari sebagian biaya operasional, lanjut Pujiono, petugas KPPS dan masyarakat setempat di TPS 5 Desa Kademangan juga melakukan swadaya. Terutama untuk menyediakan dekorasi hajatan nikah selayaknya adat jawa.
"Kalau anggarannya belum kita total, rata-rata kalau seperti ini masyarakat desa itukan cari-cari pinjaman. (Termasuk dekorasi kelapa) juga tidak (beli). Kelapa kita juga mengambil di pohon tetangga," pungkasnya.
