JATIMTIMES - Yudi Bambang Kurniadi (54) merupakan seorang tukang becak. Pada kartu tanda penduduk (KTP) nya, Bambang tercatat sebagai warga Kelurahan Bareng, Kecamatan Klojen Kota Malang.
Sebagai tukang becak, Bambang sehari-hari mangkal di sekitaran Jalan Kawi. Tepatnya, di depan Toko Tiga Putra. Menggunakan becak yang telah dimodifikasi dan bermesin motor.
Baca Juga : Minimalisir Lakalantas Pelajar Kabupaten Blitar, BANG ANJAR Diluncurkan
Mungkin karena usia yang tak lagi muda, membuatnya tak punya cukup tenaga untuk mengayuh becak seperti pada umumnya. Dengan becak bermesin honda astrea, ia berusaha mengumpulkan rupiah.
Jumat (2/2/2024), dapat dibilang hari apes untuk Bambang. Beraktivitas di tempatnya biasa mangkal di depan Toko Tiga Putra, sebuah ranting pohon berukuran cukup besar menimpa dirinya.
Beruntungnya, ranting tersebut tak langsung jatuh menimpanya. Namun lebih dulu menimpa atap becaknya. Hingga kemudian kepala Bambang terbentur atap becaknya saat tertimpa ranting.
"Untung saja, terkena (atap) becaknya dulu. Kalau langsung kena orangnya, mungkin bisa lain cerita," ujar seorang petugas keamanan yang menyaksikan peristiwa yang dialami Bambang.
Bambang ternyata orang yang cukup tertutup. Saat hendak ditolong pun, dirinya menolak. Padahal, akibat benturan itu, Bambang mengalami luka di bagian kepalanya.
Cukup membutuhkan waktu hingga Bambang mau untuk diberi perawatan di Rumah Sakit Hermina Jalan Tangkuban Perahu. Itu pun karena lukanya mengalami pendarahan. Di RS Hermina, Bambang didampingi oleh relawan dari Yayasan Anak Bangsa. Yang kemudian juga menghubungi putri semata wayang Bambang, Fitri Ratnasari (22).
Ditemui di RS Hermina, Fitri mengaku bahwa ayahnya sehari-hari tinggal bersama saudara perempuannya di wilayah Kelurahan Bandulan, Kecamatan Sukun. "Iya, sudah pisah sama mama (istri Bambang). Saya (Fitri) tinggal sama mama dan nenek di Jalan Mawar. Ayah tinggal sama tante di Bandulan," ujar Fitri.
Bambang ternyata juga termasuk disabilitas. Dia kesulitan dalam berkomunikasi. Selain bicaranya yang tidak dapat jelas, pendengarannya juga sedikit terganggu. Fitri pun harus menggunakan bahasa isyarat untuk dapat berkomunikasi dengan sang ayah. Dibantu oleh sang anak, JatimTIMES mencoba mencari tahu keseharian Bambang lebih dalam.
Bambang mengaku, bahwa sehari-hari ia tinggal bersama adik perempuannya. Yang menurut Fitri, usianya tak terpaut jauh dengan ayahnya. Namun, informasi yang didapat media ini, ternyata juga tak jarang Bambang bermalam di becak tuanya. Beratap plastik dan terpal, berdinding rangka becak yang sudah banyak berkarat.
Hal itu juga terlihat dari sejumlah peralatan yang yang nampak bertumpuk di sudut becaknya. Seperti tali, sandal, helm, sarung. Apalagi, pakaiannya pun juga terlihat kotor dan lusuh.
"Biasanya, kalau bisa pulang sore ya pulang (ke rumah tante), tapi memang katanya juga sering pulang malam," ujar Fitri meneruskan yang disampaikan ayahnya kepada JatimTIMES.
Dirinya pun mengaku belum bisa berbuat banyak untuk ayahnya. Namun demikian, sesekali waktu Fitri masih mengunjungi sang ayah. Saat sedang sakit atau saat lebar.
Baca Juga : Idap Gangguan Mental, Remaja Korban Persetubuhan Tukang Sate Dapat Pendampingan Psikologis
"Kalau ayah sakit biasanya tante yang telepon, lalu saya datang," imbuh mahasiswa IKIP Budi Utomo ini.
Penghasilannya sebagai tukang becak pun ternyata juga tak menentu. Dalam sehari, uang yang didapat tak pernah lebih dari Rp 25 ribu. Dan ia usahakan bisa mencukupi kebutuhan makannya.
"Kalau benar-benar mentok, bapak bilang minta dibantu sama saudaranya yang ada di Surabaya," jelasnya.
Sementara itu, usai mendapat perawatan di RS Hermina, Bambang diantar pulang ke rumah saudaranya di Bandulan. Dan untuk sementara waktu, sepertinya tak dapat menarik becak. Hal itu lantaran becaknya mengalami kerusakan yang cukup parah. Akibat tertimpa ranting yang kurang lebih berdiameter 20 centimeter dan sepanjang 2 meter.
"Ya itu tadi sudah diperban, tapi mengaku sedikit pusing," kata Fitri sambil menunjukan perban yang terpasang di kepala sang ayah.
Awalnya, kepada sang anak, Bambang mengaku sudah sehat dan siap beraktivitas kembali. Namun dirinya tak dapat berbuat banyak setelah melihat kondisi becaknya yang rusak cukup parah.
Raut wajah kecewa, sedih pun nampak jelas di raut wajahnya. Melihat bagian atap becaknya yang nyaris ringsek, hingga menutup area penumpang. Ditambah, bagian stang becak yang juga patah karena keropos dan tertimpa dahan. Hingga akhirnya, dirinya pun harus diantar pulang ke rumah menggunakan ambulance Yayasan Anak Bangsa.