JATIMTIMES - Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang meresmikan Gedung Dormitory dan ITC (Islamic Tutorial Center), Jumat (26/1/2024).
Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, didampingi Dirjen Pendidikan Islam, M Ali Ramdhani, Rektor UIN Maliki Malang, Prof Dr HM Zainuddin MA dan sejumlah pejabat meresmikan langsung Gedung Dormitory dan ITC dengan simbolis pemotongan pita.
Baca Juga : Komunitas Ulama Rejo Semut Ireng Targetkan Prabowo-Gibran Menang di Kandang Banteng, Ini yang Dilakukan
Dalam sambutannya, Menteri Agama menyampaikan bahwa Gedung Dormitory dan ITC yang dibangun UIN Maliki Malang sangatlah strategis. Terlebih, pembangunannya cukup cepat dan menyisakan waktu yang cukup lama dari deadline masa pembangunan.
"Luar biasa masih ada waktu 190 hari masa pekerjaan. Dan pekerjaan rapi," kata Menteri Agama.
Untuk itu, dengan pekerjaan dan pembangunan yang bagus dan menyisakan waktu yang cukup lama ini, pihaknya berharap dapat menjadi contoh untuk proyek-proyek pembangunan lain di lingkungan Kementerian Agama, utamanya di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN).
Adanya Ma'had di PTKIN ini, khususnya di UIN Maliki Malang, tentunya akan membuat iri perguruan tinggi umum lainnya. Seperti diketahui bahwa bangsa ini banyak mendapatkan cobaan dari kelompok-kelompok tertentu yang ingin memecah belah bangsa maupun radikalisme.
Adanya Ma'had ini dapat menjadi benteng atau vaksin untuk dapat menangkal gangguan-gangguan tersebut. Adanya Ma'had mendorong pembentukan karakter dan akhlak yang baik bagi para mahasiswa.
"Salah satu cara menangkal gangguan tersebut ya dengan Ma'had ini. Kampus lain yang nggak punya akan iri. Meskipun mereka bisa buat, tapi belum tentu bisa dalam pengelolaan," katanya.
Rektor UIN Maliki Malang, Prof Dr HM Zainuddin MA, mengatakan, bahwa dalam pembangunan kampus 3 dibangun dengan desain lafadz basmalah (Bismillahirrahmanirrahim). Tahap pertama yang dibangun saat ini adalah lafadz Ar-Rahim, dengan biaya dari SFD senilai USD 54.671.000 dan dana pendamping proyek dari Pemerintah Indonesia sebesar USD 9.320.000 .
"Kampus 3 dibangun di atas lahan 12 ha dari total tanah 100 ha. Tentu harapan kami, nanti pada tahap selanjutnya akan sempurna lafadz basmalah tersebut," katanya.
Tahun ini, UIN Malang direncanakan menerima mahasiswa sebanyak 5.500 mahasiswa baru (untuk Program S1) sesuai dengan kapasitas ma’had. Seluruh mahasiswa baru wajib tinggal di ma’had selama minimal satu tahun untuk pengembangan wawasan keislaman khas pesantren dan penguatan karakter. Ke depan setelah selesainya pembangunan gedung Ar-Rahim ini, diharapkan dapat menerima mahasiswa baru hingga 7 sampai 10 ribu sesuai dengan harapan, yaitu memenuhi Angka Partisipasi Kasar (APK) dalam rangka Perluasan Akses Pendidikan.
Sistem pendidikan berasrama (ma’had) ini, merupakan salah satu distingsi yang dimiliki UIN Malang, pendidikan yang berlangsung 24 jam dan banyak yang menghasilkan lulusan yang berpengetahuan, bijaksana dan berakhlak mulia.
Baca Juga : Atasi Penyebaran LSD pada Ternak, Disnakan Siapkan 10 Ribu Dosis Vaksin Tahun 2024
"Area Ma'had ini 42.000 /4,2 Ha. Area Arrahim : 215.000 / 21,5 Ha. Total Luasan yang akan kita bangun 54.000 meter," paparnya.
Ma'had yang ada di UIN Malang memiliki kualitas premium dengan kapasitas 244 kamar. Rincian detail gedung yang dibangun adalah Zona 1, yakni Area Ma'had putra dan Ma'had Putri, Islamic Tutorial Centre.
Lebih lanjut, selain Ma'had, UIN Malang juga memiliki Pusat Pengembangan Bahasa Asing (Arab, Inggris dan Mandarin) dan Pusat Hafalan Alqur’an/HTQ). Selama satu tahun mereka di-drill untuk penguatan bahasa asing, sebagai modal untuk menguasai khazanah keilmuan Islam maupun keilmuan Barat modern.
Dengan Pusat Hafalan Alqur’an mereka diharapkan mampu menghafal dan memahami makna dan tafsirnya. Dari adanya komitmen dan fasilitas yang ada, lebih dari 2500 mahasiswa dari berbagai program studi telah hafal al-Qur’an.
Dengan tiga distingsi di atas yakni ma’had, Pusat Pengengembangan Bahasa dan HTQ, diharapkan mereka dapat mengikuti model pembelajaran yang diterapkan di UIN Malang, yaitu Integrated Learning Model (ILM).
"Seluruh mata kuliah harus berbasis pada Alqur’an dan Alhadis, serta nilai-nilai agama atau karakter," pungkasnya.