free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Agama

Hadits Rasulullah Tentang Tanduk Setan, Begini Maknanya

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Nurlayla Ratri

19 - Jan - 2024, 15:53

Placeholder
Ilustrasi (pixabay)

JATIMTIMES -  Rasulullah SAW pernah bersabda tentang sebuah hadist yang menjelaskan munculnya tanduk setan. Makna sabda Rasulullah SAW itu, dijelaskan dalam sebuah hadits akan muncul fitnah.

Hadits riwayat Bukhari, pada kitab ke-92, kitab Fitnah-fitnah bab ke-16, bab sabda Nabi "Ujian itu dari arah timur, "Ibnu Umar RA mendengar Rasulullah SAW bersabda sambil menghadap ke timur, 'Ingatlah sesungguhnya fitnah muncul dari sana, di tempat munculnya tanduk setan'."

Baca Juga : Rapat Paripurna Dibuka Langsung oleh Wakil Ketua 1 DPRD Sampang

Kemudian ada juga hadits shahih lain yang menjelaskan hal serupa. Diriwayatkan dari Abd bin Humaid, dari Abdurrazzaq, dari Ma'mar, dari az-Zuhri, dari Salim, dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW bersabda, "Di negeri itulah tempat fitnah," seraya menunjuk ke timur (yaitu tempat munculnya tanduk setan atau tanduk matahari."

Perlu dipahami, bahwa maksud tanduk setan dalam sabda Rasulullah SAW ini adalah fitnah-fitnah yang disebarkan oleh setan dan pembuat fitnah-fitnah itu berasal dari kalangan setan manusia sendiri. Hal ini sesuai dengan penjelasan dalam buku Fitnah Akhir Zaman karya Rachmat Morado Sugiarto.

Meski begitu, terdapat juga penafsiran lain tentang tanduk setan ini, dimana terkait sabda Rasulullah SAW tentang larangan salat saat terbitnya matahari. Penafsiran lain tentang tanduk ini adalah sebuah sisi kepala setan yang terlihat ketika setan berdiri tegak sejajar dengan terbitnya matahari.

Imam Syafi'i juga menukil sabda Rasulullah SAW ini, yang kemudian dijelaskan dKam Kitab Al Umm diterjemahkan Fuad Syaifudin Nur. 

Sebuah hadits dari Zaid bin Aslam, dari Atha' bin Yasar, dari Shanabihi mengatakan Rasulullah SAW bersabda,

 "Sesungguhnya matahari terbit bersama tanduk setan. Dan jika ia meninggi, ia meninggalkannya (meninggalkan tanduk setan). Ketika ia berada di tengah, ia kembali bersamanya (bersama tanduk setan). Setelah ia condong, ia meninggalkannya (meninggalkan tanduk setan). Dan ketika ia turun sampai terbenam, ia bersamanya (bersama tanduk setan). Setelah ia terbenam, ia meninggalkannya (meninggalkan tanduk setan)."

Baca Juga : Prabowo Banjir Pujian Usai Minum Sambil Jongkok Saat Kampanye, Ini Ternyata Hukumnya dalam Islam

Sisi lain, M. Quraish Shihab berpendapat tentang penafsiran tanduk setan adalah sisi kepala setan. Dijelaskannya dalam sebuah buk buku Yang Tersembunyi, bahwa kata "tanduk" ini merupakan ilustrasi dan bukan dalam arti yang hakiki.

Hadits munculnya tanduk setan ini seringkali dimaknai munculnya bencana yang dimulai dari arah timur. Penafsiran terjadinya bencana adalah seperti datangnya kebodohan, ditinggalkannya Islam, banyak umat memikirkan duniawi, menuruti hawa nafsu, berbuat dosa, bermaksiat, dan melanggar perintah Allah SWT.

Sementara itu, munculnya  bencana dari arah timur karena di sanalah umat muslim terpecah belah. Hal ini sesuai yang dijelaskan dalam Asyrath As-Sa'ah Al-'Alamat Ash-Shugra wa Al-Wustha karya Mahir Ahmad Ash-Shufiy yang diterjemahkan Badruddin dkk, menurut pendapat Ibnu Hajar Al-'Asqalani.

Pendapat ini bersandar pada hadits riwayat Bukhari dan Muslim, dari Abdullah bin Mas'ud RA dan Abu Musa Al-Asy'ari RA, Rasulullah SAW bersabda, "Beberapa hari menjelang kiamat akan diturunkan kebodohan, dicabutnya ilmu pengetahuan, dan banyak terjadi al-haraj, yaitu pembunuhan".


Topik

Agama tanduk setan hadist sahih kisah rasul



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

Nurlayla Ratri