JATIMTIMES - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) mengaku prihatin pada sebagian mahasiswa Aceh yang menolak kehadiran pengungsi Rohingya.
Ia menilai, upaya pengusiran atau penolakan tersebut tidak seharusnya terjadi. Menurutnya permasalahan berdatangannya pengungsi dari Rohingya itu memang harus disikapi secara komprehensif.
"Masalah pengungsi Rohingya bukan permasalahan sederhana. Selain yang terkait dengan represi oleh rezim Myanmar, juga ada isu perdagangan orang, bahkan upaya mendiskreditkan Indonesia yang dikenal juga membela bangsa Palestina," ujar HNW sesudah kunjungan kerja di Universitas Ibnu Chaldun, Kota Bogor, Sabtu (30/12/2023).
Menurut HNW, kedatangan 'manusia perahu' secara bergelombang ke Indonesia memerlukan keseriusan dan kehadiran banyak pihak, tidak hanya pemerintah Aceh namun juga pemerintah pusat, ASEAN, dan dunia internasional.
HNW menambahkan jika pemerintah Myanmar seyogianya menghentikan represi dan memberi status kewarganegaraan sebagaimana dahulu dijanjikan saat sama-sama berjuang untuk kemerdekaan Burma yang belakangan berubah menjadi Myanmar, pada tahun 1948.
HNW mengungkap dalam menyikapi kedatangan warga Rohingya, Indonesia sudah mempunyai pengalaman saat berhasil membantu dan menerima ratusan ribu 'manusia perahu' dari Vietnam sekalipun agama mereka bukan Islam. Mereka ditempatkan di Pulau Galang, Kepulauan Riau, yang saat itu dibantu UNHCR.
"UNHCR saat itu mendukung penuh proses penerimaan dan pembiayaan pengungsi dari Vietnam," ujarnya.
HNW berpendapat untuk bisa menempatkan mereka ke kawasan khusus, agar terhindar dari gesekan dengan warga setempat. Ditambah Indonesia memiliki banyak pulau-pulau yang tak berpenghuni.
"Ini dilakukan agar tidak bersinggungan dan menimbulkan permasalahan dengan warga lokal," kata HNW.
Pengungsi Rohingya menurut HNW bukan menjadikan Indonesia sebagai tujuan akhir. Mereka mencari negara-negara yang memberi suaka politik maupun kemanusiaan, seperti Australia dan Kanada. Di sana para pengungsi Rohingya diberdayakan bersama UNHCR maupun lembaga kemanusiaan lainnya secara manusiawi agar mereka siap melanjutkan proses mencari negara yang dituju.
"Sebagai negara pendiri ASEAN, dengan jumlah umat Islam terbesar, wajarnya Indonesia berperan lebih aktif dan efektif, hasilkan keberpihakan bagi penyelesaian masalah Rohingya secara adil dan permanen. Untuk perdamaian dan keadilan di ASEAN," pungkasnya.
Baca Juga : UIN Maliki Malang Kukuhkan 448 Mahasiswa, Tingkat Kelulusan Naik 92,83 Persen
Sebelumnya, sejumlah mahasiswa mengusir pengungsi Rohingya dari lokasi penampungan Balai Meuseuraya, Banda Aceh. Para pengungsi itu dibawa ke Kemenkumham Aceh pada Rabu (27/12). Para mahasiswa yang sedang melakukan demo saat itu mendatangi penampungan pengungsi di Balai Meuseuraya, Banda Aceh.
Para pengungsi yang ada di situ kemudian dibawa paksa oleh para mahasiswa ke Kemenkumham. Pengungsi yang terdiri dari orang tua, wanita, hingga anak-anak itu dipaksa naik ke atas truk untuk dibawa.
Setelah dipindahkan, sejumlah mahasiswa itu mengembalikan lagi para pengungsi itu ke pengungsian.
"Benar (mengembalikan pengungsi ke penampungan), malam itu juga," kata salah seorang perwakilan mahasiswa, Teuku Wariza, Jumat (29/12/2023).
Teuku kemudian membeberkan alasan pihaknya mengembalikan para pengungsi ke penampungan. Hal itu, kata Teuku, karena di kantor imigrasi pengungsi Rohingya tidak difasilitasi dengan baik.
"Karena Kemenkumham tidak memberi fasilitas baik," ucapnya.