JATIMTIMES - Lapas Kelas I Lowokwaru Malang melaunching produk batik tulis karya warga binaan pemasyarakatan (WBP). Rencananya, produk batik itu akan dipatenkan ke Kemenkumham.
Kepala Lapas (Kalapas) Kelas I Lowokwaru Malang, Ketut Akbar Herry Achjar mengatakan bahwa pelatihan membatik ini baru dilakukan dua minggu. Namun saat ini produksi sudah dilakukan.
Baca Juga : Update, Pesepakbola Ouseloka Tampar Pria Dipicu Serempetan Mobil Berujung jadi Tersangka
“WBP ini latihan hanya dua minggu, kami datangkan khusus pelatih dari Sumenep untuk membatik ini. Dan dua minggu latihan, WBP sudah bisa memproduksi,” kata Akbar, Kamis (21/12/2023).
Akbar mengaku bahwa WBP ada yang mulai dari nol saat ada pelatihan membatik. Namun semangat dan kegigihan WBP dalam berlatih membatik pun membuat mereka akhirnya mendapatkan keahlian baru.
“Yang kerja (membatik) ini ada yang mulai dari nol, memang benar-benar tidak bisa sama sekali. Ada memang yang awalnya dulu tukang tato sehingga gambarnya bagus,” ujar Akbar.
Saat ini Lapas Kelas I Lowokwaru Malang sudah memiliki 30 WBP yang aktif dalam dunia membatik. Mereka setiap hari membuat karya batik dengan motif khusus yang menjadi ciri khas batik tulis Lapas Kelas I Lowokwaru Malang.
“Batik ini akan kami patenkan berikut juga desainnya. Dan saat dijual, kami membanderol harga Rp 700 ribu per lembar kain batik,” urai Akbar.
Dalam pemasarannya, Akbar mengaku saat ini pihaknya sedang menyiapkan lapak online. Namun untuk pembelian offline, Akbar juga tengah menyiapkan galeri batik yang ada di wilayah sekitar Lapas Kelas I Lowokwaru Malang.
“Jadi kami jual secara online nantinya. Untuk yang beli secara langsung bisa ke galeri batik, sedang kami siapkan,” beber Akbar.
Pria yang juga pernah menjabat sebagai Kalapas Banyuwangi ini menilai batik tulis karya WBP Lapas Kelas I Lowokwaru Malang akan memberi warna tersendiri bagi Kota Malang bahkan Malang Raya. Sebab, Malang memiliki ciri khas tersendiri.
Baca Juga : Usai Viral Penumpang Kehilangan iPad, Rosalia Indah Bakal Investigasi Kru Bus
“Batik ini akan memberi warna bagi Kota Malang, karena desain kami khusus Kota Malang, seperti bunga dan tak lupa juga desain Lapas Lowokwaru sendiri,” imbuhnya.
Sementara itu salah satu WBP, Trianta Ulil Amri asal Jember mengaku baru pertama kali mengenal proses pembatikan di Lapas Kelas I Lowokwaru Malang. Ia mengaku bahwa awalnya tertarik dengan kegiatan membatik yang dibuka oleh petugas.
“Awal belajar batik ya dari Lapas, saya belum pernah membatik. Sampai saat ini saya bisa membatik, karena ada latihan,” kata Amri, sapaan akrabnya.
Amri mengaku bisa membatik dengan hanya belajar selama dua minggu. Namun secara dasar, ia memang dulunya pernah bekerja di pabrik garmen.
“Dulu saya kerjanya di garmen. Belajar hanya dua minggu terus bisa. Sekarang sehari bisa menyelesaikan dua batik,” ucap pria yang bertugas mewarnai batik itu.