JATIMTIMES - Warga Kelurahan Kanigaran, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo, Jawa Timur, menuntut Wali Kota Hadi Zainal Abidin untuk turun tangan mengatasi permasalahan lalu lintas di Jalan Supriadi Kota Probolinggo yang rawan kecelakaan.
Kasus kecelakaan termutakhir di jalan itu terjadi pada Kamis (16/11/2023), dengan korban seorang perempuan paruh baya, Afifah (69 tahun). Korban meninggal dunia setelah ditabrak oleh pengendara sepeda motor seorang remaja, berinisial SR (17 tahun).
Baca Juga : Waspada Wilayah di Jatim Ini Berpotensi Alami Cuaca Ekstrem hingga 2 Desember
Kondisi Afifah kritis setelah ditabrak dan sempat dirawat di IGD dan ICU RSUD dr Moch Saleh Kota Probolinggo. Dokter menyatakan Afifah mengalami gegar otak berat. Namun, setelah dirawat intensif di ICU semalaman, Afifah meninggal dunia pada Jumat (17/11/2023) pagi.
Kasus kecelakaan yang melibatkan seorang pelajar itu masih dalam proses penyelidikan oleh kepolisian setempat hingga berita ini dipublikasikan. Namun, keluarga korban dan warga setempat sangat berharap perhatian Pemerintah Kota terutama Wali Kota Hadi Zainal Abidin agar membuat kebijakan yang cepat dan tepat untuk mencegah terulangnya kecelakaan lalu lintas di jalan tersebut.
Tak Ada Rambu-rambu
Jalan Supriadi sesungguhnya merupakan jalan alternatif. Jalan itu dahulu buntu sebelum dibuka dan diperlebar serta diaspal untuk jalan umum pada tahun 2005. Sejak itu jalan tersebut digunakan sebagai jalan alternatif untuk jalur keluar masuk para buruh pabrik PT Eratex Djaja demi menghindari kemacetan lalu lintas di jalur utama di Jalan Soekarno-Hatta.
Namun, lama kelamaan jalan itu seolah-olah menjadi jalan utama karena dilintasi hampir semua jenis kendaraan bermotor pada siang dan malam selama dua puluh empat jam nonstop. Masalahnya, di jalan sepanjang satu kilometer tersebut tidak ada satu pun rambu-rambu lalu lintas dan minim fasilitas penerangan jalan umum yang disediakan oleh pemerintah.
Tidak ada juga markah jalan, speed bump alias polisi tidur, pita kejut, dan rambu-rambu tertentu agar para pengendara berhati-hati dan mengurangi laju kendaraan. Akibatnya banyak kendaraan terutama sepeda motor yang melintasi jalan itu berkendara relatif kencang. Bahkan, di depan sekolah/madrasah di jalan yang sama tidak ada semacam zebra cross dan rambu peringatan tertentu untuk memperingatkan para pengendara agar berhati-hati.
Akibatnya lagi, menurut Ketua RT setempat, Hamami, sering terjadi kecelakaan lalu lintas di jalan tersebut. “Sudah tidak terhitung jumlah kecelakaan di sini, terutama dengan korban luka-luka, orang dewasa, lansia, maupun anak-anak. Saudara-saudara saya sendiri juga banyak yang pernah ditabrak di jalan ini,” katanya kepada wartawan.
"Kalau yang warga sini [menjadi korban kecelakaan] mungkin sudah puluhan orang," katanya, menambahkan. "Kalau ditambahkan sama warga luar sini lebih banyak lagi."
Upaya Putus Asa
Korban kecelakaan termutakhir, Afifah, yang meninggal dunia, juga merupakan kerabat Hamami. Karena itulah dia berharap betul perhatian Pemerintah Kota untuk segera membuat langkah-langkah taktis dan strategis demi mencegah kecelakaan serupa pada masa mendatang.
“Jangan sampai ada lagi kecelakaan di sini, sudah cukup. Warga sudah terlalu resah. Lalu lintas di sini harus segera ditertibkan, apapun caranya,” kata perempuan yang juga berprofesi sebagai guru itu.
Sebagai Ketua RT, Hamami mengaku hampir setiap tahun mengusulkan kepada Pemerintah Kota melalui Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) kecamatan setempat untuk pengadaan fasilitas, misalnya penerangan jalan umum, speed bump, atau pita kejut, dan rambu-rambu lalu lintas. Namun, pengusulan itu tak pernah terwujud dan Hamami berterus terang sudah putus asa.
Baca Juga : Israel Serang Warga Palestina saat Genjatan Senjata di Gaza, Langgar Kesepakatan?
Sementara itu, Kabid Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Dishub Kota Probolinggo Purwantoro Novianto mengatakan bahwa jalan Supriadi sebenarnya adalah jalan kota dengan kapasitas yang tidak cukup lebar. Dia menyebut di daerah itu sudah ada papan imbauan untuk berhati-hati. Tetapi dia membenarkan bahwa di daerah itu tidak ada pita kejut.
"Itu jalan kota dengan kapasitas yang tidak cukup lebar sudah ada pager imbauan untuk berhati-hati. Tidak ada pita kejut karena jalannya naik turun ada jembatan sehingga harapannya memang tidak kecepatan tinggi ya karena itu jalan kota," ujar Purwantoro, Sabtu (25/11/2023).
Soal seringnya peristiwa laka lantas di daerah jalan alternatif menuju PT Eratex Djaja. Dishub setempat mengaku sudah mengidentifikasi dan menginventarisasi. Jika ada anggaran di APBD 2024 dia akan mengajukan untuk pengadaan marka jalan, sos, dan sebagainya.
"Anggaran memang belum ada suport untuk marka dan sebagainya. Kita punya anggaran tapi hanya untuk di kawasan alun-alun saja untuk marka dan lampu karena dorongan dari Polres untuk satu arah disana," kata Purwantoro.