JATIMTIMES - Kelompok pemberontak Houthi yang bermarkas di Yaman, mengancam akan melancarkan serangan lebih lanjut terhadap Israel. Houthi mengancam akan menyerang kapal-kapal Israel di perairan Laut Merah dan Selat Bab al-Mandeb.
Seperti dilaporkan Reuters dan Al Arabiya, Rabu (15/11/2023), Houthi yang bersekutu dengan Iran melancarkan rentetan serangan rudal dan drone terhadap Israel sepanjang bulan ini. Serangan-serangan ini menyoroti risiko perang antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza menyebar ke kawasan Timur Tengah yang lebih luas.
Baca Juga : Jelang Tutup Tahun, Serapan PBB-P2 Kabupaten Bondowoso Capai 69,40 Persen
Juru bicara militer Houthi menegaskan kelompoknya telah meluncurkan sejumlah rudal balistik ke berbagai target Israel, termasuk target sensitif di Eilat. Disebutkan bahwa peluncuran rudal itu dilakukan 'setelah 24 jam operasi militer lainnya dengan menggunakan drone terhadap target Israel yang sama'.
Ia juga menegaskan bahwa kelompoknya 'tidak akan ragu untuk menargetkan setiap kapal Israel di Laut Merah atau di tempat lainnya' yang bisa dijangkau oleh mereka.
Houthi yang sedang berperang melawan koalisi pimpinan Arab sejak tahun 2015, muncul sebagai kekuatan militer besar di Semenanjung Arab, dengan puluhan ribu petempur dan persenjataan besar berupa rudal balistik dan drone bersenjata. Kelompok itu menguasai wilayah Yaman bagian utara dan area pesisir Laut Merah.
Ancaman senada terhadap Israel juga disampaikan oleh pemimpin Houthi, Abdulmalik al-Houthi, dalam siaran pidatonya.
"Mata kami terbuka untuk terus memantau dan mencari kapal Israel di Laut Merah, terutama di Bab al-Mandeb, dan dekat perairan regional Yaman," tegas al-Houthi dalam pidatonya.
Sementara itu, Pemerintah Amerika Serikat (AS) diam-diam meningkatkan bantuan senjata untuk Israel. Washington dilaporkan memasok lebih banyak rudal dan peralatan militer yang lebih canggih untuk Tel Aviv yang sedang berperang melawan Hamas.
Dalam laporan yang dimuat Press TV, Rabu (15/11/2023) dan diungkapkan oleh media terkemuka AS, Bloomberg bahwa Pentagon 'secara diam-diam' meningkatkan bantuan militer ke Israel, dengan mengirimkan lebih banyak rudal berpemandu laser untuk armada tempur Apache milik Tel Aviv, kemudian juga amunisi penghancur bunker, peluru 155 mm, perangkat night-vision dan kendaraan tempur baru.
"Pada akhir Oktober, misalnya, seluruh 36.000 butir amunisi meriam 30 mm, 1.800 amunisi penghancur bunker M141 yang diminta, dan setidaknya 3.500 perangkat night-vision telah dikirimkan," demikian seperti dilaporkan Bloomberg.
"Senjata tersebut telah dikirimkan atau Departemen Pertahanan sedang berupaya untuk menyediakan dari pasokan yang ada di AS dan Eropa," sebut laporan Bloomberg, yang mengutip daftar internal Departemen Pertahanan AS atau Pentagon.
Pentagon sejauh ini menolak untuk mengomentari laporan tersebut. Namun dalam sebuah pernyataan, Pentagon mengatakan pihaknya 'memanfaatkan beberapa cara -- mulai dari pasokan internal hingga saluran industri AS -- untuk memastikan Israel memiliki sarana untuk mempertahankan diri'.
Baca Juga : Israel Serbu RS Al-Shifa Gaza, Serukan Hamas untuk Menyerah
Pernyataan Pentagon itu menyebut bantuan itu akan diberikan 'hampir setiap hari', dan disebutkan juga bahwa AS secara cepat memasok Israel dengan amunisi berpemandu presisi, bom berdiameter kecil, peluru artileri 155 mm, dan amunisi-amunisi lainnya, selain pencegat Iron Dome dan peralatan medis pendukung.
Laporan ini muncul ketika Israel terus membombardir Jalur Gaza, dengan para pejuang HAM mendesak Washington untuk menghentikan dukungan kepada rezim Israel dan mengakhiri transfer senjata. AS diketahui setiap tahun mengirimkan bantuan militer kepada Tel Aviv sebesar US$ 3,8 miliar (Rp 58,9 triliun).
Dalam surat pada Senin (13/11) waktu setempat, lebih dari 30 organisasi bantuan kemanusiaan menyerukan kepada Menteri Pertahanan (Menhan) AS Lloyd Austin untuk tidak mengirimkan peluru artileri 155 mm ke Israel karena bisa memicu 'collateral damage'.
"Di Gaza, salah satu tempat berpenduduk terpadat di dunia, peluru artileri 155 mm tidak pandang bulu. Amunisi ini tidak terarah dan memiliki radius kesalahan yang tinggi," sebut 30 organisasi bantuan kemanusiaan dalam surat mereka kepada Austin.
Disebutkan juga bahwa peluru artileri 155 mm seringkali mendarat sejauh 25 meter dari sasaran yang dituju.
Lebih dari 11.300 orang, yang sebagian besar warga sipil, dilaporkan tewas akibat rentetan serangan Israel terhadap Jalur Gaza selama lebih dari sebulan terakhir. Israel melancarkan pengeboman tanpa henti dan mengerahkan operasi darat untuk membalas serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober lalu.
Otoritas Tel Aviv melaporkan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, tewas akibat serangan Hamas itu. Lebih dari 240 orang lainnya disandera Hamas dan kelompok militan Palestina lannya saat serangan itu terjadi, lalu dibawa ke Jalur Gaza.