free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Serba Serbi

Surakarta Melawan Arus Kolonialisme: Satu-satunya Kerajaan yang Bangga Kibarkan Bendera Merah Putih

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Dede Nana

12 - Nov - 2023, 17:21

Placeholder
Raja Surakarta Pakubuwono X menerima kunjungan Raja Siam, Chulalongkorn atau Rama V pada tahun 1896.(Foto : Istimewa)

JATIMTIMES - Ada pandangan umum yang menyatakan Keraton Surakarta adalah kerajaan pro Belanda, sedangkan Yogyakarta adalah kerajaan yang berjuang habis-habisan melawan penjajah. 

Pendapat itu tidaklah benar, karena Raja Surakarta juga ikut andil dalam mewujudkan keberdekaan bangsa Indonesia. Bahkan, Keraton Surakarta adalah kerajaan pertama di bumi Nusantara yang mengibarkan bendera merah putih di masa kolonial Hindia Belanda.

Baca Juga : Kisah Pata Seca, Budak Asal Brasil yang Diberlakukan Sebagai Mesin Pembuat Anak

Pada masa Hindia Belanda yang kelam, terdapat sebuah perlawanan yang penuh semangat dan keberanian di Keraton Kasunanan Surakarta  Hadiningrat. Kerajaan di bawah kepemimpinan Sunan Pakubuwono X, menjadi satu-satunya wilayah yang dengan gagah berani mengibarkan bendera Merah Putih, sebuah simbol kemerdekaan yang tegas dan menentang dominasi penjajah bangsa eropa yaitu Kerajaan Belanda. 

Meskipun hidup di bawah aturan ketat kolonialisme, Keraton Surakarta di bawah pemerintahan Pakubuwono X tidak hanya mempertahankan keberlanjutan negara dan budayanya tetapi juga menjadi kiblat pergerakan nasional. 

Keputusan untuk mengibarkan bendera Merah Putih, atau yang saat itu dikenal sebagai bendera Gula Klapa, di depan Kamandungan Keraton Surakarta menjadi tanda keberanian yang mencuat dari bayang-bayang penindasan Belanda. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika muncul pernyataan "Van Sala Begin de Victory" yang berasal dari Solo, di mana kemenangan dimulai, yang dikeluarkan oleh tokoh pergerakan nasional, Dr. Sutomo.

Pada masa itu, kehidupan di Keraton diatur dan diawasi oleh Belanda dan dominasi kolonialisme Belanda sangat membatasi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pergerakan nasional. Seluruh aspek kehidupan, termasuk agama dan kegiatan politik, ketat diawasi oleh Belanda. Setiap orang harus patuh pada aturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah kolonial.

Namun, meskipun terbatas, Pakubuwono X yang naik takhta dengan kontrak politiknya tidak hanya menjaga keberlanjutan negara dan bangsanya tetapi juga menggunakan kekuasaannya untuk terus berjuang mempertahankan nama Indonesia dan menyebarluaskan ide-ide luhur dan mulia.

Di masa penjajahan, Pakubuwono X yang dikenal kaya raya dan dermawan melakukan serangkaian gebrakan besar. Selain melakukan perombakan dan pembangunan fisik besar-besaran di Surakarta Hadiningrat. Pakubuwono X juga diam-diam memobilisasi  pergerakan nasional untuk mewujudkan kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Pakubuwono X lahir pada 29 November 1866 dengan nama kecil Raden Mas Sayidin Malikul Kusno. Ia adalah putra Pakubuwono IX dengan permaisuri KRAy Kustiyah. Pada usia 3 tahun, Raden Kusno telah ditetapkan sebagai putra mahkota Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamangkunegara Sudibya Rajaputra Narendra ing Mataram.

Pakubuwono X menggantikan ayahnya, Pakubuwono IX sebagai susuhunan Surakarta ketika Pakubuwono IX meninggal pada 16 Maret 1893. Dua minggu setelahnya Pakubuwana X resmi dilantik sebagai Susuhunan pada 30 Maret 1893. Pakubuwono memerintah Nagari Surakarta Hadiningrat selama 46 tahun.

Keinginan Pakubuwono X untuk mewujudkan kemerdekaan Bangsa Indonesia tidak main-main. Ia memberikan berbagai fasilitas Keraton Kasunanan untuk organisasi yang baru saja lahir yaitu Budi Utomo. Beberapa tahun setelahnya, Pakubuwono X juga mendukung eksistensi Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin HOS Tjokroaminoto.

Sama seperti raja-raja Nusantara di masa penjajahan Belanda, sebelum naik tahta Pakubuwono X juga menandatangani kontrak politik dengan kompeni. Tujuannya tentu saja agar Pakubuwono X ketika bertahta tidak melakukan pemberontakan. Dalam kontrak politik itu disepakati, Pakubuwono X akan dilengserkan jika memberontak.

Namun Pakubuwono X adalah raja dengan otak super jenius.  Dengan segala keterbatasannya karena kontrak politik, ia melakukan perjuangan dengan strategi jalan memutar. Pakubuwono X mengikuti semua keinginan Belanda. Di satu sisi, ia secara diam-diam tampil sebagai motivator dan aktor dibalik layar dalam pergerakan nasional untuk mengusir Belanda dari bumi  Nusantara. Raja telah belajar dari sejarah leluhurnya, bahwa perang dengan senjata di masa lalu tidak bisa mengusir Belanda pergi dari negeri ini.

Di bidang ideologi negara, Pakubuwono X berada di garis depan dalam penyebaran dan pengajaran agama Islam, meskipun Belanda melarang keras hal tersebut. Pada masa itu di tahun 1914, Pakubuwono X bahkan mendirikan sekolah agama Islam Mambaul Ulum.

Pada saat radio menjadi alat komunikasi yang penting, Keraton Surakarta memiliki Siaran Radio Indonesia (SRI). Radio ini pertama kali menyiarkan pertandingan sepak bola di Stadion Sri Wedari pada tahun 1934. 

Meskipun lagu kebangsaan Belanda, Wilhelmus van Nassouwe, umum dinyanyikan, Pakubuwono X memerintahkan agar pemain sepak bola menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya sebelum pertandingan. Tindakan ini sangat berani dan penuh risiko, namun diambil untuk menyemangati pemain sepak bola dan membangkitkan semangat kebangsaan di masyarakat luas.

Pada saat yang sama, Pakubuwono X mendukung sepak bola dengan mengaitkan nama Indonesia pada klub sepak bola asal Surakarta, yaitu Persatuan Sepak Bola Indonesia Solo. Bahkan, nama Indonesia mulai disebarluaskan ke seluruh Nusantara sejak masa pemerintahannya.

Baca Juga : Wamen BUMN Tinjau Kesiapan Program Smart Precision Farming

Di masa-masa akhir masa kekuasaanya, Pakubuwono X tetap aktif dalam berbagai kegiatan organisasi sosial dan politik hingga akhir hayatnya. Salah satu momen penting adalah dukungannya terhadap pendirian Tugu Kebangkitan Nasional sebagai pengingat berdirinya Budi Utomo. 

Perintah Pakubuwono X ini tidak hanya menciptakan pernyataan visual yang kuat namun juga menjadi titik awal dari semangat perjuangan yang tak tergoyahkan. Perintah Pakubuwono X kepada seluruh pemain sepak bola untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya sebelum pertandingan ini merupakan sebuah langkah revolusioner yang menciptakan gelombang semangat kebangsaan di masyarakat luas. 

Dalam keterbatasan ruang geraknya di bawah cengkeraman Belanda, Pakubuwono  X tetap gigih dalam menyebarkan ideologi negara, mendirikan sekolah agama Islam, dan bahkan mendukung klub sepak bola lokal dengan mencantumkan nama Indonesia.

Meskipun namanya tidak tercatat, Pakubuwono X sejatinya adalah tokoh yang terlibat aktif dalam pembentukan Budi Utomo. Selain bersahabat dengan para pendiri Budi Utomo, Pakubuwono X juga berperan secara riil dalam kontribusi moral, material dan finansial dalam pendirian organisasi ini. Bagi Pakubuwono X, uang adalah hal kecil karena ia adalah raja yang kaya raya.

Setelah Budi Utomo resmi berdiri, banyak bangsawan dan priyayi yang bergabung dengan organisasi ini. Dari dalam keraton, satu nama yang bergabung dan berperan penting dalam Budi Utomo adalah Raden Mas Arya Wuryaningrat, seorang bupati nayaka yang menjadi menantu Pakubuwono X.  Keterlibatan Wuryaningrat dalam Budi Utomo tak lepas dari dorongan yang diberikan Pakubuwono X.

Pakubuwono X juga mengizinkan Keraton Kasunanan Surakarta sebagai kantor Budi Utomo Cabang Surakarta. Di sisi lain,  Wuryaningrat tampil sebagai tokoh penting organisasi ini dimana ia mencatatkan diri sebagai Ketua Pengurus Besar Budi Utomo masa bakti 1916-1921 dalam pemilihan konggres di Surabaya. Sebelum pindah ke Surakarta pada 1926, Wuryaningrat berkeliling ke pelosok-pelosok Jawa menyerukan pembentukan front persatuan nasional untuk semua golongan dalam memperjuangkan kemerdekaan Bangsa Indonesia. 

Upaya Pakubuwono X juga menggalang pergerakan nasional dengan beragam cara. Salah satunya Pakubuwono X aktif melakukan kunjungan ke berbagai daerah, baik yang dekat maupun yang jauh.

 Tercatat ia mengunjungi Semarang, Surabaya, Ambarawa, Salatiga, Bali, Lombok hingga Lampung. Kunjungan ini tentu bukan kunjungan biasa. Dalam kunjungan ini Pakubuwono X bermaksud memperluas pengaruh kekuasaanya dan menggalang dukungan masyarakat luas terhadap pergerakan nasional.

Uniknya, Belanda sama sekali tidak menaruh kecurigaan terhadap Pakubuwono X. Ketika Belanda mulai khawatir, Pakubuwono X selalu saja mampu mengembalikan kepercayaan Belanda terhadapnya. 

Contohnya, ketika Belanda melarang Pakubuwono X melanjutkan program kunjungannya, sang raja menurut saja. Dan ketika Belanda sudah lengah dan terlupa, Pakubuwono X kembali melanjutkan agenda kunjungan ke berbagai daerah. Agenda ini terus dilakukan Pakubuwono X hingga wafat pada 1939.

Dalam setiap kunjungannya, Pakubuwono X selalu berhasil menarik simpati rakyat dan pejabat tinggi di daerah tersebut. Dari sinilah Pakubuwono X menyebarluaskan gagasan-gagasan nasionalisme. Bahkan ketika Pakubuwono X berkunjung ke Demak, raja bertubuh tambun ini mensosialisasikan kepada khalayak luas mengenai Sarekat Islam. 

Pakubuwono X mengajak masyarakat untuk mendukung Sarekat Islam demi kemajuan bangsa dan Negara. Pakubuwono X adalah pemimpin yang penuh ketulusan menanamkan jiwa nasionalisme dengan tujuan utamanya yaitu kemerdekaan Bangsa Indonesia. Sebuah cita-cita yang akhirnya terwujud 6 tahun setelah Pakubuwono X wafat.

Sejarah Keraton Surakarta dan kepemimpinan Pakubuwono X menjadi sorotan dalam perlawanan terhadap penindasan kolonial. Meskipun zaman telah berganti, kisah kepahlawanan ini tetap menjadi kilas balik yang menginspirasi, mengingatkan kita akan perjuangan gemilang satu-satunya kerajaan yang mengibarkan bendera Merah Putih di tengah dominasi Hindia Belanda.


Topik

Serba Serbi keraton surakarta pakubuwono x kisah pakubuwono x



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Dede Nana