JATIMTIMES - Di tanah Jawa Timur, kekayaan sejarah tersembunyi dalam megahnya bangunan kuno. Salah satu saksi bisu perjalanan waktu adalah Stasiun Pasuruan, sebuah peninggalan bersejarah yang memukau.
Diresmikan pada 16 Mei 1878 oleh Staatsspoorwegen, stasiun ini menjadi saksi bisu perkembangan Jawa Timur dan Kota Pasuruan. Dengan keberadaannya, Stasiun Pasuruan tidak hanya menjadi tempat bersejarah, tetapi juga menyimpan kisah perjalanan kereta api pertama lintas Surabaya-Pasuruan.
Baca Juga : Lukisan Alam Tersembunyi di Selatan Wonogiri: Menelusuri Keindahan Pantai Karang Payung
Stasiun Pasuruan, sebuah monumen waktu yang masih kokoh berdiri di tengah kota. Data dari PT Kereta Api Indonesia (KAI) menunjukkan bahwa stasiun ini diresmikan oleh Staatsspoorwegen, perusahaan kereta api negara milik Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Pada 16 Mei 1878, Stasiun Pasuruan menjadi salah satu stasiun tertua di Jawa Timur, mencatat awal perjalanan lintas kereta api yang menghubungkan Surabaya dan Pasuruan.
Stasiun ini bukan hanya sekadar tempat pemberhentian kereta api, melainkan sebuah cermin waktu yang merefleksikan sejarah panjang. Bangunan utama stasiun, Dipo lokomotif, tandon air, dan menara bekas peralatan komunikasi adalah bagian integral dari Stasiun Pasuruan yang tetap orisinal. Meskipun seiring waktu sebagian bangunan berubah fungsi, keberadaannya mengingatkan kita pada masa ketika stasiun ini menjadi pusat kegiatan transportasi dan perbaikan lokomotif.
Letak strategis Stasiun Pasuruan juga memberikan dampak signifikan pada tata ruang kota. Berseberangan dengan Jalan Raya Pos, yang sekarang dikenal sebagai Jalan Soekarno-Hatta, stasiun ini menjadi titik fokus utama lintas Surabaya-Pasuruan. Jalan Stasiun yang bersebelahan dengan Pasar Besar Kota Pasuruan bukan hanya sebagai jalur transportasi utama, tetapi juga sebagai jalur penghubung ke kota-kota pantai utara Jawa.
Tata ruang kota yang dipengaruhi oleh keberadaan stasiun ini memberikan kemudahan akses ke seluruh penjuru kota. Sebagai bagian dari jaringan kereta api di Jawa, Stasiun Pasuruan juga memiliki keterkaitan dengan pelabuhan, memfasilitasi pengangkutan barang, terutama hasil perkebunan pada masa lalu.
Stasiun Pasuruan, sebuah perpaduan harmonis antara sejarah dan arsitektur yang masih mempesona hingga kini. Berlokasi dekat jalan arteri primer kota, stasiun ini menjelma menjadi bagian integral dari lanskap urban Pasuruan. Keunikan peletakan stasiun yang tegak lurus di tengah-tengah Jalan Raya Sukarno-Hatta memberikan sentuhan artistik pada tata ruang kota, meskipun sedikit terhambat oleh jarak yang terlalu pendek, menyebabkan kesan monumentalnya tidak sepenuhnya terasa.
Di tengah beragam stasiun yang tersebar di Pasuruan, yang paling tua dan megah adalah Stasiun Pasuruan. Sebuah saksi bisu perjalanan waktu, mengungguli keumuran stasiun-stasiun lain di Jawa Timur. Bangunan orisinal, seperti gedung utama stasiun, Dipo lokomotif yang masih berdiri tanpa banyak perubahan, tandon air yang dahulu menjadi penyuplai lokomotif, dan menara bekas peralatan komunikasi, semuanya masih memberikan nuansa sejarah yang terawat dengan baik.
Namun, di antara bangunan kuno yang masih berdiri dengan anggun, kini banyak yang berubah fungsi. Tandon air, yang dahulu menjadi sumber kehidupan lokomotif, kini menyimpan cerita baru. Begitu pula dengan Dipo Lokomotif, yang awalnya digunakan untuk memperbaiki lokomotif yang rusak oleh orang-orang Belanda, dan kini menjadi saksi bisu perubahan fungsi dan zaman. Bahkan, menara bekas peralatan komunikasi yang tidak lagi difungsikan, mencerminkan perubahan kondisi yang terjadi seiring berjalannya waktu.
Stasiun Pasuruan bukan hanya menjadi tempat perjalanan sehari-hari. Dengan letaknya yang strategis, menjadi pusat keramaian sejak dulu di kawasan pesisir. Berdekatan dengan Pasar Besar yang berdiri sejak 1827, stasiun ini tidak hanya menjadi titik pemberhentian kereta api, melainkan juga menjadi saksi perjalanan rempah-rempah dan alat kemiliteran tentara Belanda.
Baca Juga : Sukeskan Pemillu 2024 ,Pemkab Kediri dan KPU Tandatangani Naskah Perjanjian Hibah Daerah
Setelah diresmikan pada tahun 1878, Stasiun Pasuruan bukan hanya mengangkut penumpang, tetapi juga menjadi sarana pengangkutan rempah-rempah dan alat militer pada masa pemerintahan Belanda. Sebuah pembuktian bahwa stasiun ini memang dibangun untuk menghubungkan sejarah dan transportasi dalam satu perjalanan. Bahkan setelah masa kemerdekaan, stasiun ini masih mengalami kependudukan militer Belanda pada periode 1946-1949, menjadikannya saksi bisu dari era kegelapan.
Kini, Stasiun Pasuruan tetap menjadi pusat perhatian dengan 4 jalur rel kereta api yang difungsikan untuk persilangan dan penyusulan kereta api. Pukul 15.30 menjadi momen istimewa, saat KA Sub-Pas, Wijayakusuma, dan Logawa bersilangan di stasiun ini, menandai kelanjutan kisah lintas Surabaya-Pasuruan. Namun, di tengah modernitas era ini, suasana stasiun telah berubah. Pedagang asongan dan pengamen telah berganti dengan heningnya jalur rel.
Meskipun suasana berubah, bangunan di Stasiun Pasuruan tetap teguh. Penataan ulang di bagian depan stasiun memberikan sentuhan modern tanpa mengorbankan keaslian dan keberartian sejarah. Bangunan gedung stasiun yang memegang status cagar budaya tidak boleh diubah, menjadi pengingat akan betapa pentingnya menjaga warisan sejarah.
Sebagai penutup, kekayaan Stasiun Pasuruan bukan hanya menjadi saksi sejarah yang megah, tetapi juga menjadi panggilan untuk merawat dan menghargai warisan nenek moyang kita. Mari kita jaga bersama keindahan dan keautentikan Stasiun Pasuruan, agar nilai-nilai sejarah yang terkandung di dalamnya tetap menginspirasi dan memberikan makna bagi generasi masa kini dan mendatang.
Stasiun Pasuruan, dengan kekayaan sejarahnya yang tak ternilai, memang patut dijaga dan dilestarikan. Bangunan-bangunan bersejarah ini bukan hanya milik masa lalu, tetapi juga menjadi warisan berharga bagi generasi sekarang dan yang akan datang. Kita sebagai masyarakat memiliki tanggung jawab untuk merawat dan melestarikan peninggalan bersejarah ini agar tetap menjadi saksi bisu perjalanan waktu.
Dengan menjaga keaslian arsitektur dan memahami nilai sejarahnya, kita turut menghormati jasa para pendahulu yang telah membangun dan merawat Stasiun Pasuruan selama bertahun-tahun. Mari kita bersama-sama menjaga dan merawat kekayaan sejarah ini agar tetap menjadi bagian hidup dan identitas kota kita. Sebuah tugas mulia untuk menjaga warisan, karena hanya dengan itu kita dapat memastikan bahwa cerita Stasiun Pasuruan akan terus bergema dalam sejarah Jawa Timur.