JATIMTIMES - Jelang pemilu 2024, informasi hoaks akan sering digunakan oleh berbagai pihak sebagai sarana untuk bersaing di pemilu. Pengamat dan konsultan keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, mengatakan di negara manapun, hoaks memang sering kali digunakan untuk mencapai apa yang diinginkan.
“Tidak mengenal negara maju atau negara berkembang hoaks dimanfaatkan untuk mencapai tujuan,” kata Alfons melalui pesan singkat, Minggu (5/11/2023).
Baca Juga : Siaga Musim Hujan, Bupati Sidoarjo Siapkan 14 Rumah Pompa dan Normalisasi Sungai
Lebih lanjut Alfons mengatakan, sarana untuk membuat konten hoaks dan fakes news juga sudah semakin banyak dan mudah. Dengan bermodalkan sedikit data wajah dan sampel suara, Alfons menambahkan, maka akan bisa membuat video palsu yang sangat mirip dan sulit dibedakan dengan teknologi deep fake dan sejenisnya. “Sangat sulit membedakan berita yang asli dengan palsu karena adanya teknologi AI,"ucap Alfons.
Ia pun meminta agar para seluruh partai politik dan seluruh pihak yang berkepentingan seperti KPU, dibantu oleh Kominfo dan kepolisian untuk mengidentifikasi dan menindak usaha hoaks yang berpotensi memecah belah bangsa. “Karena nanti yang rugi adalah semua masyarakat, termasuk politisinya.”
Alfosn menyarankan, agar terhindar dari hal tersebut masyarakat harus cerdas dalam memilih informasi serta jangan mudah percaya berita yang diterima sebelum melakukan crosscheck. “Pastikan sumber informasi dari situs terpercaya dan crosscheck berulangkali sebelum memforward suatu informasi.” pungkasnya.
Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi sebelumnya menyebutkan hoaks dengan muatan isu Pemilu 2024 naik hampir 10 kali lipat dalam satu tahun terakhir.
Sepanjang 2022 hanya 10 hoaks pemilu, namun, sepanjang Januari 2023 hingga 26 Oktober 2023 terdapat 98 isu hoaks pemilu. "Berarti terjadi peningkatan hampir 10 kali lipat isu hoaks dibandingkan tahun lalu," kata Menkominfo Budi sebagaimana dikutip Antara, Jumat, 27 Oktober 2023.
Budi menjelaskan peningkatan hoaks terkait dengan isu pemilu itu makin terasa signifikan saat memasuki Juli 2023 dan terus meningkat hingga Oktober 2023.
Baca Juga : Sewa Gudang Tambahan KPU Kota Batu Disetujui
Bahkan dalam data terbaru Kemenkominfo untuk 27 Oktober 2023 sudah ditemukan lagi tambahan sebanyak tiga hoaks baru yang menunjukkan bahwa penyebaran hoaks terkait pemilu memang semakin memanas.
Oleh karena itu, Budi mengharapkan seluruh lapisan masyarakat bisa memberi perhatian lebih sebelum membagikan informasi di media sosial maupun melalui aplikasi pesan instan.
Dengan demikian semua pihak bisa terlibat untuk mencegah peredaran hoaks terkait Pemilu 2024 yang berpotensi menurunkan kualitas demokrasi bahkan bisa menimbulkan polarisasi.
"Seiring dengan narasi Pemilu Damai 2024, Kementerian Kominfo mendorong kampanye 'Awas Hoaks Pemilu' sehingga ini menjadi pengingat agar masyarakat lebih berhati-hati saat menerima dan memberitakan informasi terkait pemilu,"ujar Budi.