JATIMTIMES - Taman Kebon Rojo, sebuah tempat yang menyimpan sejarah panjang dan nilai-nilai edukasi yang tak ternilai, terletak di tengah Kota Blitar. Taman ini telah menjadi daya tarik utama bagi warga Blitar, baik anak-anak maupun keluarga, selama bertahun-tahun.
Melalui narasi sejarahnya yang menarik, Taman Kebon Rojo menghadirkan pelajaran berharga mengenai kelestarian alam, budaya, dan perkembangan kota.
Baca Juga : Semarak Galang Gerak Budaya Tapal Kuda di Pura Mandara Giri Semeru Agung
Saat Anda menginjakkan kaki di Taman Kebon Rojo, Anda akan disambut oleh suasana yang hijau dan nyaman. Pepohonan besar dan rindang mengelilingi taman ini, menciptakan lingkungan alami yang sejuk dan memikat.
Dalam hal fasilitas hiburan, taman ini tidak kalah menarik. Pengunjung dapat menikmati beragam permainan yang seru dan lezatnya kuliner yang ditawarkan di dalamnya.
Salah satu daya tarik paling mencolok di taman ini adalah kehadiran dua patung dinosaurus yang menjulang di tengah-tengah taman. Patung-patung ini bukan hanya elemen dekoratif, mereka juga menjadi alat edukasi yang menginspirasi pengunjung, terutama anak-anak, tentang masa lalu Bumi dan makhluk-makhluk purba.
Dinosaurus adalah subjek yang selalu menarik dan memikat imajinasi. Fan kehadiran mereka di taman ini memberikan pengalaman belajar yang tak terlupakan.
Selain menghadirkan dinosaurus, taman ini juga menyediakan pelajaran tentang aneka satwa dan lingkungan alam sekitar. Edukasi lingkungan menjadi semakin penting di zaman ini dan Taman Kebon Rojo memberikan kontribusi berarti dalam mengajarkan pengunjungnya untuk lebih peduli terhadap alam sekitar.
Taman Kebon Rojo memiliki sejarah yang kaya dan berakar dalam masa lalu Blitar. Menurut catatan sejarah, taman ini sudah ada sejak zaman Hindia Belanda pada tahun 1890-an. Sejak itu, taman ini terus berkembang dan menjadi salah satu aset berharga kota Blitar.
Di utara taman, Anda akan menemukan rumah dinas burgemeester (wali kota) yang dulunya digunakan sebagai kantor controleer perkebunan. Bangunan ini memiliki sejarah panjang sendiri dan kini digunakan sebagai rumah dinas wali kota Blitar.
Selain rumah dinas wali kota Blitar, Taman Kebon Rojo juga dikelilingi bangunan-bangunan sepuh peninggalan kolonial. Batas-batas wilayahnya di sebelah timur ialah Gereja Santo Yusuf, paroki, dan sekolah HIS Katolik Blitar yang sekarang bernama SMAK Diponegoro Blitar.
Di sebelah selatannya berbatasan dengan OSVIA Blitar. Sedangkan di sebelah baratnya berbatasan dengan Sungai Urung-Urung. Menjelajahi sejarah kota Blitar melalui bangunan-bangunan bersejarah ini dapat menjadi pengalaman yang mendalam dan mendidik.
Taman ini memiliki beberapa nama yang terkait dengan sejarahnya. Nama pertama, "Bon Rojo," memiliki beberapa versi arti. Salah satunya mengartikan "Bon Rojo" sebagai "kebun miliknya raja," menyoroti kemewahan taman ini di masa lalu.
Baca Juga : Eksotisme Pantai Banteng Mati, Permata Tersembunyi di Kabupaten Pacitan
Versi kedua menganggapnya sebagai "kebun raya" karena pengucapan "J" dalam bahasa Jawa terdengar seperti "Y," sehingga kata "Bon Rojo" terdengar seperti "Bonyo." Dan versi ketiga adalah "kebun praja" atau "taman kota," meskipun masyarakat Blitar umumnya menggunakan versi pertama dalam percakapan sehari-hari.
Selain itu, taman ini juga disebut sebagai "Kebon Retjo" karena keberadaan arca Ganesha dan Prasasti Kinewu yang terdapat di dalamnya. Pada tahun 1960-an, arca tersebut dipindahkan ke Pendapa Kabupaten Blitar dan saat ini disimpan di Museum Penataran agar lebih terjaga. Di dalam taman, arca Ganesha yang baru menggantikan arca yang dipindahkan tersebut.
Dalam sejarahnya, Taman Kebon Rojo memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung riset dan pertanian di Blitar. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, taman ini digunakan sebagai laboratorium tanaman unggulan. Ini adalah tempat di mana berbagai jenis tanaman pohon lindung, tanaman keras, tanaman hias, bunga-bungaan, dan rumput digunakan untuk riset guna meningkatkan kualitas perkebunan di Blitar.
Sebuah surat kabar yang diterbitkan pada tanggal 19 Desember 1907, dengan nama "Bataviaasch Niewblad," menggambarkan Taman Kebon Rojo sebagai "laboratorium tanaman unggulan" dan menyebutnya sebagai "miniatur Kebun Raya Bogor." Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran taman ini dalam riset tanaman yang mendukung perkembangan ekonomi dan pertanian di daerah Blitar.
Taman ini bukan hanya tempat riset, tetapi juga menjadi tempat rekreasi bagi masyarakat Belanda dan penduduk asli Blitar pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Pengunjung dari berbagai latar belakang budaya dapat bersama-sama menikmati keindahan taman dan mendapatkan pengalaman rekreasi yang berharga.
Selain tanaman-tanaman yang menjadi objek riset, Taman Kebon Rojo juga menampilkan elemen arsitektur Belanda yang khas. Salah satunya adalah koepel yang memiliki ciri khas arsitektur Eropa. Koepel ini dibangun oleh administraturnya sebagai tempat berteduh dan menjadi salah satu karakteristik yang unik dari taman ini.
Posisi kolam yang mengitarinya menambah pesona taman ini. Keindahan alam dan arsitektur Eropa yang melingkupi kolam menciptakan pemandangan yang memesona dan mengundang pengunjung untuk menjelajahi lebih jauh. Seiring berjalannya waktu, Taman Kebon Rojo yang sempat terlupakan mulai menghidup kembali sebagai warisan sejarah yang patut dibanggakan.