JATIMTIMES - Ikatan Dokter Indonesia (IDI), pada 19 Oktober 2023 melakukan kunjungan ke Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair). Kunjungan merupakan bagian memperingati hari jadi IDI ke-73.
Kunjungan ke Unair ini juga merupakan rangkaian safari IDI ke kampus-kampus di Indonesia. Terkhusus di Unair, talkshow yang diadakan IDI kali ini mengulik lebih mendalam mengenai “History and Future of Doctors” di Aula FK Unair dan melalui Zoom Meeting.
Baca Juga : Viral Lagi Video dr Hastry Ungkap Pelaku Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang hingga Gadis Kerasukan Arwah
Acara ini turut dihadiri oleh para perwakilan IDI, baik dari tingkat nasional maupun Jawa Timur, tak terkecuali Ketua Umum IDI sendiri yaitu M Adib Khumaldi sebagai pemateri talkshow.
Topik pertama disampaikan Achmad Chusnu Romdhoni selaku Wakil Dekan I FK Unair terkait badan lain selain IDI dalam proses pencalonan dokter. “Yang saya tidak bisa bayangkan itu apabila ada organisasi profesi dokter itu lebih dari satu yang mengampu” ujar Romdhoni.
Ia juga menambahkan beberapa ilustrasi kasus seperti dokter yang bisa saja keluar dari IDI oleh karena aturan-aturan yang ada. Hal ini dapat saja terjadi namun yang dirugikan pada akhirnya adalah masyarakat umum.
“Etika dan kedisiplinan ini nantinya akan sulit sekali ditegakkan, yang dirugikan tentunya masyarakat” tegas Romdhoni.
Sejalan dengan Romdhoni, Adib Khumaldi juga menyatakan, IDI lah yang menghasilkan tenaga medis yang beretika, berkompeten, dan bermoral. “Kalau kemudian ada yang ke organisasi lain, silakan. Kita tetap mengedepankan yang namanya 3 hal itu,” ujar Adib.
Tak sampai di situ, Adib juga menyatakan bahwa perlindungan kesejahteraan bagi para tenaga kesehatan (nakes) belum sepenuhnya diindahkan oleh pemerintah. “Coba dilihat di Undang-Undang Kesehatan No. 17 Tahun 2023, tidak ada satu ayat pun yang menyatakan tentang kesejahteraan tenaga medis dan tenaga kesehatan. Jadi ini belum menjawab permasalahan. Itulah mengapa kami melakukan perjuangan-perjuangan” tegas Adib.
Ia menegaskan bahwa kesejahteraan tenaga medis sangat penting, kembali lagi bahwa dokter memiliki tanggung jawab kepada masyarakat. “Pengabdian tanpa ada suatu penghargaan profesi maka itu adalah ketidakadilan” pungkas Adib.
Baca Juga : Caleg DPR-RI Jatim V Ahmad Irawan Gagas Health Tourism di Malang
Lalu, izin praktik dokter dan nakes, izin tenaga medis asing, tenaga medis asing lulusan luar negeri, dan pelayanan kesehatan tradisional merupakan tantangan bagi dokter-dokter Indonesia di masa depan yang disampaikan oleh Adib kepada para mahasiswa FK Unair. Ia juga menambahkan bahwa diperlukan perlindungan serta proses seleksi yang ketat terhadap nakes dari luar negeri.
Sekali lagi, Abid menegaskan soal perlindungan hukum. “Memberikan suatu perlindungan dan mengadvokasi kesejahteraan. Ini dia yang perlu dilakukan oleh organisasi profesi. Di dalam kaitannya dengan menghadapi pressure internal maupun eksternal. IDI nantinya harus mengedepankan perlindungan hukum."
Ia juga mengapresiasi Jawa Timur karena telah mengoptimalkan perlindungan hukum bagi para tenaga medis. “Ini sangat jelas di Jawa Timur. Upaya untuk perlindungan hukum dalam 3 tahun sudah dibentuk dalam suatu upaya. Sehingga permasalahan hukum yang ada di teman-teman di Jawa Timur, alhamdulillah semuanya bisa terselesaikan dengan baik” ujar Adib.
Tak kalah penting dengan persoalan hukum, persoalan teknologi pun tak kalah penting dalam mempengaruhi keberadaan dokter dewasa ini. “Jadi IDI harus jadi milenial. Masa depan kita dihadapkan dengan era disrupsi. Era pasien yang mengelola sendiri, dokter hanya sebagai tools dan sekarang juga banyak telemedicine. Itu yang harus kita persiapkan, itu yang harus kita hadapi” terangnya.