JATIMTIMES - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meninjau pasar murah di Pendapa Arya Situbondo, Kamis (21/9/2023). Tujuan pasar murah ini adalah untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok, khususnya beras yang belakangan terus merangkak naik.
Menariknya, saat meninjau stan di pasar murah kali ini, selain melihat-lihat kebutuhan pokok, pandangan mata Gubernur Khofifah terpantau tertarik pada sepeda motor Honda C70. Honda C70 adalah sepeda motor klasik yang hingga saat ini menjadi idola masyarakat Indonesia, khususnya warga Jawa Timur.
Baca Juga : Yuk Ikuti Tips Ini jika Ingin Berwisata Aman, Nyaman, Bujet Rendah ke Kota Batu
Dalam akun instagarmnya @khofifah.ip, orang nomor satu di Jawa Timur itu mengunggah fotonya dengan Honda C70 berwarna hijau muda di salah satu stan pasar murah Situbondo. Sepeda motor antik itu tampak masih orisinal dengan sedikit sentuhan restorasi dan tambahan aksesori keranjang. Keranjang itu diisi sembako seperti minyak goreng dan beras.
Di Indonesia, Honda C70 populer dengan sebutan Honda Pitung. Motor antik itu jadi salah satu daya tarik pasar murah di Situbondo.
“Motor Si Pitung ini menjadi salah satu daya tarik dalam pasar murah yang digelar di halaman pendapa Kabupaten Situbondo. Jadi masyarakat yang datang, tidak cuma sekadar membeli berbagai kebutuhan pokok, tapi juga bisa berswafoto sambil bernostalgia dengan motor antik ini. Btw, ada yang tahu kenapa motor ini mempunyai julukan Si Pitung?" tulis Khofifah di akun instagram pribadinya, @khofifah.ip.
Ya, sepeda motor Honda C70 memang punya sejarah yang panjang di Indonesia. Sebelum motor ini lahir, Honda sempat mengeluarkan C100 yang diproduksi pada 1958. Saat itu, Honda C100 hanya memiliki mesin 50 cc.
Namun ternyata motor tipe ini mendapatkan antusiasme yang tinggi dari masyarakat. Sadar ada potensi menjanjikan, Honda kemudian berinovasi dengan mengembangkan varian lainnya seperti Honda C110 dan C102. Pengembangan ini dilakukan dengan spesifikasi yang lebih menarik.
Inovasi yang dilakukan Honda terbukti benar. Pada 1966, Honda C70 lahir dengan kapasitas mesin 70 cc. Di Indonesia, Honda C70 mulai diproduksi pada 1971. Honda C70 meledak di pasaran dan mendapat julukan “Honda Si Pitung,” yang berasal dari bahasa Jawa, “pitung puluh” atau “tujuh puluh”.
Honda C70 memiliki kapasitas mesin 71,8 cc serta mampu menghasilkan tenaga 6 hp pada 9.000 rpm. Motor ini juga memiliki torsi 0,53 kg dengan putaran mesin pada 7.000 rpm.
Selain mesinnya yang bandel dan irit, Honda C70 juga memiliki desain unik. Tak heran jika hingga saat ini motor ini begitu digemari. Honda C70 dengan warna merah adalah yang paling populer.
Sayang, Honda menghentikan produksi motor ini pada 1986. Sebagai ganti, Honda kemudian memproduksi seri Astrea.
Baca Juga : Pemprov Jatim Adakan Pasar Murah di Situbondo, Stabilkan Harga Sembako
Meskipun sudah berhenti diproduksi secara resmi oleh pabrik, ternyata Honda C70 masih memiliki pasar di Indonesia hingga saat ini. Begitu pun dengan suku cadangnya juga masih terbilang mudah ditemui dengan harga yang ramah di kantong. Kondisi ini membuat pecinta Honda C70 tidak pernah khawatir memiliki dan mengendarai motor ini di jalanan.
Terus berkembangnya varian jenis motor di Indonesia tak menyurutkan minat orang menyukai Honda C70. Honda C70 tetap jadi bidikan banyak orang, khususnya kolektor motor antik.
Belakangan, kreativitas restorasi berkembang pesat di Indonesia. Restorasi membuat motor yang bertampang lusuh jadi nampak baru seperti saat pertama kali keluar dari dealer.
Belum lama ini, Honda kembali merilis motor ini dalam konsep baru yaitu C110 dan C125. Dirilisnya motor ini kembali mungkin karena Honda melihat peluang pasar yang cukup besar dari peningkatan minat pembelian motor C70.
Honda C110 dan C125, meskipun bertampang retro namun dua motor ini sudah dibekali dengan teknologi dan fitur modern. Seperti penggunaan lampu LED dan fitur keyless untuk menyalakan motornya. Dua motor ini juga sudah dibekali sistem pembakaran injeksi.