JATIMTIMES - Manusia hidup di bumi memiliki sensitivitas terhadap sentuhan-sentuhan orang yang tidak dikenal. Di dalam keramaian, kita dipertemukan dengan banyak orang asing. Demi menjaga rasa nyaman di tempat seperti ini, kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk melindungi tubuh kita agar terhindari dari bersentuhan dengan tubuh orang lain.
Sensitivitas seperti itu tidak hanya dimiliki oleh manusia saja. Pohon-pohon yang hidup di hutan juga memiliki batasan dalam hal bersentuhan dengan sesama pohon lainnya.
Baca Juga : Di-Booking Lebih dari 40 Juta Kali, Ini Hotel Pilihan Favorit Gen-Z
Saat berada di hutan dengan pohon-pohon besar yang rindang, celah-celah cahaya matahari masih bisa menembus ke bawah (permukaan tanah). Hal itu terjadi karena terdapat jarak antara pohon yang satu dengan yang lainnya.
Para pohon-pohon itu enggan berdempetan, sehingga di antara daun-daun rindang yang mereka miliki, masih terdapat ruang untuk cahaya matahari menembus ke bawah.
Dilansir dari akun Tiktok @kamutahugakofficial, fenomena seperti itu dikenal sebagai Crown Shyness.
Crown Shyness atau pelepasan kanopi merupakan fenomena alam yang misterius. Hal ini terjadi di mana mahkota beberapa jenis pohon tidak saling bersentuhan, tapi dipisahkan oleh celah yang terlihat sangat jelas dari permukaan tanah.
Efeknya biasanya terjadi di antara pohon-pohon dari spesies yang sama, tapi telah diamati terjadi pula dengan pohon-pohon dari spesies yang berbeda. Fenomena pelepasan mahkota ini pertama kali didokumentasikan selama tahun 1920an, tapi para peneliti belum dapat mengetahui penyebab dari fenomena tersebut.
Ada banyak teori yang beredar di kalangan ilmiah, yang sebagian besar masuk akal. Namun tidak ada yang bisa membuktikan mengapa beberapa pohon bisa tidak saling bersentuhan.
Ahli hutan asal Australia, M.R. Jacobs menulis bahwa tiap pohon tumbuh sensitif terhadap abrasi, yang berakibat dengan kesenjangan kanopi atau Crown Shyness. Namun beberapa ilmuwan mengatakan bahwa Crown Shyness merupakan pertahanan alami pohon dari penyabaran serangga pemakan daun.
Seorang ilmuwan Malaysia mengatakan bahwa pohon yang tumbuh peka terhadap tingkat cahaya dan berhenti tumbuh jika mereka terlalu dekat dengan pohon lainnya. Hal ini karena tanaman dapat mendeteksi frekuensi cahaya tertentu.
Beberapa jenis pohon di dunia ini memiliki cootie, yakni semacam serangga pemakan daun. Serangga akan terus mencari makan dari pohon satu ke pohon yang lainnya.
Biasanya mereka akan sangat diuntungkan jika antara pohon yang satu dengan yang lainnya saling bersentuhan. Hal demikian disebabkan karena adanya jembatan yang memfasilitasi mereka untuk berpindah dari dauh pohon satu ke daun pohon yang lainnya.
Pohon-pohon yang mengalami fenomena Crown Shyness, memiliki sifat peka untuk melindungi dirinya agar tidak tertular hama serangga cootie. Itulah sebabnya dedaunan yang ada di cabang paling atas berusaha menahan diri agar tidak menyentuh bagian daun dari pohon yang berbeda. Seolah mereka sudah mengetahui bahaya yang akan didapatkan jika bersentuhan dengan pohon yang berhama tersebut.
Tidak hanya manusia yang memiliki kepekaan untuk menjaga dirinya dari bahaya, pohon pun juga demikian. Selain untuk menjaga dirinya dari bahaya serangga, mereka juga bermaksud menjaga diri mereka dari bahaya penyakit jamur atau bakteri dari pohon lain.
Namun teori-teori tersebut masih diselimuti dengan keraguan dalam penjelasannya.
Baca Juga : Akui Pemasangan Sejumlah Reklame Tak Sesuai Aturan, DPD PKS Kota Malang Akan Evaluasi Internal
Jika suatu saat kita berkunjung ke hutan, namun tidak menemukan fenomena Crown Shyness ini, jangan terburu-buru menyimpulkan bahwa informasi di dalam tulisan ini adalah hoaks.
Pada dasarnya memang tidak semua pohon mengalami fenomena Crown Shyness. Hanya pohon-pohon spesies tertentu yang mengalaminya. Berikut daftarnya:
• Eucalyptus (Spesies pohon yang berasal dari benua Australia. Bentuk pohonnya tinggi dan lurus).
• Sitka spruce (Spesies kayu yang biasanya digunakan sebagai bahan untuk membuat gitar).
• Japanese larch (memiliki nama ilmiah Larix Kaempferi. Spesies pohon asli Jepang tepatnya di pegunungan daerah Chubu dan Kanto di Honshu Tengah. Pohon ini berukuran besar dan panjang).
• Lodgepole pine (Spesies pohon yang berasal dari Amerika Utara. Nama ilmiah dari pohon ini adalah Pinus Contorta).
• Black mangrove (Memiliki nama ilmiah Avichennia Germinans. Pohon ini dapat tumbuh di wilayah tropis dan sub-tropis di bagian Amerika).
• Camphor (Termasuk dalam spesies pohon cemara. Spesies pohon ini berasal dari China, Taiwan, Jepang, Korea dan Vietnam).