JATIMTIMES - Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Provinsi Jawa Timur menyarankan agar Baznas Kota Malang bisa memperkuat branding. Tujuannya agar tingkat kepercayaan masyarakat bisa menguat untuk menyalurkan zakat melalui Baznas.
Untuk itu, dalam hal ini, Wakil Ketua Baznas Jatim Prof KH Ali Maschan Moesa menyarankan agar upaya memperkuat branding itu bisa dilakukan dengan berkolaborasi bersama seluruh masyarakat. Tidak terkecuali awak media dalam memublikasikan informasi penyaluran zakat.
Baca Juga : Wali Kota Malang Berharap Potensi Zakat Diperkuat
"Di Kota Malang memang dinamis. Yang perlu ditingkatkan adalah branding. Saya lihat branding Baznas kota malang belum kuat di masyarakat. Maka harus kerjasama dengan media. Sehingga orang percaya ada pemberian santunan, ke anak yatim dan lainnya. Kemarin 10.000 anak yatim yang kami beri bantuan," ujar Maschan.
Meski demikian, dirinya pun menilai bahwa penerimaan zakat dalam pengelolaan Baznas Jatim dinilai masih belum optimal. Sehingga ada perbedaan yang cukup jauh antara potensi dengan realisasi penerimaan yang dikelola oleh Baznas.
Maschan mengatakan, dalam satu tahun Baznas Jatim menerima sebesar Rp 40 miliar untuk dikelola hingga disalurkan kepada yang berhak. Padahal, menurut dia, potensi yang seharusnya bisa digali mencapai Rp 200 miliar.
"Hanya memang ciri manusia itu pelit, sehingga harus telaten. Kita saja di provinsi cuma dapat Rp 40 miliar. Padahal potensinya bisa Rp 200 miliar, tapi itu sudah lumayan," jelas Maschan, Rabu (6/9/2023).
Dirinya merinci dengan penerimaan zakat sebesar Rp 40 miliar, sudah banyak masyarakat yang terbantu. Baik dari segi biaya pendidikan, bantuan sosial hingga bantuan ke dalam bentuk program bedah rumah. "Kita provinsi sudah bedah rumah saja 1.000," imbuhnya.
Baca Juga : Kota Malang Masih Jadi Jujukan Peredaran Narkoba, Polresta Gencar Lakukan Operasi dan Edukasi
Sementara untuk pendidikan, Baznas Jatim juga memberikan program bantuan berupa beasiswa untuk pendidikan perguruan tinggi. Setidaknya ada sebanyak 500 anak yang terdaftar menjadi penerima program bantuan beasiswa ini.
"Ada 500 anak kita sekolahkan sampai 8 semester. Berapa pun biayanya kita bayar. Cuma yang kita sekolahkan memang yang orang tuanya belum sarjana," jelas Maschan.
Selain itu, ada sebanyak 900 orang yang hidup sebatangkara, diberi bantuan sosial. Yakni sebesar Rp 600.000 setiap bulan. Bantuan ini diberikan kepada penerima manfaat hingga yang bersangkutan meninggal dunia.
