JATIMTIMES- Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengusung semangat baru dalam menghadapi Pemilu 2024 mendatang. Memasang target tinggi, PKB menggandalkan politisi multi usia dan milenial untuk bertarung dalam kompetisi politik 2024 yang diprediksi bakal berjalan ketat.
Ya, politisi milenial diyakini bakal membawa warna baru dalam pemerintahan. Selain peka dengan isu-isu terkini, politisi milenial juga dianggap memiliki gagasan-gagasan brilian untuk menjawab keresahan-keresahan yang terjadi di masyarakat. Politisi milenial juga dipandang mampu menggandeng anak muda untuk terlibat aktif memajukan bangsa dan Negara.
Baca Juga : Warga Nahdliyin Kota Blitar Deklarasi Dukung Muhaimin Iskandar Maju Pilpres 2024
Di Jawa Timur, PKB terus menggodok mesin politik dengan memperkenalkan Bacaleg milenial kepada masyarakat. Salah satu Bacaleg yang aktif turun ke masyarakat itu bernama Adibatul Maziyah. Perempuan muda jelita berusia 28 tahun itu belakangan aktif turun ke Kota Blitar. Salah satu kegiatannya di bumi Proklamator adalah menghadiri reses Anggota DPRD Kota Blitar dari Fraksi Kebangkitan Bangsa Totok Sugiarto pada Selasa (22/8/2023) malam kemarin.
“Saya mendapat perintah dari Kiai saya dan guru saya (KH Charir Mohammad Sholahuddin, pengasuh Pondok PETA Tulungagung) untuk nyaleg DPRD Jatim dari Dapil Kota Blitar, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Tulungagung,” kata Ziya kepada pewarta JatimTIMES.
Saat ditanya mengenai visi dan misi, dengan santai Ziya mengaku tujuan utamanya adalah mengabdi kepada bangsa dan Negara. Jalur politik merupakan saluran strategis untuk menyuarakan aspirasi rakyat dalam membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Yang penting menang dulu. Saya nggak mau janji-janji saja. Kalau yang saya bawa sekarang adalah menange pie. Nanti untuk visi dan misi saya mengikuti komisi yang saya ikuti, kan sekarang belum tahu nanti akan masuk di komisi apa. Tapi kalau untuk background, background pribadi saya itu di bidang pengolahan aneka olahan ikan. Bidang saya UMKM dibawah binaan dinas terkait seperti Disperindag dan Dinas Koperasi,” terangnya.
Pemilu 2024 merupakan pengalaman pertama bagi Ziya terjun dalam politik praktis. Sebelumnya dia sama sekali tidak memiliki pikiran untuk terjun ke politik. Amanah, menjadi faktor yang membuat Ziya mantap terjun ke politik.
“Sebelumnya saya cuma masyarakat sipil biasa. Tapi karena angsal dawuh, dawuhnya dari Kiai saya, ya abah saya, ya kakak saya. Saya didawuhi agar ikut pencalegan dengan ikut ambil bagian di Pemilu 2024,” imbuhnya.
Baca Juga : Terjunkan 4 Atlet Olahraga Udara, Fasi Situbondo Optimis Raih Medali Porprov Jatim VIII 2023
Meski pendatang baru di dunia politik, Adibatul Maziyah sejatinya merupakan milenial yang cukup dikenal di Tulungagung dan sekitarnya. Namanya cukup dikenal terutama di kalangan santri. Ziya adalah milenial yang lahir dari keluarga pesantren. Ia adalah putri dari Abdul Jalil Mustaqim, Kiai legendaris dari Pondok Pesantren PETA (Pesulukan Thoriqot Agung) Tulungagung.
Ponpes PETA Tulungagung adalah pesantren sepuh yang berdiri pada 1930. Ponpes ini adalah tempat khusus untuk mendalami ilmu tasawuf atau tarekat Syadziliyah. Setelah Mbah Jalil wafat pada tahun 2005, saat ini kepemimpinan Pondok PETA dilanjutkan putranya, KH Charir Mohammad Sholahuddin al-Ayyubi atau akrab dipanggil Gus Saladin.
“Saya tidak melupakan latar belakang saya. Jika jadi dewan nanti saya akan menampung suara-suara jamaah. Jamaah tarekat itu kan banyak yang petani dan pedagang kecil. Kaum seperti mereka itu kan tidak ada yang mengarahkan dan mengawal. Sehingga APBN tidak ada yang menyentuh kehidupan mereka. Saya ingin meningkatkan kualitas hidup petani dan pedagang dengan politik praktis,” pungkasnya.