JATIMTIMES - Bupati Malang HM Sanusi menyebut bahwa sebuah pagelaran pewayangan merupakan ensiklopedia hidup yang harus terus dilestarikan oleh seluruh masyarakat, baik yang muda maupun yang tua.
"Pewayangan merupakan suatu ensiklopedia yang hidup, tentang perilaku kehidupan manusia yang banyak mengandung falsafah hidup, etika, estetika, kesetiaan, pengabdian dan cinta tanah air," ungkap Bupati Malang HM Sanusi saat memberikan sambutan pada kegiatan bersih desa di Desa Jatiguwi, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Rabu (9/8/2023) malam.
Baca Juga : Suku Lingon Punya Penduduk Cantik Bermata Biru, Jadi Incaran Hingga Banyak Diculik
Ajakan tersebut dilontarkan oleh Sanusi saat menghadiri pagelaran wayang kulit semalam suntuk dalam rangka bersih desa di Desa Jatiguwi dengan dalam Ki Tantut Sutanto yang menyajikan lakon "Kunthi Nugroho" sekaligus sebagai bentuk rasa syukur memperingati hati lahir ke-183 tahun Desa Jatiguwi.
Menurut orang nomor satu di lingkungan Pemerintab Kabupaten (Pemkab) Malang ini, kegiatan bersih desa merupakan upacara adat yang memiliki makna sangat besar bagi masyarakat.
Selain sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersih desa juga dapat menjadi wadah bagi seluruh elemen masyarakat dalam memupuk rasa solidaritas dan kegotong-royongan antar sesama masyarakat.
"Kegiatan positif semacam ini perlu terus dijaga dan dilestarikan di masa yang akan datang agar rasa kebersamaan dan kegotong royongan antar warga terus dapat terpelihara," kata Sanusi.
Lebih lanjut, pria asli Gondanglegi, Kabupaten Malang ini mengatakan, kegiatan bersih desa di Desa Jatiguwi yang dibalut dengan serangkaian acara termasuk pagelaran wayang kulit merupakan bentuk melestarikan budaya.
Baca Juga : 6 Air Purifier Terbaik Dari Berbagai Merek
"Sehingga ketika kita ikut menyelenggarakan, sama saja dengan menguri-uri budaya, karena kita adalah bangsa yang berbudaya," tutur Sanusi.
Sanusi pun mengapresiasi gelaran wayang kulit semalam suntuk dengan lakon "Kunthi Nugroho" yang dimainkan oleh Ki Tantut Sutanto. Gelaran wayang kulit ini, juga dapat menjadi sebuah wadah untuk menumbuhkan kecintaan terhadap seni dan budaya Jawa bagi generasi muda.
"Saya berharap, pertunjukan wayang kulit ini tidak hanya memberikan tontonan tapi dalam cerita juga terdapat tuntunan," pungkas Sanusi.