free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Serba Serbi

Juan Pedro Italiano, Penasehat Raja Panembahan Hanyakrawati dari Venezia

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : A Yahya

08 - Aug - 2023, 18:25

Placeholder
Ilustrasi.(Foto : Instagram @albumsejarah)

JATIMTIMES - Di tahun-tahun terakhir  berkuasa, Raja kedua Mataram Panembahan Hanyakrawati mulai mengembangkan politik luar negeri dengan menjalin hubungan dengan orang Belanda. Untuk memuluskan ambisinya, ia mempekerjakan seorang bangsa eropa bernama Juan Pedro Italiano sebagai penasehat.

Juan Pedro Italiano adalah seorang petualang bangsa eropa yang berasal dari Venezia. Ia tiba di ibukota Mataram di Kotagede setelah menjelajahi banyak negeri di berbagai penjuru dunia. Yang mengejutkan lagi, setelah jadi penasehat raja Mataram, Juan Pedro Italiano memeluk agama Islam.

Baca Juga : Kisah Terselubung di Balik Buku Terra Infinita

Juan Pedro Italiano punya peran besar menjembatani hubungan Mataram dengan Belanda. Saat itu, Panembahan Hanyakrawati tertarik menjalin kontak dengan Belanda setelah Belanda mendirikan kantor dagang pertamanya di Gresik. Pada tahun 1613, Hanyakrawati melalui utusannya Juan Pedro Italiano menyampaikan kepada Gubernur Jenderal Pieter Both terkait keinginan Raja Mataram untuk mengadakan persekutuan. Saat itu Pieter Both sedang berada di Maluku.

Tawaran Hanyakrawati tak disia-siakan Belanda. Pada 22 September 1613 kapal Both berlabuh di Jepara dengan salah satu penumpangnya adalah Jan Pieterzoon Coen. Setelah mendarat, Coen dan Kapten Appolonius Schotte kemudian memberitahukan kepada pembesar pemerintahan di Jawa tentang kedatangan mereka. Dalam ekspedisi ini dua utusan Belanda itu bertemu dengan bupati Jepara dan bupati Kudus yang berada dibawah pemerintahan Mataram.

Bupati Jepara dan bupati Kudus memiliki tugas dari raja untuk meyakinkan Belanda agar mau berkunjung ke daerah mereka. Misi ini sukses, Loji sementara Belanda kemudian didirikan di Jepara. Di Jepara, Kepala Perdagangan VOC yang bernama Lambert Dirckxz melakukan penyelidikan terkait barang-barang di Jawa yang bisa diperdagangkan. Jepara menjadi kantor dagang kedua Belanda di tanah Jawa setelah yang pertama didirikan di Gresik.

Dalam ekspedisi ini, utusan Belanda mendengar informasi dari penguasa Kendal tentang rencana tertentu Raja Mataram. Informasi ini membuat Belanda gembira karena rencana dari raja itu akan menguntungkan mereka. Coen menilai Belanda sangat tergantung kepada Mataram dan ia melihat beras di daerah Jawa sangat berlimpah-limpah dan potensial untuk diperdagangkan Belanda.

Loji Belanda di Jepara kemudian benar-benar didirikan. Kepala Perdagangan Belanda Lambert Dirckxz kemudian tinggal disana dengan bermodalkan uang 2.500 rial untuk membeli beras. Ia juga menyelidiki barang-barang lain yang bisa diperdagangkan.

Keinginan Raja Mataram Panembahan Hanyakrawati bersekutu dengan Belanda pada waktu itu bisa dipahami karena Mataram adalah Negara baru. Silsilah Mataram pada waktu itupun mungkin juga belum dibuat sehingga Mataram dan rajanya merasa seperti penguasa baru. Sedangkan Belanda, mereka pada waktu itu adalah pendatang baru yang baru saja tiba di Nusantara dengan misi mencari kekayaan, monopoli perdagangan dan mencari daerah jajahan.

Dari ulasan diatas, bisa disimpulkan Juan Pedro Italiano adalah tokoh dan orang pertama yang membuka pintu hubungan Kerajaan Mataram dengan Belanda. Hubungan yang kemudian terus terjalin selama berabad-abad setelahnya.

Baca Juga : BRIN Sebut Tembok Raksasa di Laut Papua Hoaks

Hubungan persekutuan dengan Belanda yang didamba-dambakan Hanyakrawat itu pada akhirnya dirusak oleh Sultan Agung putera yang jadi penerusnya.Belum sampai menandatangani kerjasama hitam diatas putih dengan Belanda, Hanyakrawati wafat pada akhir 1613 saat berburu di hutan Krapyak.  Ia digantikan putranya, Sultan Agung yang berambisi besar menyatukan seluruh Jawa.

Sultan Agung melihat kehadiran Belanda dapat membahayakan hegemoni kekuasaan Mataram di Pulau Jawa. Ia kemudian mengerahkan pasukannya untuk dua kali melakukan penyerangan ke markas VOC di Batavia. Perlawanan Sultan Agung terhadap VOC di Batavia dilakukan pada tahun 1628 dan 1629.

Meskipun gagal, dua kali serangan ke Batavia itu menjadi sejarah penting bagi bangsa ini, Sultan Agung adalah orang pertama di Nusantara yang melakukan perlawanan terhadap Belanda. Serangan itu gagal, tapi Jan Pieterzoon Coen yang saat itu menjabat Gubernur VOC  tewas dalam peristiwa ini.

Dalam perkembangannya suksesi kekuasaan Mataram dari Hanyakrawati ke Sultan Agung justru pada akhirnya menjadi puncak kejayaan Kerajaan Mataram Islam.Satu persatu daerah di Jawa takluk dan mengakui kedaulatan Mataram. Sultan Agung kemudian membangun istana besar dan megah di Kerto setelah berhasil menaklukkan sebagian besar wilayah Jawa. Keberhasilan ini mencatatkan Sultan Agung sebagai raja terbesar dalam sejarah Dinasti Mataram Islam.

Rusaknya hubungan Kerajaan Mataram dengan Belanda itu kemudian diperbaiki oleh putra Sultan Agung yang menjadi raja Mataram berikutnya, Sunan Amangkurat I. Berbeda dengan ayahnya, Amangkurat menjadikan kompeni sebagai sahabat dan membawa Mataram menuju kehancuran.


Topik

Serba Serbi juan pedro italiano Panembahan Hanyakrawati hanyakrawati



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

A Yahya