JATIMTIMES- Hari Jadi Blitar ke-699 yang jatuh pada 5 Agustus diperingati Pemerintah Kabupaten Blitar dengan menyelenggarakan beragam rangaian kegiatan. Salah satu kegiatan yang sudah jadi tradisi adalah ziarah ke makam leluhur dan tokoh-tokoh pendahulu Blitar. Ziarah leluhur dilaksanakan Pemkab Blitar pada Jumat (4/8/2023) dengan dipimpin langsung oleh Bupati Rini Syarifah.
Informasi yang diterima media ini, ziarah leluhur makam leluhur kali ini Pemkab Blitar dilaksanakan di beberapa makam yakni makam Adipati Aryo Blitar, makam Syech Subakir, makam Presiden pertama RI Soekarno (Bung Karno) dan Pasarean Pangeranan.
Baca Juga : Naudzubillah, Inilah 2 Tanda Orang yang Mendapat Kiriman Sihir dari Orang Terdekat, Simak!
“Ziarah makam leluhur merupakan salah satu rangkaian Hari Jadi Blitar yang sudah jadi tradisi bagi Pemkab Blitar. Ziarah leluhur ini untuk mengenang dan menghormati jasa para pemimpin Blitar terdahulu,” kata Bupati Blitar, Rini Syarifah.
Sayang, Candi Simping di Desa Sumberjati, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar kerap terlupa jadi lokasi ziarah leluhur menyambut datangnya Hari Jadi Blitar oleh pemerintah daerah. Candi Simping adalah tempat pendarmaan atau makam dari raja besar pendiri Kerajaan Majapahit Raden Wijaya.
“Candi Simping itu adalah tempat pendarmaan Raden Wijaya. Sayangnya, ketika saya amati selama bertahun-tahun, banyak pihak yang kelupaan setiap Hari Jadi Blitar,” ungkap Ketua Sulud Sukma, Rahmanto Adi.
Rahmanto menambahkan, Majapahit dan Raden Wijaya memiliki sejarahyang berkaitan erat dengan berdirinya Blitar. Di masa lalu, Blitar merupakan daerah penting bagi Kerajaan Majapahit. Ini bisa dibuktikan dengan banyaknya candi-candi peninggalan Majapahit.
“Saya selalu bertanya-tanya, kenapa sih Candi Simping tidak pernah diziarahi saat Hari Jadi Blitar? Padahal ada beberapa tempat yang diziarahi. Mungkin apa yang kami ungkapkan ini bikin orang jadi bingung, kenapa sih orang kayak saya pengen Candi Simping itu diziarahi. Tentunya landasan kami adalah sejarah, antara Blitar dengan Majapahit,” imbuhnya.
Hari Jadi Blitar dan Kerajaan Majapahit memang benar-benar memiliki kaitan tak terpisahkan. Menurut Rahmanto, dasar dari peringatan Hari Jadi Blitar adalah prasasti Balitar I yang dikeluarkan Raja Jayanegara (raja kedua Majapahit, putera Raden Wijaya).
“Sejarahnya jelas, dan tidak ada salahnya salah satu tempat yang diziarahi untuk menyambut Hari Jadi Blitar itu adalah Candi Simping. Dan saya kira kunjungan ke Simping menyambut hari jadi itu harus mulai kita gulirkan bareng-bareng, agar masyarakat mulai ngerti, siapapun mulai ngerti,” tegasnya.
Candi Simping merupakan salah satu peninggalan sejarah bercorak Hindu dari kerajaan Majapahit yang terletak di Dusun Krajan, Desa Sumberjati, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar. Tempat ini memiliki nilai sejarah tinggi karena merupakan perabuan raja pertama Kerajaan Majapahit Raden Wijaya.
Di candi ini dulu pernah ditemukan arca Harihara, dewa gabungan Siwa dan Wisnu sebagai penggambaran Raden Wijaya. Arca Harihara yang masih dalam kondisi bagus dan utuh ini sekarang disimpan di Museum Nasional Republik Indonesia, Jakarta.
Baca Juga : Inilah Kota Pertama yang Dibuat oleh Manusia, Um Albilad
Raden Wijaya, sang proklamator Kerajaan Majapahit wafat pada tahun1309 Masehi dan abunya didarmakan di Candi Simping. Penegasan tentang keberadaan candi ini tertulis dalam Kitab Negarakertagama Pupuh XLVII/3 bagian yang ketiga, yang berbunyi:
“Tahun Saka Surya mengitari bulan (1231 Saka atau 1309 M), Sang Prabu (Raden Wijaya) mangkat, ditanam di dalam pura Antahpura, begitu nama makam dia, dan di makam Simping ditegakkan arca Siwa”
Bangunan Candi Simping saat ini sudah tidak utuh lagi, yang tersisa hanyalah reruntuhan. Namun aura dan nuansa Majapahit masih bisa dirasakan di candi ini.
Bentuk Candi Simping sendiri saat ini cukup memprihatinkan. Saat ini Candi Simping hanya berupa lantai pondasinya atau kaki candi saja. Batu – batu candinya sendiri telah ditata rapi di pinggir areal candi. Beberapa telah direkonstruksi ulang, seperti puncak candi yang diletakkan di sudut areal candi dengan tinggi sekitar dua meter. Sementara bangunan utuhnya telah runtuh.Candi ini terbuat dari bahan dasar batu andesit, berbeda dengan candi-candi yang ditemukan di wilayah Trowulan.
Candi Simping menghadap ke arah barat dengan ukuran panjang 10,5 meter dan lebar 8,2 meter. Di sisi barat ada tangga (flight step) yang dulu digunakan sebagai jalan masuk ke ruang candi.
Menurut sketsa dari Balai Purbakala, rekonstruksi Candi Simping tergambar bentuk candi yang ramping tinggi ke atas dengan ketinggian sekitar 18 meter. Sepintas, bentuk candi mirip Candi Sawentar dan Candi Kidal. Dan karena ketiadaan dana, Candi Simping ini tak pernah direkonstruksi. Padahal, Kitab Negarakertagama mencatat bahwa Raja Hayam Wuruk pernah merenovasi candi ini pada tahun 1285 Saka (1363 M).