JATIMTIMES - Sahabat Nabi Muhammad SAW, Utsman bin Affan dikenal sebagai seorang pebisnis yang kaya raya, dermawan, dan murah hati.
Tak heran jika Khalifah Utsman bin Affan saat ini memiliki rekening di salah satu bank di Arab Saudi.
Baca Juga : Hoax Keluarga Stanford Tak Diterima Pimpinan Harvard, Begini Sejarah Universitas Stanford
Utsman Bin Affan juga dikenal sebagai dermawan muslim. Sifat dan keteladanannya yang satu ini tidak lantas membuat harta dan kekayaannya berkurang, justru semakin mengiringnya pada kekayaan dan kemakmuran.
Lalu bagaimana kisah Ustman bin Affan yang memiliki sejumlah kekayaan yang luar biasa sejak masa Nabi Muhammad SAW?
Dilansir dari akun Tiktok @fazahra hijab1, berawal dari Kota Madinah yang pernah mengalami panceklik hingga kesulitan air bersih. Karena mereka (kaum muhajirin) sudah terbiasa minum dari air zamzam di Mekah.
Satu-satunya sumber air yang tersisa adalah sebuah sumur milik seorang Yahudi, yaitu Sumur Raumah. Rasa airnya mirip dengan sumur zam-zam. Kaum muslimin dan penduduk Madinah terpaksa harus rela antre dan membeli air bersih dari Yahudi tersebut.
Prihatin atas kondisi umatnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabda : “Wahai Sahabatku, siapa saja di antara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka akan mendapat surgaNya Allah Ta’ala” (HR. Muslim).
Mendengar hal itu, Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu yang kemudian segera bergerak untuk membebaskan Sumur Raumah itu. Utsman segera mendatangi Yahudi pemilik sumur dan menawar untuk membeli sumur Raumah dengan harga yang tinggi.
Namun walau sudah diberi penawaran yang tertinggi sekalipun Yahudi pemilik sumur tetap menolak menjualnya.
“Seandainya sumur ini saya jual kepadamu wahai Utsman, maka aku tidak memiliki penghasilan yang bisa aku peroleh setiap hari,” jelas Yahudi.
Utsman bin Affan yang ingin sekali mendapatkan balasan pahala berupa Surga Allah Ta’ala, tidak kehilangan cara mengatasi penolakan Yahudi ini.
“Bagaimana kalau aku beli setengahnya saja dari sumurmu,” Utsman melancarkan jurus negosiasinya.
“Maksudmu?” tanya Yahudi keheranan.
“Begini, jika engkau setuju maka kita akan memiliki sumur ini bergantian. Satu hari sumur ini milikku, esoknya kembali menjadi milikmu kemudian lusa menjadi milikku lagi demikian selanjutnya berganti satu-satu hari. Bagaimana?” jelas Utsman.
Mendengar tawaran itu, Yahudi pun setuju dan disepakati pula hari itu juga separuh dari Sumur Raumah adalah milik Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu.
Utsman pun segera mengumumkan kepada penduduk Madinah yang mau mengambil air di Sumur Raumah, untuk mengambil air dengan gratis karena hari ini sumur Raumah adalah miliknya. Seraya ia mengingatkan agar penduduk Madinah mengambil air dalam jumlah yang cukup untuk 2 hari, karena esok hari sumur itu bukan lagi milik Utsman.
Keesokan hari Yahudi mendapati sumur miliknya sepi pembeli, karena penduduk Madinah masih memiliki persedian air di rumah.
Baca Juga : Ribuan Pecinta Honda PCX Rayakan PCX Celebration Day
Yahudi itu pun menemui Utsman dan memintanya untuk kembali membeli separuh sumurnya dengan harga yang sama seperti sebelumnya.
“Wahai Utsman belilah setengah lagi sumurku ini dengan harga sama seperti engkau membeli setengahnya kemarin”. kata Yahudi.
Tanpa berpikir panjang, Utsman pun setuju. Ia lalu membeli separuh sumur itu dengan 20.000 dirham, maka sumur Raumahpun menjadi milik Utsman seutuhnya.
Sumur Raumah itu lalu diwakafkan oleh Utsman selamanya. Sejak itu sumur Raumah dapat dimanfaatkan oleh siapa saja, termasuk Yahudi pemilik lamanya.
Hingga sekarang, sumur Raumah masih tetap dimanfaatkan. Bahkan di sekitar sumur, ditumbuhi pohon kurma hingga mencapai 1550 pohon.
Setelah beberapa waktu kemudian, pohon kurma yang tumbuh dan ditanam di kebun semakin banyak, sehingga hasil kebunnya juga menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat Madinah.
Pada masa pemerintahan Daulah Utsmaniyah (Turki Utsmani), kebun yang masih diregistrasi atas nama Khalifah Utsman bin Affan ini tetap dikelola dengan baik, sehingga dari waktu-ke waktu semakin berkembang. Setelah Daulah Utsmaniyah tumbang, pengelolaan kebun kurma untuk selanjutnya dikelola oleh pemerintahan Kerajaan Saudi Arabia, melalui Departemen Pertaniannya.
Dipegang Kerajaan Saudi, asset kebun Khalifah Utsman tetap dipelihara dengan baik, bahkan untuk mendapatkan hasil panen terbaik berbagai teknologi canggih juga diterapkan di kebun yang mempunyai asset tanaman kurma terbaik sampai berjumlah ribuan pokok.
Tidak hanya asset kebun yang dikelola secara profesional oleh Pemerintah Arab Saudi, tapi juga dana hasil dari penjualan panen kurmanya. Menurut laporan pemerintah Arab Saudi, setiap tahunnya dari total keuntungan yang didapat, setengah disalurkan untuk zakat, anak-anak yatim, fakir miskin dan semua yang membutuhkan.
Dana yang disimpan ini juga difungsikan untuk beberapa keperluan, selain sebagai dana deposit dan untuk keperluan kebun, seperti untuk biaya perawatan kebun, modernisasi alat perkebunan, termasuk juga peremajaan tanaman, juga diinvestasikan dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah masjid dan hotel mewah bintang 5, dengan nama Hotel Utsman bin Affan.
Terkhusus untuk hotel bintang 5 hasil investasi dari kementerian wakaf Kerajaan Arab Saudi, lokasinya di kawasan premium Kota Madinah yaitu di Markaziyah atau tepat di samping Masjid Utsman bin Affan yang tidak jauh dari Masjid Nabawi.
Hotel super mewah bintang 5 yang dibangun setinggi 15 lantai dengan total 210 kamar, plus 30 kamar khusus yang dilengkapi dua restoran besar dan 6 unit perbelanjaan ini, keseluruhan modalnya diambil dari aset rekening khusus Utsman bin Affan.