JATIMTIMES – Keberadaan Desa Darungan, Kecamatan Tanggul, Jember, yang berada di lereng Gunung Argopuro ternyata memberikan kekayaan alam yang potensial, terutama buah-buahan. Beberapa jenis buah-buahan seperti durian, manggis, duku, langsep, pete ada di situ.
Tanaman buah-buahan tersebut tumbuh subur di setiap jengkal tanah di sekitar rumah warga maupun di sela-sela tanaman perkebunan yang ada di sekitarnya, terutama jenis buah durian dan manggis yang sangat melimpah ketika musim panen tiba.
Baca Juga : Pelantikan dan Raker Nasional PP IKABA Unikama untuk Mewujudkan Unikama Unggul
Sayangnya, atas potensi yang ada tersebut, pemasaran maupun pengolahannya belum tersentuh dengan baik, terutama dalam hal manajemen maupun sentuhan teknologi. Hal ini yang akhirnya menjadikan perhatian tim LP2M (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) dari Universitas Negeri Jember (Unej) untuk dikembangkan.
Dengan digawangi Nidya Shara Mahardika dan dosen Andi Eko Wiyono, serta melibatkan mahasiswa, Unej melakukan FGD (focus group discusion) bersama masyarakat sekitar untuk melakukan sosialisasi serta mengidentifikasi potensi yang ada di Desa Darungan dengan membentuk kelompok petani maupun pedagang buah.
“Kami melihat potensi buah-buahan di Desa Darungan ini sangat bagus. Banyak buah berasal dari sini, seperti durian, duku, manggis, pete dan beberapa jenis buah lainnya. Selama ini masyarakat dalam menjual panennya, selalu ombyokan alias mencampur seluruh hasil panennya untuk dijual secara konvensional ke pasar-pasar,” ujar Nidya.
Padahal, menurut Nidya, jika masyarakat mau, di era saat ini, hasil panen buah-buahan tersebut bisa dijual lebih mudah. Dan untuk hasil yang maksimal, tentu harus ada penataan maupun pengelompokan komoditas buah-buahan.
“Kami melihat hasil panen buah-buahan di masyarakat ini tidak tertata memanajemen dengan baik. mereka masih menjual hasil panen secara mandiri dan cenderung masif. Padahal jika mau berkelompok, dengan manajemen yang baik, juga bisa memberikan hasil yang baik juga,” ujar Nidya.
Oleh karenanya, dalam FGD yang digelar pada Minggu 11 Juni 2023 lalu, pihaknya memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat untuk membentuk sebuah kelompok Usaha yang didalamnya berisi kelompok-kelompok kecil sesuai identifikasi jenis buah yang dijual. Sebab, dengan membentuk kelompok, banyak manfaat dan keuntungan yang bisa didapat para pedagang maupun petani.
Selain mempererat silaturrahmi antar petani dan pedagang buah, juga bisa menyamakan persepsi dalam melakukan kegiatan usaha, sehingga terbentuk adanya pembagian tugas dan tanggung jawab.
“Problem yang dirasakan oleh sebagian pedagang buah selama ini, belum ada kordinasi antara pedagang buah yang masing-masing memiliki jenis yang berbeda. Padahal kalau mau berkelompok dan membentuk kelompok usaha, mereka akan banyak mendapat keuntungan, baik bantuan modal maupun pelatihan-pelatihan,” bebernya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Andi Eko Wiyono selaku dosen di Fakultas Teknik Pertanian. Menurut Andi, selain membentuk kelompok, legalitas terbentuknya kelompok dan juga legalitas usaha para pedagang maupun petani juga sangat diperlukan. Sehingga dalam FGD tersebut, pihaknya juga memberikan pelatihan tentang tata cara pembuatan SKU (surat keterangan usaha).
“Selain membentuk mereka sebuah wadah atau kelompok, legalitas juga diperlukan, terutama SKU atau surat keterangan usaha para anggota kelompoknya. Sebab, SKU saat ini sangat penting dimiliki oleh mereka yang menjalankan usahanya, sehingga ketika ada program dari pemerintah, seperti bantuan modal maupun pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan usahanya, para petani maupun pedagang yang sudah memiliki SKU ini bisa ikut serta,” jelas Andi.
Baca Juga : 2023, Tim Program Kreativitas Mahasiswa dan P2MW Unisma Banyak Dapat Pendanaan
Sementara, Roni -salah satu pedagang buah yang ikut dalam FGD- tersebut menyatakan bahwa selama ini dirinya menjual hasil buahnya di sekitar Jember dan Lumajang. Kalaupun toh ada yang lebih jauh, ia menjual sampai ke Surabaya.
Meski sesekali menjual dagangannya sampai ke Surabaya, dirinya kerap sekali menemui kendala-kendala. Terlebih saat musim panen, ketika buah melimpah, tidak jarang buah-buahannya tidak laku, bahkan sampai membusuk.
“Jangkauan pemasaran buah kami ya sekitar Jember, Lumajang dan paling jauh Surabaya. Saat musim panen, tidak jarang buah milik kami tidak laku, sehingga terjadi kerusakan, karena memang kami belum mengetahui penanganan pasca panen dan saat musim panen, sehingga ketika buah tidak laku, ya itu menjadi risiko kami,” ujar Roni.
Namun, dirinya sangat bersyukur dengan kehadiran tim LP2M Unej, dirinya bersama dengan warga lainnya yang sama-sama petani sekaligus pedagang buah bisa terbantu dalam memecahkan masalah-masalah tersebut, terutama dalam mengatasi kendala yang selama ini dihadapinya.
Nur Hapi yang juga pedagang buah durian sekaligus tuan rumah dalam acara FGD mengatakan bahwa pihaknya sangat senang dengan adanya program yang dilaksanakan oleh Tim Pengabdian Masyarakat. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat desa setempat khususnya para pedagang buah untuk melakukan kelompok usaha.
“Dengan adanya sosialiasi ini diharapkan bisa menjadi hal positif bagi para pedagang yang selanjutnya akan dilakukan pengurus beberapa dokumen untuk pengurusan surat keterangan usaha (SKU) agar ke depannya bisa diberikan jalan yang mudah baik berupa bantuan atau event pameran dari pemerintah setempat,” ujar Hapi
Hapi menambahkan, Plprogram dari tim Universitas Jember ini sangat bagus bagi kami khusunya pedagang buah yang masi tergolong awam untuk menurus beberapa surat, karena dengan adanya pelatihan ini bisa dijadikan bekal untuk segera mengurus surat SKU tersebut.