JATIMTIMES - Belakangan ini viral sejumlah video di media sosial mengenai pasien-pasien yang digigit hewan dengan penyakit rabies. Dalam video-video tersebut, tampak para pasien rabies menunjukkan sikap yang sama, yaitu takut terhadap air dan angin. Mengapa?
Perawat Afriezal Kamil, S.Kep. Ners atau akrab disapa di media sosial Rizal Do, yang juga penulis buku "Andai Dalam Sel-Sel Tubuhmu Berbicara" menjelaskan jika rabies adalah virus neurotropik yang targetnya bikin kacau sistem saraf.
Baca Juga : Kehebohan Tukar Tiket Jelang Laga Indonesia vs Argentina, Ada yang Pakai Surat Kuasa
"Penyebarannya melalui saliva/iler hewan-hewan yang kena rabies (anjing/kucing) ketika kita tergigit oleh hewan-hewan tersebut," kata Afriezal Do, dikutip dari akun Twitter @afrkml.
"Masalahnya, ini virus serakah banget dan akan melakukan segala cara untuk menyebar luas & memperbanyak diri," imbuhnya. Lebih lanjut, Rizal Do menerangkan begitu virus rabies (RABV) masuk ke dalam tubuh melalui gigitan, tentu saja memicu sistem imun untuk menyerang.
"Masalahnya, RABV tuh salah satu virus tertua di dunia yang sudah punya mekanisme canggih untuk mengelabui imun-imun kita. Makanya mortality rate (angka kematian) virus ini bahkan mencapai hampir 100%," tulis Rizal Do.
Jadi saat sistem imun berkumpul dan bersiap untuk menyerang, virus rabies (RABV) sudah curi start duluan. Sebab, kata Rizal Do, virus-virus tua ini punya cara untuk lolos dari respons imun melalui banyak cara.
"Bisa dengan menekan inflamasi atau mengacaukan kerja interferon. Padahal, interferon bisa cegah replikasi virus tersebut. Tapi melalui mekanisme kompleks, RABV mampu mengacaukan respons itu," jelasnya.
"Masalahnya virus rabies ini juga bisa ngehambat proses apoptosis. Apoptosis adalah mekanisme vital yang dimiliki oleh sel untuk menghancurkan dirinya sendiri ketika ia terinfeksi. Tujuannya adalah untuk mencegah penyebaran virus karena virus butuh sel hidup untuk memperbanyak diri," sambungnya.
Lebih jauh lagi, Rizal Do menjelaskan jika virus ini berhasil sampai di pusat kendali penuh sistem saraf, yaitu otak, maka situasi bakal berubah sangat mengerikan. "Entah gimana ceritanya, virus-virus ini berhasil masuk otak dengan mengelabui para neuron," katanya.
"Sejak gigitan hingga muncul gejala butuh waktu karena sistem saraf tuh jalurnya ruwet dan panjang. Makanya keparahan rabies bergantung pada lokasi gigitan. Makin jauh dari otak, makin tinggi peluang selamatnya," sambungnya.
Jika virus sudah menguasai neuron, maka otak akan menjadi radang dan ensefalitis pun terjadi. "Seharusnya virus ini sudah cukup menghancurkan penderita ketika sampai di otak. Otak bahkan gak bisa manggil imun untuk menyelamatkan mereka karena sistem imun gak bisa masuk ke dalam otak. Tapi virus tua ini sangat serakah dan tidak mudah puas," jelasnya.
Menurut Rizal Do, virus akan memberikan sensasi rasa sakit luar biasa saat menelan air. Tiba-tiba pasien rabies akan merasakan sensasi terbakar yang mencekat seperti ditusuk-tusuk hingga sangat perih.
"Penderitaan ini traumatis banget, sampai-sampai kecipratan air bikin keinget sakitnya nelen air tadi dan jadi ketakutan. Inilah Hydrophobia, yang bukan fobia psikis," katanya.
Lebih lanjut Rizal Do menjelaskan jika Hydrofobia sengaja diatur oleh virus rabies agar penderita tidak bisa menelan apapun. Sehingga virus-virus itu tidak harus mati di dalam lambung. Dan akibatnya, air liur bisa menumpuk di dalam mulut.
Baca Juga : Serba-Serbi Rabies yang Wajib Kamu Ketahui, Jika Pelihara Hewan di RumahÂ
"Bisa mati (dalam lambung) hanya kiasan dari virusnya saja. Karena kan kalau air ketelan, gabisa nyebar dong virusnya. Jadi biar tujuan menyebarkan diri terlaksana, air liur penderita gaboleh ditelan. Makanya virus nyerang batang otak. Lagi pula sudah nyerang otak, tetep kecil kemungkinan selamat," tandas Rizal Do.
"Inilah alasan kenapa otak begitu tegang dan hopeless ketika tau batang otak telah diserang. Ya karena itu bikin penderita jadi ga bisa nelan air. Padahal hidrasi sangat vital untuk tubuh. Begitu hidrofobia tampak, kemungkinan besar, penderita akan meninggal dunia dengan cepat," imbuhnya.
Meski begitu, tidak ada laporan manusia menggigit ketika terkena rabies. Jadi kata Rizal Do, fenomena hewan rabies menggigit hanya terjadi pada hewan saja. Sebelumnya, video seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang terkena rabies dirawat di rumah sakit viral di media sosial.
Hingga rabies trending dan menjadi peringatan bagi warganet yang memiliki hewan peliharaan. Dalam video yang beredar, salah satunya diunggah akun Twitter @Heraloebss, tampak anak terkena virus Rabies tersebut kejang-kejang saat minum.
Dia mengeluhkan tidak bisa minum air, nyeri saat menelan, gelisah, serta takut angin. Dalam video itu juga terlihat anak ketakutan saat disuruh minum air putih, karena saking sakitnya saat menelan air.
Sementara menurut keterangan RSUD Buleleng, kondisi pasien melemah, disertai gelisah, pandangan kosong, panas berkeringat, dan halusinasi. Hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia dengan penyebab langsung gagal napas, dengan penyebab dasar encephalitis rabies.
Dalam narasi yang beredar viral juga dijelaskan jika anak tersebut memiliki riwayat digigit anjing saat hendak mengambil mainan di kolong tempat tidurnya. Anjing yang menggigitnya masih berusia 5 bulan dan belum divaksin rabies.
Usai digigit, luka pada anak tersebut hanya dibersihkan menggunakan sabun dan air mengalir. Karena luka pada tangan kiri pasien kecil dan dirasa aman, sehingga tidak dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksin anti rabies (VAR).
Sementara anjing yang menggigit telah dibunuh oleh bapak anak tersebut. Namun satu bulan kemudian, barulah anak tersebut mengalami tanda-tanda hydrofobia.