JATIMTIMES - Masyarakat diimbau tidak panik kala suhu panas yang dalam beberapa hari terakhir melanda. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda, hal itu bukan karena gelombang panas atau Heatwave yang memang beberapa hari terakhir melanda negara di belahan dunia Asia.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Taufiq Hermawan mengatakan bahwa Heatwave belum sampai ke Indonesia. Karena Tanah Air berada di wilayah ekuator dengan kondisi geografis kepulauan dan dikelilingi perairan yang luas.
Baca Juga : Kunjungan Tertinggi di Kota Batu H+2 Lebaran, Capai Ribuan Wisatawan
Hal ini juga menjawab kekhawatiran masyarakat terkait informasi cuaca panas ekstrem yang melanda negara di Benua Asia beberapa hari terakhir. Terutama beberapa negara di Asia Selatan yang mengalami dampak Heatwave sejak minggu lalu, di antaranya Bangladesh, Myanmar, India, China, Thailand dan Laos, yang sempat melaporkan bahwa kejadian suhu panas lebih dari 40 derajat Celcius.
“Kemudian ada fenomena, suhu maksimum harian terpanas, terjadi di kota Kumarkhali di distrik Kusthia, Bangladesh. Suhu panas di lokasi tersebut mencapai yaitu sebesar 51,2 derajat Celcius, Senin (17/4) lalu,” ungkap Taufiq.
Hasil penggalian data yang dilakukan, Taufiq mengaku bahwa di Jawa Timur sendiri suhu harian maksimum berada diangka 35,4 derajat celcius. Data itu diperoleh dari pemantauan yang dilakukan Stasiun Geofisika Karangkates pada Senin (24/4/2023) kemarin.
Untuk cuaca panas yang melanda Jawa Timur sendiri, Taufiq menjelaskan bahwa hal itu dipengaruhi karena diapit oleh Laut Jawa di sisi utara dan Samudera Hindia di sisi selatan. Hal itu juga disebut mempengaruhi tingkat suhu yang ada di wilayah daratan.
“Dalam sepekan terakhir, suhu maksimum di wilayah Jawa Timur berkisar antara 33 hingga 35 derajat Celcius. Apabila, dilihat dari hasil pemantauan yang dilakukan, angka tersebut masih dalam kisaran normal klimatologi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” urai Taufiq.
Bisa dikatakan gelombang Heatwave melanda dipengaruhi dua hal. Taufiq menjelaskan secara karakteristik dan secara indikator statistik suhu kejadian.
Pertama, gelombang panas umumnya terjadi di wilayah yang berada pada lintang menengah hingga lintang tinggi. Selain itu, berdekatan dengan daratan yang luas seperti wilayah kontinental dan sub-kontinental.
Secara indikator statistik suhu kejadian, menurut Badan Meteorologi Dunia (WMO) gelombang panas atau Heatwave, didefinisikan sebagai periode cuaca dengan kenaikan suhu lebih dari 5 derajat celcius, dari rata-rata klimatologis suhu maksimum di suatu lokasi, dan terjadi selama lima hari berturut-turut atau lebih.
“Sementara itu wilayah Indonesia tidak mengalami gelombang panas karena secara keseluruhan, tercatat suhu maksimum harian di Indonesia mencapai 37,2 derajat celcius di stasiun pengamatan BMKG Ciputat, pekan lalu,” kata Taufiq.
Baca Juga : 10 Wilayah di Indonesia dengan Catatan Suhu Terpanas
Sementara kondisi panas yang dirasakan masyarakat Jawa Timur disebut Taufiq masih dalam batas wajar. Karena beberapa daerah juga sudsh mulai mengalami transisi dari musim hujan ke musim kemarau.
Bahkan dalam beberapa waktu terakhir, suhu panas disebut karena fluktuasi nilai indeks UV (ultraviolet). Padahal secara umum, pola harian indeks UV berada pada kategori low pada pagi hari.
Hal itu terjadi, ketika intensitas radiasi matahari paling tinggi di siang hari antara pukul 12.00 sampai dengan pukul 15.00 waktu setempat. Kemudian, indeks UV akan bergerak turun dan kembali ke kategori low di sore hari.
Pola tersebut lanjut Taufiq, terjadi pada lokasi geografis dan elevasi (kemiringan dan ketinggian) suatu tempat. Selain itu juga ada pengaruh posisi matahari, jenis permukaan, dan tutupan awan.
“Tinggi rendahnya indeks UV, tidak memberikan pengaruh langsung pada kondisi suhu udara di suatu wilayah. Untuk wilayah tropis seperti Indonesia, pola harian seperti disampaikan di atas secara rutin dapat teramati dari hari ke hari meskipun tidak ada fenomena Gelombang Panas,” jelas Taufiq.
Menyikapi hal tersebut, Taufiq mengimbau agar masyarakat tidak panik. Terutama dalam menyikapi gelombang panas yang terjadi beberapa hari terakhir.
“Kami menyarankan untuk mengkonsumsi air putih cukup sesuai kebutuhan tubuh, agar tidak mengalami dehidrasi. Selain itu sebaiknya menggunakan pakaian tertutup atau tabir surya apabila beraktivitas di luar ruangan,” imbau Taufiq.